12. Rencana dan rasa sesak

16 5 15
                                    

"Gue bakalan hapus foto lo" katanya. "Dan lo bebas setelah ini" lanjutnya. Sebenarnya tidak menunggu Cia menjawab sebelum dia melanjutkan.

"Cepetan! Atau gue bakalan berubah pikiran" bentaknya, terdengar agak tidak sabar, Cia pun segera mengganti kertas dan mencari referensi foto 3 tangkai Daisy di internet, lalu menggambar nya.

"Oke, satu sketsa lagi, kalau lo masih gak puas gue bakalan robek nih gambar biar lo ga dapat nilai seni budaya!" Cia kembali menggambar sedangkan Reano tak menanggapinya sama sekali. Malahan laki-laki itu memakai headphone nya. Sambil mendengarkan lagu yg tak Cia ketahui bagaimana iramanya.

Reano mendengus kecil, memperhatikan dalam diam saat dia terus membuat sketsa, mata peraknya mengikuti setiap gerakannya dengan saksama. Setelah Cia selesai, dia mengulurkan tangan, memberi isyarat padanya untuk memberinya buku sketsa.

Ada sesaat keraguan saat Reano mengambilnya, ibu jarinya dengan lembut menyapu gambarnya sebelum dia menganggukkan kepalanya sedikit.

"Lumayan! Lo boleh pergi sekarang." Katanya santai, sambil mengibaskan tangannya seperti mengusir anak ayam. Kemudian ia mengembalikan perhatiannya ke headphone yang menutupi telinganya.

Mendengar laki-laki itu langsung mengusirnya setelah mendapatkan sketsa membuat Cia makin kesal.  Tidak ada sepatah kata pun terima kasih untuk dirinya.

Dengan wajah jengkel, ia berdecak heran.
Reano berjalan mendekat dan terlihat mengambil sesuatu dari tasnya.

"Buat lo" laki-laki itu memberikan sebungkus roti kepada Cia. Gadis itu hendak menolak tapi matanya sedikit melirik ke arah beberapa roti yang masih tersisa di dalam tasnya.

Kenapa laki-laki itu membeli banyak? Cia sedikit penasaran tapi rasa penasarannya langsung hilang karena seseorang berteriak memanggil nama nya. Dia adalah Nesa teman Cia. Dengan buru-buru gadis itu sontak Cia langsung mengambil roti tersebut dan mengambil ponselnya.

Reano menoleh ke arah punggung gadis itu lalu matanya terfokus ke pensil yang tidak sengaja tertinggal.

Desahan samar keluar dari bibirnya. Saat dia mengusap rambutnya, menggelengkan kepalanya tanpa suara sebelum dia membungkuk dan mengambil pensil yang terjatuh. sebuah cemoohan pelan lolos darinya saat dia melihat desain merah jambu itu. betapa.. klise. "Ternyata dia beneran cewek." Reano bergumam pelan, nadanya sedikit mengejek. tanpa berpikir dua kali, dia memasukkan pensil ke dalam sakunya sambil mengangkat bahu, sebelum memasang kembali headphone-nya dan melanjutkan mendengarkan musiknya.

***

Cia berjalan mendahului Nesa, dengan langkah yang sengaja ia percepat, gadis itu menarik lengan Nesa membuat sang empunya bingung. "Kenapa sih Ci?"

Gadis itu melepas cengkraman Cia dengan wajah panik. Takut sahabat nya kenapa-napa. "Lo diapain sama Rean?" tanya Nesa sambil menggoyang-goyangkan kedua bahu gadis dihadapannya.

"Lo lupa gue masih jadi babu dia Sa?" Cia mengalihkan pandangannya. "Gue disuruh ke koprasi buat beli buku gambar tau gak! Lo tau kan koprasi ada di pelosok bumi?!"

"Terus nih ya gue disuruh gambarin dia,  udah gue gambarin, gue disuruh ngulang lagi! Bayangin deh gimana stresnya gue!" jelas gadis itu penuh rasa frustasi.

Nesa yang mendengar itu meledakkan tawanya. Hal itu membuat Cia mengerutkan keningnya marah. "Gak usah ketawa!" Tukasnya sambil menutup mulut Nesa tapi Nesa menepisnya dan kembali tertawa karena dia baru tau cowok sepintar dan secerdas Reano itu ternyata juga punya kekurangan, yaitu tidak bisa menggambar.
Dan menyuruh Cia menggambar adalah hal yg benar.

Salah Siapa?Where stories live. Discover now