Part 40 - Sentimentil

14.6K 1.5K 321
                                    

            Alex tersenyum melihat Mauren sedang berdiri di balkon apartemennya. Di sore hari saat weekend seperti ini mereka hanya pergi nonton tadi siang, kemudian masak bersama di apartemen. Mauren menikmati pemadangan indah dari atas, sudah tampak berbeda dari sepuluh tahun lalu.

Bangunan semakin memadat dan diperbaharui. Meskipun demikian, dia tetap senang dengan pandangan di sana. Dulu Mauren sering menghabiskan waktu mengisap nikotin di balkon itu, meskipun keadaannya sedang mengandung, sama sekali tidak ada rasa takut maupun rasa bersalah pada calon bayinya.

Hal paling bodoh yang Mauren lakukan di masa lalu. Sampai sekarang dia tidak habis pikir pernah di posisi itu. Jika bisa mengulang waktu kembali, Mauren benar-benar ingin memperbaiki masa lalunya.

Ingin merawat kandungannya agar dia melahirkan bayinya. Meskipun dia tidak bisa lepas dari Alex, setidaknya Mauren menyayangi dirinya sendiri dan calon anaknya.

Mauren menghela nafas kasar, setiap kali ingatan masa lalu terlintas dalam benaknya. Rasa rindu dan bersalah menjalar ke seluruh tubuhnya. Kedua mata Mauren berkaca-kaca, menggumankan permohonan maaf pada Aneska.

Mauren tidak bisa move on dengan kandunganya. Karena baginya, di saat itu adalah hal paling bodoh yang dia lakukan. Menjadi penyesalan seumur hidup Mauren.

"Hei."

Mauren mengerjap banyak, Alex memeluknya dari belakang dan mengecup lehernya. "Iya?" Tanya Mauren.

"Kamu ngapain di sini?"

Mauren menggelengkan kepala sambil tersenyum. Dia menumpukan kedua tangan Alex yang melingkar di pinggangnya. "Suka ngeliat dari sini."

Alex tidak langsung merespon. Dia tiba-tiba diam dan menghela nafas kasar. Sepertinya ingatan sepuluh tahun lalu terlintas dalam pikirannya. Mauren bisa merasakannya, wanita itu sampai menahan nafas.

"Maafkan aku." Bisik Alex lembut.

Kedua mata Mauren kembali berkaca-kaca. Kadang dia sangat benci pada dirinya sendiri. Perasaan sentimental itu sangat mengganggu, dia terlihat cengeng.

Mauren mengelus-elus punggung tangan Alex dengan lembut tanpa suara. Membiarkan lelaki itu mengecupi bahu hingga lehernya. Mauren memberikan akses dengan memiringkan kepalanya.

Alex memutar tubuh Mauren sehingga mereka berdiri berhadapan. Lelaki itu mengelus wajah Mauren lembut dan memandangnya dalam. Mauren berusaha menyembunyikan kedua matanya yang berembun agar Alex tidak melihatnya.

Sepertinya dia tidak berhasil, Alex membawa Mauren ke pelukan. Dan menelus-elus kepalanya lembut. "Kesalahan terbodoh yang pernah aku lakukan." Bisiknya. "Aku nggak bisa lupa sampe sekarang."

Mauren membuat jarak di antara mereka. Memindahkan tangan Mauren dari leher Alex ke wajah lelaki itu. Mauren memaksa senyum di wajahnya lalu mengecup bibir Alex singkat. Kedua mata Alex berkaca-kaca, Mauren melihat ketulusan di sana.

Mereka menyatukan dahi sambil memejamkan mata. Meskipun tidak ada pertikaian di antara mereka, tetapi saat ini sangat menguras emosi. Dari pandangan masing-masing terpancar penyesalan yang benar-benar fatal dan berimbas sampai sekarang.

"Udah, nggak apa-apa." Kata Mauren menenangkan, tidak tahu harus ngomong apa lagi. Memaksa senyum di wajahnya tetapi air matanya mengalir membasahi pipi.

Alex menghapus jarak di antara mereka, mengecup bibir Mauren bersamaan dengan air matanya juga jatuh. Menjadi dekat seperti ini dengan Mauren, justru Alex tidak bisa menyembunyikan emosinya.

Perlahan mulai bisa bicara lembut dan Muaren tidak bisa semakin membencinya. Seharusnya hubungan mereka sepuluh tahun lalu seperti ini, berani mengungkapkan apa yang mereka rasakan tanpa ditutupi oleh ego.

Mereka saling menghapus air mata masing-masing kemudian memaksa senyum dengan kecupan-kecupan ringan. "Maaf." Kata Alex, merasa bersalah mengingatkan masa lalu.

"Kapan mengunjungi Britney?"

"Besok?" Alex menjawab sekaligus meminta persetujuan.

"Iya."

"Setelah itu, kita pergi boleh?"

"Kemana?" Mauren mengerutkan dahi.

"Ke suatu tempat."

"Hem?" Mauren tidak sepenuhnya paham.

"Kamu akan tahu sendiri besok." Jawab Alex lebih ceria dari beberapa menit yang lalu.

"Baiklah." Mauren mengalah.

Alex mengangkat tubuh Mauren yang dibalas pelukan oleh wanita itu. Mereka berciuman lagi, yang semakin lama menjadi menuntut. Mereka berhenti sesaat untuk meraup udara rakus, setelah itu melanjutkan lagi.

Mauren membiarkan Alex membawa tubuhnya berbaring di atas ranjang. Pelan-pelan melepaskan pakaiannya, tidak menuntut sehingga Mauren tak kuasa menolak. Perlahan, amarah itu semakin meluap seiring berjalannya waktu di saat Alex menyentuhnya.

***

Jakarta, 20 April 2021

Em, keknya Mauren mulai baper nih

Udah nggak marah lagi sama Alex :(

Ada yang seneng gak sih?

Ayo spam komen untuk part selanjutnya :)

Ayo spam komen untuk part selanjutnya :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
EMPTY [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang