JinGyeom - what should i do?

82 13 11
                                    

Jingyeom


S
T
A
R
T


NC-18+

"Yugyeom, aku hanya perjalanan kerja selama seminggu saja, kau tak perlu khawatir. Justru aku lebih khawatir kau hanya bersama jinyoung" yugyeom hanya menghela nafas mendengar ucapan istrinya.

"Aku tidak masalah apabila ditinggal berdua dengan jinyoung sayang. Dia sudah beradaptasi sebagai anak tiriku, ia sudah mulai menurut dan tidak sedingin dulu" yugyeom berbicara dengan tangan mencubit gemas pipi istrinya.

"Baiklah, aku berangkat ya, tolong sampaikan jinyoung jika eommanya sudah berangkat" Yugyeom mendekatkan bibirnya ke bibir istrinya untuk memberi kecupan manis.

"Baiklah hati-hati sayang" Setelah memastikan istrinya pergi bersama dengan rekannya, ia mulai mengunci pintu kemudian berberes rumah.

Yugyeom sudah menikah dengan wanita itu kurang lebih 1 tahun, bertemu dengannya pada sebuah pameran memasak dan jatuh cinta pada visualnya yang sangat cantik.

Disaat memasuki sesi QnA, wanita itu secara tidak sengaja duduk di sebelah Yugyeom dan membuat Yugyeom memutuskan untuk mengenalnya lebih dalam.

Singkatnya, wanita itu adalah seorang wanita muda berumur 38 tahun yang sudah memiliki satu anak bernama Park Jinyoung. Yugyeom yang masih berumur 23 tahun sebenarnya tidak masalah dengan perbedaan umur mereka, namun akar masalahnya berada pada anak wanita itu sendiri.

Park Jinyoung, ia adalah remaja berusia 18 tahun [Umur internasional], memiliki kepribadian dingin dan tidak peduli dengan sekitar. Ditambah dengan perkataannya yang selalu tajam, membuat Yugyeom selalu ingin menangis apabila berdekatan dengannya.

Entah setan mana yang menghasut Jinyoung, Sudah berbagai cara ia lakukan untuk melunakkan hati Jinyoung, namun tetap saja sulit untuk Yugyeom.

Hingga suatu hari, Yugyeom memutuskan untuk menikah karena jinyoung sendiri seperti tidak masalah dengan menikahnya yugyeom dengan ibunya.

Sudah satu tahun berlalu, Jinyoung mulai tak sedingin dulu lagi. Jinyoung masih pada pribadi yang irit bicara, hanya saja sikapnya mulai menghangat kepada yugyeom.

Setelah berberes, waktu sudah menunjukan pukul 16.45, waktu dimana seharusnya Jinyoung sudah pulang dari sekolahnya. Yugyeom bergegas menuju dapur untuk menyiapkan masakan.

"Sebaiknya aku masak apa ya? Aku takut nyoungie tak suka, bisa-bisa makananku dibuang begitu saja" yugyeom mengerucutkan bibirnya berpikir.

"Ahhh aku akan memasak makanan biasa saja" Yugyeom mulai mencari bahan dan alat yang ia butuhkan untuk memasak.

Tak selang lama, Jinyoung pun sampai dirumah. Mendengar itu, Yugyeom segera menyelesaikan kegiatannya.

"Selamat datang Jinyoung, ayah sudah memasakkanmu makanan. Sebaiknya kau bergegas berganti baju kemudian makan" Yugyeom tersenyum sembari menatap Jinyoung.

"Kau lebih pantas ku panggil ibu daripada ayah" Jinyoung berkata sambil mendecih, kemudian segera menuju kamarnya untuk berganti baju.

"A-aku...." Yugyeom melihat belakang punggung jinyoung yang mulai menghilang dari pandangan.

"Sial, ya tuhan. Sebenarnya ada apa sih dengan anak itu?"

Yugyeom mengerucutkan bibirnya, tak terasa ingin menangis setelah mendengar ucapan Jinyoung yang terdengar menyepelekannya.

Sekeras apapun ia mencoba, Jinyoung akan selalu menjadi orang yang berkata seperti pisau. Lebih baik dia diam daripada membuka mulutnya. Berusaha melupakannya, Yugyeom mengambil gelas untuk menyiapkan minum untuk mereka.

Setelah kurang lebih 15 menit, Jinyoung pun turun untuk makan bersama Yugyeom.

"Jinyoung, maaf hanya memasakanmu masakan yang biasa saja" Yugyeom berkata berusaha menahan emosi yang ia rasakan tadi.

"......." Hanya diam yang ia terima, sialan. Tau seperti itu lebih baik ia diam saja dan anggap Jinyoung tidak ada dihapannya.

