Part 2

291 30 2
                                    

Sinar rembulan menyinari gelapnya malam. Sebuah keluarga kecil tengah berkumpul di ruang keluarga sambil menonton sebuah serial telefisi.

"Abang, bagi chiki nya," ucap Kayla merebut toples dari Juan.

"Noh, ambil semua. Gue mau ke tempat itu. Mau ikut kagak?" tanya Juan sambil bangkit dari tempat duduknya.

"Loh, bukannya kamu kemarin dari sana ya Juan?" tanya ayah kepada Juan.

"Iya Yah. Kemarin kan urusan nya udah selesai. Hari ini cuman nongki aja kok. Ngak akan ngapa-ngapain. Lagian besok juga sekolah kan," ucap Juan kepada ayahnya.

"Yaudah. Jagain adik kamu ya," ucap ibu kepada Juan.

"Lah emang dia ikut?" tanya Juan sambil mencari keberadaan adiknya. "Tu anak ilang kemana?" tanya Juan bingung sambil menggaruk pelipisnya.

"ABANG. TUNGUIN ADEK IH. BENTAR LAGI NIH BANG," teriak Kayla sambil teriak dari atas. Suara rusuh terdengar di atas.

"BABAY, ABANG TINGGAL," ucap Juan lalu keluar rumah.

Kayla yang mendengar ucapan kakaknya itu pun langsung berlari secepat kilat. Saat sampai di luar, dia sempat terlilit dengan tali sepatunya dan membuat dia terjatuh. Juan pun langsung membantu adiknya berdiri.

"Makanya jangan lari-larian," ucap Juan sambil menjitak kepala adiknya itu.

"Suruh siapa abang bilang mau ninggalin Kayla. Jadi ini salah abang lah," ucap Kayla lalu masuk ke dalam mobil kakaknya terlebih dahulu lalu menutupnya dengan kencang.

"Astaga, pintu mobil gue bisa rusak kalau di banting gitu mulu," ucap Juan sambil mengelus dadanya lalu memasuki mobilnya.

Saat masuk ke dalam mobil, wajah Kayla terlihat cemberut. Juan hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia melempar sebuah kotak P3K kepada adiknya.

"Bersihin itu luka kalau lo ngak mau di omelin abang lo yang lain," ucap Juan mengancam adiknya itu.

Kayla pun langsung membersihkan luka yang ada di kakinya. Sedangkan Juan langsung mengendarai mobilnya menuju sebuah tempat. Tempat yang terletak jauh dari rumahnya dan terletak jauh dari kota. Juan mengendarai mobilnya menuju sebuah hutan.

Saat sudah masuk jauh ke dalam hutan, dia memasuki rumah 2 lantai yang hanya di terangi  oleh lampu remang. Cahaya yang di keluarkan tidak begitu terang.

Juan mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya lalu mescan di sebuah alat. Gerbang pun terbuka dan lampu menyala lebih terang. Juan pun memarkirkan mobilnya. Lain halnya Kayla yang langsung masuk begitu saja.

"Astaga, adik ngak tau diri. Langsung main masuk aja. Percuma dia mau masuk tapi kagak bawa kartunya," ucap Juan sambil menggelengkan kepalanya lalu mengambil kartu Kayla yang terjatuh di tempat dia berada tadi.

Juan pun langsung mengahmpiri Kayla. Terlihat adiknya itu sedang mencari kartu identitasnya di tas namun tidak ada. Kartu identitas ini digunakan untuk memasuki gerbang kedua.

"Abang, liat kartu gue ngak?" tanya Kayla kepada kakaknya.

"Lah mana gue tau," ucap Juan kepada Kayla lalu menggesek kartunya.

"HUWEEE, ABANG. KAY NGAK BISA MASUK DONG," ucap Kayla teriak kepada kakaknya.

"Berisik. Nih kartu lo. Gue duluan," ucap Juan melempar kartu Kayla kepada sang pemiliknya. Juan pun langsung masuk meninggalkan Kayla.

"Anjir, bisa-bisa nya kartu gue di dia. Abang laknat memang. Apa gue aja ya yang teledor?" tanya Kayla kepada dirinya sendiri lalu masuk ke dalam.

"SELAMAT MALAM SEMUA. KAYLA YANG BERSINAR BAGAIKAN BULAN YANG MENYINARI BUMI MALAM HARI TELAH DATANG," ucap Kayla sambil berteriak membuka pintu rumah.

Semua yang ada di dalam rumah tersebut langsung menutup telinga mereka. Mendengar teriakkan Kayla membuat telinga mereka ingin pecah rasanya.

