Part 25

80 15 4
                                    

Kring...
Bel tanda pulang sekolah sudah berdering di seluruh SMA Bramawijaya. Semua murid langsung keluar dari kelas mereka dan berhamburan menuju ke parkiran.

"Sa, lo mau kemana hah?" tanya Julio melihat Angkasa yang langsung saja keluar dari kelas.

"Biasa Jul. Gue duluan," ucap Angkasa kepada ketiga sahabatnya itu dari ambang pintu.

"Dia mau kemana?" tanya Aldo polos kepada Julio.

"Gue yakin tu anak di depan kelas 11 IPA 3. Percaya deh sama gue," ucap Julio tersenyum penuh arti.

"Tumben banget tu anak bisa akur. Dia beneran ngak kesambet? Curiga gue sumpah. Nih ya, baru hari ini gue liat dua anak itu akur setelah hampir 2 tahun saling tabok," ucap Aldo masih tidak percaya.

"Babang Aldo apakah tidak kasihan dengan sahabatmu ini yang selalu misahin mereka waktu tabok-tabokan? Gue yang kena tabok anjir," ucap Julio sambil mendramatis kepada Aldo.

Pletek...
Sebuah jitakan mulus mendarat di kening milik Julio. Siapa lagi pelakunya jika bukan Aldo.

"Jijik gue," ucap Aldo lalu keluar dari kelas.

"LAH. KAN LO JUGA SUKA GITU," teriak Julio kepada Aldo yang sudah di luar kelas.

Lain halnya dengan Angkasa yang menunggu Kayla keluar dari kelasnya. Angkasa tidak melihat mobil Kayla sama sekali yang berarti ucapan gadis itu tadi benar bahwa dirinya tidak membawa mobilnya itu. Angkasa sendiri heran mengapa Kayla belum keluar sedangkan teman sekelasnya sudah keluar.

"Kay, noh si Angkasa nungguin di depan. Balik sana lo," ucap Tasya kepada sahabatnya itu.

"Gue ada jadwal piket bambang. Gue piket dulu baru keluar," ucap Kayla sambil menaikkan kursi miliknya.

"Bisa besok. Noh si Angkasa dari tadi nungguin," ucap Anggara pada Kayla.

"Dih. Ngak mau gue bayar denda. Noh liat muka seksi kebersihan kita. Kek mau nerkam gue gara-gara sebulan kemarin gue kabur," ucap Kayla sambil menunjuk wajah temannya yang menjabat sebagai seksi kebersihan.

Tasya dan Anggara pun melihat ke arah temannya itu dan benar saja apa yang dikatakan Kayla benar. Wajah temannya itu seperti ingin menerkam Kayla hidup-hidup.

"Salah sendiri lo ngak piket bambang. Piket sekarang lo," ucap temannya itu.

"Iya-iya. Gue bakal piket. Lo berdua balik duluan gih. Nanti kalau ketemu bang Juan bilang aja gue telat. Suruh dia balik duluan," ucap Kayla sambil mengusir kedua sahabatnya itu.

Mau tak mau Anggara dan Tasya keluar dari kelas mereka dan pulang. Sebelum melangkahkan kaki mereka untuk pulang, mereka berdua dihadang oleh Angkasa yang sudah jengah menanti Kayla keluar dari kelasnya itu.

"Si Kayla mana?" tanya Angkasa pada Anggara dan Tasya.

Tasya dan Anggara saling pandang mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulut Angkasa. Tumben sekali Angkasa menanyai Kayla. Hampir 2 tahun mereka lihat, Angkasa dan Kayla jarang sekali akur.

"Tumben banget lo nanyain tu anak? Ada apa gerangan? Nih lo ngak kesambet?" tanya Anggara sambil memicingkan matanya curiga pada Angkasa.

"Gue ada urusan sama dia," ucap Angkasa kepada Anggara.

"Lo ... lo ada urusan apa sama sahabat gue? Ngak akan lo apa-apain kan? Mau lo geret kemana?" tanya Tasya pada Angkasa sambil menatap curiga pada Angkasa.

Angkasa menghembuskan napasnya kasar. Hey, dia hanya ingin membawa Kayla pulang saja. Apakah karena antara dirinya dan Kayla tidak pernah akur, sahabat-sahabat Kayla memandang curiga saat dirinya bisa akur dengan Kayla? Bukankah itu hal yang baik jika dirinya akur dengan Kayla? Tak habis pikir Angkasa dengan sahabat-sahabat Kayla maupun sahabatnya yang terkadang menggodanya.

Hidden Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang