SEASON 2 : BAB 19

30.6K 4.7K 617
                                    

Satu tahun kemudian ….

Sebuah mobil terparkir di pekarangan rumah Cindy. Supir yang mengendarai mobil tersebut berlari memutari mobil, lalu membuka pintu bagian belakang mobil tersebut.

Bima keluar dari mobil itu sembari membenarkan dasi yang menggantung di lehernya.

Hari ini Bima berniat untuk mengunjungi Cindy dan dua saudaranya. Bima melirik arloji di pergelangan tangan, waktu menunjukan pukul delapan pagi. Ini adalah akhir pekan jadi mereka seharusnya ada di rumah itu.

Bima menatap sekeliling, kemudian menggeleng pelan. Rumah mewah ini benar-benar tidak terurus. Halaman dipenuhi dengan daun kering yang berjatuhan. Taman yang tidak terurus. Juga lantai yang kusam.

Pria paruh baya itu pun membuka pelan pintu yang tidak terkunci tersebut.

Bima hanya melongo. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Lala yang tengah berlari hanya menggunakan handuk menutupi tubuhnya dengan rambut yang berbusa.

"Cindy!!!!! Lo abisin shampo gue lagi? Itu shampo udah tetes terakhir, sampe gue isi air. Gue mati-matian hemat tuh sampo malah lo abisin!"

Lala berlari sambil memejamkan mata karena perih akibat shampo yang mengalir turun ke matanya.

"Aduh!"

Lala mengaduh. Ia mengelus ujung kakinya yang tersandung meja.

"Ini lagi meja sialan, sejak kapan lo disitu!" cerocos Lala, lalu berlari menaiki tangga. "Cindy! Ganti shampo gue! Gue udah nggak ada duit lagi, sialan!"

"Tuh meja emang udah disitu sejak lo masih belajar jalan." Lily mendengus pelan. Ia berjalan dengan sedikit membungkuk tampak bersusah payah menyeret galon yang terisi penuh.

"Cindy! Bangun dong! Pasang nih galon! 'kan cuma lo yang bisa pasangin galon!"

Lily berteriak tak kalah nyaring, wajahnya sampai memerah.

Lily tampak ngos-ngosan. Ia berkacak pinggang menatap jengkel galon tersebut. "Lo ternyata lebih berat dari hidup gue." Ia mendumel. "Cindy! Woy, Cindy!!"

Cindy menuruni tangga dengan langkah gontai. Rambutnya kini sudah memanjang hingga melewati bahu.

Tak ada lagi kesan gadis cantik nan angkuh dengan rambut  pendeknya itu. Sekarang penampilannya begitu berantakan. Rambut panjangnya tak terurus. Wajah pucat juga kantung mata menghitam.

Cindy muncul dengan wajah bantal dan garis-garis di pipi, membuat Lily menatap jengkel gadis itu.

Cindy tampak tak acuh. Ia menarik karet celananya yang sedikit melorot lalu berjongkok di depan galon itu. Dengan wajah malasnya ia mengangkat galon itu dengan sekali gerakan lalu menaruh benda berisi 19 liter air di bahunya dengan enteng.

Lily berdecak sambil menggeleng pelan, melihat Cindy berlalu begitu saja sembari memanggul galon itu menuju dapur.

"Gila! gue bahkan butuh 15 menit buat bawa tuh galon masuk ke rumah. Bisa-bisanya tuh anak angkat galon kayak bawa balon," gumam Lily kemudian berlalu begitu saja.

Bima hanya menggelengkan kepala. Mereka sepertinya tidak menyadari kedatangan Bima. Pria paruh baya itu lantas memasuki rumah tersebut.

Rumah itu benar-benar kacau. Lebih kacau dari kost-an anak laki-laki. Baju kotor yang berserakan di mana-mana. Perabotan yang penuh debu.

Ah, jangan lupakan suara yang seperti klakson mobil menyala cukup nyaring. Mata Bima menyusuri isi rumah mencari sumber suara, lalu melihat lampu kecil yang berkedip kedip merah di ujung sana. Menandakan token listrik yang nyaris habis.

 BAD CINDERELLA (Seri Kedua)Where stories live. Discover now