Part 35

76 15 1
                                    

Kring...

Bel pulang sekolah sudah berbunyi di seluruh SMA Bramawijaya. Semua murid langsung berhamburan keluar kelas. Begitu pula dengan Julio yang langsung melangkahkan kaki jenjangnya keluar kelas tanpa mengucapkan sepatah kata apapun kepada sahabatnya  saat guru sudah keluar dari kelas. Itu membuat Sandy, Aldo, dan Guntur heran.

Saat pembelajaran jam akhir tadi, Angkasa sempat melihat Julio yang membuka notif yang ada di ponselnya dengan raut wajah yang cemas dan juga khawatir. Angkasa menduga bahwa itu adalah notif dari ibunya yang mengancam Julio. Jujur saja, Angkasa tidak tega melihat Julio seperti ini. Tapi, ini sudah keputusan Julio dan Angkasa tidak bisa mengubahnya.

"Sa, Julio kenapa? Tumben langsung cabut tanpa ngomong?" tanya Aldo heran menatap Angkasa.

"Hooh, biasanya tu anak ceria. Tadi lo berdua ngomongin apaan sih? Kenapa Julio kayak seolah-olah ngehauhin lo?" tanya Guntur penasaran.

"Lo berdua ada masalah? Kalau ada selesaikan baik-baik. Kita bukannya mau ikut campur ya. Tapi, gue ngak mau semuanya hancur Sa," ucap Sandy menatap Angkasa dengan penuh harap.

"Ngak ada masalah kok. Tenang aja kalian. Gue cabut duluan. Mau jemput si anak setan," ucap Angkasa lalu bangkit dari duduknya dan menggendong tasnya di sebelah lengannya.

Saat ingin melangkahkan kakinya keluar kelas, Angkasa mendapat notif dari kakaknya. Ternyata itu isi terakhir dari akses yang ayahnya beri kepada mereka. Semalam, Angkasa dan kedua saudaranya sudah berhasil membuka akses tersebut namun belum sempat mereka baca karena Angkasa memberi tahu kebusukan ibunya.

Angkasa mengurungkan niatnya untuk menjemput adiknya. Dia memilih untuk kembali duduk di kursi yang ada di paling depan sambil membaca isi dari akses yang telah kakaknya kirim.

Angkasa membaca semuanya dengan mata yang masih tidak percaya dan wajah yang berusaha menahan amarah. Ketiga sahabatnya yang masih ada di sana menatap Angkasa heran.

"Lo baik-baik aja Sa?" tanya Guntur pada Angkasa.

"Gue baik-baik aja. Gue cabut duluan," ucap Angkasa mematikan ponselnya dan dia masukkan ke dalam tas.

Angkasa melangkahkan kakinya terburu-buru menuju parkiran untuk segera menjemput adiknya. Dia masih memikirkan isi akses tersebut. Di dalam akses yang dia baca tadi, ibunya sudah merencanakan ini semua sejak lama. Sejak dirinya dan juga adiknya belum terlahir di dunia ini. Ibunya menginginkan anaknya ada yang seumuran dengan anak dari leader Red Blood agar pembalasan dendamnya semakin mudah.

Ibunya ini ternyata memiliki dendam masa lalu. Dendam dimana kakek dari Kayla yang menjalankan tugasnya sebagai seorang polisi untuk menangkap pengedar narkoba dan pengedar tersebut adalah kakek Angkasa dari pihak ibunya. Di situ, semua anak nya merasa dendam dan ingin membalaskan semuanya hingga sekarang. Kakak ibunya sudah tewas di tangan ayah Kayla karena memang dia salah. Dia melakukan kesalahan dengan mengambil paksa beberapa senjata milik Red Blood.

Angkasa masih tak habis pikir dengan dendam masa lalu yang begitu rumit untuk dipamahi hingga sekarang. Dia tak habis pikir tentang ibunya yang masih menyimpan dendam masa lalu.

Saat sedang berjalan terburu-buru, Angkasa berpapasan dengan Kayla yang saat itu juga sedang menuju parkiran bersama keempat sahabatnya.

"Woho, santai babang Angkasa. Lo buru-buru amat," ucap Febi pada Angkasa.

"Bacot. Gue lagi buru-buru," ucap Angkasa lalu melanjutkan langkahnya.

"Sa, lo udah buka sampai akhir?" tanya Kayla pada Angkasa. Angkasa yang mendengar suara Kayla itupun langsung mengacungkan jempolnya tinggi dan terus berjalan.

"HEH, GUE IKUT LO BAMBANG," ucap Kayla segera mengikuti Angkasa dari belakang. Mobilnya terparkir tidak terlalu jauh dari mobil Angkasa.