"Teriak terus. Mau rumah ini roboh hah?" tanya Leonard. Lelaki berumur 26 tahun dengan badan tegap dan memiliki perut six pack.

"Marahin bang. Capek gue sama dia," ucap Juan sambil memanas-manasi Kayla dan Leonard.

Kayla dan Leonard kadang bertengkar saat bertemu. Walaupun masalah yang dibuat Kayla tidak terlalu besar. Paling-paling Kayla menghabisi tarket Leonard yang sudah ada di ruang bawah tanah.

"Dih-dih. Kompor mulu lo bang. Pergi sana sama bang Rafiq," ucap Kayla mengusir kakaknya itu.

"Dia ngak ada di rumah," ucap Leonard sambil mengelap keringatnya yang bercucuran setelah melaksanakan gym nya.

"Kemana dia?" tanya Juan.

"Ke supermarket. Cari kebutuhan buat anak-anak selama 1 minggu. Paling 30 menit lagi balik. Abang mau mandi, kalian ngumpul aja sama anak-anak. Mereka ada di ruang kumpul. Ngak tau ngapain," ucap Leonard  lalu berjalan menuju ke kamarnya.

"SIAP BOS," ucap Kayla dengan lantang sambil membuat gerakan hormat kepada Leonard. Leonard menghembuskan napasnya pasrah. Sudah bosan dia mendengar teriakan Kayla.

Kayla dan Juan berjalan menuju ke ruang kumpul. Disana mereka melihat anak buah ayah dan ibunya sedang bersantai.

"Eh Juan, bukannya lo kemarin udah kesini?" tanya Bob salah satu anak buah ibu dan ayahnya.

"Masalah ya emang gue balik lagi?" tanya Juan sambil bersedekap.

"Kagak sih. Adik kecil gue mana?" tanya Bob sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Kayla.

"Lah anjir ngilang. Tadi ada di sebelah gue perasaan," ucap Juan sambil menggaruk pelipisnya.

"Eh itu sama yang lain. Gue ke sana dulu," ucap Bob lalu meninggalkan Juan.

Juan pun memilih berjalan menuju ke sebuah kursi dan duduk bersama orang-orang yang ada di sana.

"Mabar yok mabar," ucap Juan sambil mengeluarkan ponselnya.

"GAS," ucap mereka.

Mereka yang ada di ruangan tersebut sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tak lama kemudian, terdengar suara teriakan dari arah pintu.

"YUHUUU, RAFIQ TELAH KEMBALI MEMBAWA KARDUS KARDUS KEBUTUHAN KALIAN," teriak Rafiq sambil berjalan menuju ke arah mereka sambil memutarkan kunci di tangannya.

"HUWAAA, BANG RAFIQ," teriak Kayla lalu berlari ke arah Rafiq dan memeluknya.

"HUWAAA, PRINCESS KESAYANGAN ABANG," teriak Rafiq sambil memeluk Kayla.

Semua orang yang ada di sana menutup telinganya karena suara teriakan mereka berdua. Sudah menjadi hal yang tidak biasa jika Kayla dan Rafiq bertemu seperti orang yang sudah tidak bertemu selama 1 tahun.

"Berisik banget sih. Kedengaran sampai kamar gue anjir," ucap Leonard yang baru saja datang dan menutup telinganya. Sedangkan orang yang dia marahi masih berpelukan ria.

Rafiq pun melepas pelukan Kayla dan melemparkan kunci yang ada di tangannya kepada salah satu anak buah.

"Nih angkut semua kardusnya," ucap Rafiq sambil melempar kunci yang ada di tangannya kepada salah satu anak buahnya.

Anak buahnya pun menerima kunci itu lalu mengajak temannya untuk mengambil kardus-kardus itu.

"Tu kaki lo kenapa heum?" tanya Rafiq lalu wajahnya datar.

"Bandel dia bang," celetuk Juan begitu saja.

"Mampus gue. Bang Juan nyebelin ih," batin Kayla.

"Eum, jatuh doang kok bang," ucap Kayla lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ok. Sekarang ikut abang yuk nonton film di lantai 2," ajak Rafiq kepada Kayla. Kayla pun mengikuti Rafiq dari belakang.

"KAY, NANTI JAM 11 TURUN. BUNDA MINTA BALIK JAM 11. KALAU LO LUPA GUR TINGGAL LO DISINI," teriak Atlas dari bawah.

"IYA BANG," jawab Kayla dari atas.

***
Tbc.

Yuhuuu, up lagi nih. Jangan lupa share, comment, dan vote.

See you next part.

Hidden Secret (END)Where stories live. Discover now