"Masakanmu enak" Yugyeom tersedak dalam makannya. Apa tadi? Apakah seorang Park Jinyoung memujinya? Tuhan, tolong apabila ini mimpi bangunkan yugyeom!!! Ini mimpi buruk sekali!

"A-ap... e-eh terimakasih" entah angin apa yang datang mengahmpirinya, tapi pipi Yugyeom terlihat sangat merah.

"Kau tak tuli, Ayah" Jinyoung menekankan kalimat (ayah), membuat yugyeom menjadi sebal kembali.

"Jinyoung, bolehkan ayah bertanya kepada mu?" Yugyeom menunggu sembari mengaduk-ngaduk makanannya tanpa tujuan

"Cepat katakan" Jinyoung berkata dengan melanjutkan makannya

"Kenapa kau sangat dingin denganku?" Yugyeom mengerucutkan bibirnya dihadapan Jinyoung

Jinyoung segera menghentikan makannya dan menatap dalam yugyeom. Memberikan kesan tak suka dengan pertanyaan barusan. "Apakah menurutmu orang bodoh sepertimu pantas untuk aku hormati ayah baru? Dengan kau menikah bersama ibuku, sudah membuktikan bahwa kau bodoh, mutlak!" Jinyoung berkata dengan santai namun setiap konotasinya menohok tubuh hingga jiwa Yugyeom.

"K-kau... Kenapa kau berkata seperti itu tentang ibumu!" Yugyeom tak habis pikir dengan Jinyoung, kenapa ia begitu tak suka dengan kehidupannya.

"Kenapa kau masih mau menikah dengan ibuku padahal aku sudah berusaha membuatmu tak betah? Kenapa kalian begitu egois untuk menikah? .... Ibu, dia adalah wanita paling menjijikan di dunia, menjual tubuhnya kesana kemari hanya untuk menghidupi dirinya sendiri! Dan kau, hanya mementingkan perasaanmu.. sementara aku, calon anak angkatmu tidak kau hiraukan padahal sudah jelas aku tak suka dengan hubungan kalian!" Jinyoung berdiri, mengepalkan tangannya memukul meja. Memberikan Yugyeom tatapan membunuhnya.

"Jinyoung kau sudah keterlaluan! Ibumu bukan wanita brengsek!" Yugyeom pun tak mau kalah, berdiri dihadapan Jinyoung membela sang istri.

Jinyoung yang mendengar jawaban Yugyeom semakin tersulut emosi dan memutuskan untuk maju ke arah Yugyeom, kemudian menyudutkannya pada tembok dekat kamar ibunya dan yugyeom berada. "Lihatlah dirimu, membela seorang jalang. Kau pikir aku selama ini sekolah dibiayai oleh wanita itu? Kau pikir semua hal yang aku lakukan sekarang adalah hasil kerja kerasnya? Cih, tidak sama sekali dasar bodoh, berpacaran satu tahun tapi tidak tahu tentang ini"

Yugyeom yang masih terkejut dengan kejadian barusan hanya terdiam untuk memproses semua hal yang mendadak terjadi.

"J-jinyoung" Yugyeom menempelkan tangannya pada dada Jinyoung beraharap menciptakan jarak lebih antara dirinya dengan Jinyoung. Namun sepertinya, Jinyoung merasakan Yugyeom mulai memberontak dari cengkramannya. Ia pun semakin mengencangkan tangannya pada pinggul Yugyeom, membuat sang empunya mengeluarkan rintihan kecil.

"Dan satu hal lagi Yugyeom-ah, Kau adalah suami ibuku, tapi kenapa ibuku yang selalu bekerja keluar rumah selama 1-2 minggu selama sebulan sekali? Apakah kau tidak menaruh curiga sama sekali? Kau bahkan bisa bekerja dari rumah, kenapa ibuku tidak? Padahal ia hanya seorang penulis blog" Jinyoung berkata dengan menatap bibir Yugyeom intens dan jemarinya yang bermain-main disekitar ukiran ranum yang indah itu.

"J-jinyoung... T-tolong lepaskan" Yugyeom berusaha melepaskan cengkraman Jinyoung, namun sakit yang ia rasakan justru bertambah.

"Ayah... Kau tahu alasan lain kenapa aku tak mau kau dengan ibuku? Karena aku menyukaimu"

TBC

_____________

ANJIR ..

Ni cerita absurd benerrr

Btw kangen ga hehe... Udah lama tidak up sebulan lebih dikit karena kepentok ramadhan jadi terpaksa berhenti sejenak

Btw... Selamat hari minggu semua

Btw lagi... Aku bakal langsung update chapt.2 nya jadi biar kalian ga gantung T_T...

Maapin ya lama ga update 💚💚

Yugyeom Centric - OneshootWhere stories live. Discover now