Febi, Tasya, dan Reynald menatap heran ke arah Angkasa dan Kayla. Rahasia apa yang sedang mereka sembunyikan. Sedangkan di sisi lain, Anggara cemas jika akan ada sesuatu yang terjadi pada Kayla dan Angkasa.

"Gue duluan. Ada keperluan yang harus gue urus," ucap Anggara segera melangkahkan kakinya terburu-buru.

"Ini ada apa sih? Kok gue ngerasa mereka lagi sembunyiin sesuatu dan rencanain permainan gitu?" tanya Tasya heran.

"Kagak tau gue. Udah lah, ini urusan mereka. Kita ngak usah ikut campur. Mending balik terus rebahan di kasur," ucap Reynald sambil berjalan kembali.

***

Kayla mengikuti Angkasa sejak tadi. Entah mengapa dia khawatir dengan Angkasa yang terlihat seperti menahan amarah. Kayla mengikuti Angkasa sampai di sekolah Putri. Kayla melihat Angkasa memarkirkan mobilnya dan segera turun dan masuk ke area sekolah Putri.

Kayla pun memarkirkan mobilnya di belakang mobil Angkasa dan langsung menghampiri Angkasa yang sedang mencari Putri. Sekolahnya sudah terlihat sepi karena sudah 38 menit lalu bel pulang sekolah ini berbunyi.

"Lo ngapain disini?" tanya Angkasa menatap heran pada Angkasa.

"Gue ngikutin lo lah bambang. Lo kayak marah gitu. Jadi gue ikutin," jawab Kayla jujur.

Angkasa tidak mempedulikan ucapan Kayla. Dia masih fokus mencari keberadaan Putri. Angkasa menelfon Putri namun sama sekali tidak ada jawaban. Dia takut jika ibunya mempercepat untuk menjalankan rencananya.

"Ni anak kemana sih? Put, jangan bikin abang lo ini khawatir," ucap Angkasa masih berusaha menelfon Putri.

Kayla tidak tega melihat Angkasa seperti itu. Kayla memutuskan untuk berjalan ke arah satpam untuk bertanya pada satpam tersebut.

"Pak, saya mau nanya. Semua anak disini sudah pulang?" tanya Kayla pada satpam tersebut.

"Sudah nona. Semua murid pulang lebih awal nona karena para guru rapat," jawab satpam tersebut pada Kayla.

"Kira-kira mereka pulang pukul berapa?" tanya Kayla balik.

"Sejak pukul setengah dua siang tadi nona," jawab satpam tersebut.

"Baiklah. Terimakasih pak," jawab Kayla lalu kembali menghampiri Angkasa yang sedang sibuk menelfon Putri.

"Sa,semunya pada balik jam setengah dua tadi. Udah kosong nih sekolah," ucap Kayla kepada Angkasa.

"Serius? Bangsat, wanita tua itu jalanin rencananya hari ini," ucap Angkasa sambil meremas ponselnya.

"Emak lo? Serius lo? Si Putri yang jadi umpannya?" tanya Kayla tidak percaya.

"Gue serius. Ok, sekarang gini. Lo tanya sama tetangga lo itu, gue cari di rumah nyokap. Kalau udah dapet jawaban, langsung telfon gue," ucap Angkasa lalu melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam mobil dan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Kayla mengangguk lalu segera mengambil ponselnya untuk menghubungi kakaknya sambil berjalan menuju mobilnya dan segera masuk ke dalam mobilnya.

"Ayo abang. Cepatan angkat dong. Lo kemana sih?" tanya Kayla sambil memainkan jari lentiknya di stir mobil.

"Halo Kay. Ada apa?" tanya Juan dari sebrang sana.

"Lo dimana? Emaknya Angkasa jalanin rencananya hari ini. Lo tau ngak? Si Putri yang jadi umpan biar kita dateng," ucap Kayla sambil menyalakan mobilnya.

"HAH? SERIUS? GUE BALIK SEKARANG. GUE BAKAL AMBIL SEMUA YANG DI BUTUHIN," ucap Juan lalu memutus sambungan secara sepihak.

Kayla pun segera meletakkan ponselnya dan melajukan mobilnya ke rumah dan menanyakan tentang Putri pada tetangganya.

"Semoga ngak ada hal buruk nanti," batin Kayla.

***
Tbc.

Gimana part ini? Uwuw dah mau konflik dan bentar lagi tamat. Jangan lupa vote, share, comment, dan tambahkan ke perpustakaan.

Tim happy ending acungkan tangan
Tim sad ending acungkan tangan

See you next part.

Hidden Secret (END)Where stories live. Discover now