Part 95 - Menunggu

11.2K 1.4K 184
                                    

Alex menarik nafas dalam, begitu dia keluar dari mobil sembari menggeret koper dan buket bunga di tangan satu lagi. Di depannya ada Rose yang baru keluar dari rumah tersebut.

Alex memang tidak bisa lebih keras lagi pada Rose, mamanya keras kepala. Berkali-kali diperingati tetap melakukan apa yang dia inginkan.

Sejak kejadian dua minggu lalu, ada rasa mengganjal setiap kali lelaki itu datang. Dia selalu harap-harap cemas, Mauren semakin tak tersentuh. Kalau sebelumnya Mauren masih mau menyiapkan makanan untuknya, sejak kejadian itu, Mauren bahkan tidak mau makan bersamanya.

Alex tidak bisa melewati satu hari tanpa melihat anak-anak meski hanya melalui video call. Sekarang, dia hanya berani menanyakan kabar melalui Ida.

Alex tidak bisa menahan diri dan memberikan waktu seperti yang diminta Mauren. Lelaki itu tidak bermaksud membuat Mauren stress, dia sangat mencintai wanita itu. Alex membuktikannya dengan perhatian dan akan selalu berada di sisinya.

"Ma!" Alex kesal. "Tolong kasih waktu buat Mauren. Jangan datang lagi. Jangan membuat Mauren takut."

"Mereka pergi." Jawab Rose pelan.

Alex melebarkan mata, dia berlari masuk ke rumah untuk memastikan lagi.

"Mauren," Alex memanggil. "Sayang."

Rumah itu sudah rapi. Semua barang masih lengkap seperti sebelumnya. Bahkan boks tempat anak-anak bermain masih ada dan disimpan rapi di kamar.

Semua peralatan pembuatan kue pun masih ada. Tetapi tidak ada tanda-tanda pemilik rumah hanya pergi sementara. Alex keluar dari rumah dan mencoba menelpon. Nomor Mauren dan pengasuh tidak aktif lagi.

Rose masih di tempat, wanita itu memandang anaknya sayu. Alex berlari ke rumah Ida. Menggendor pintu tidak sabaran memanggil-manggil gadis yang sudah dianggap sama seperti kedua bayinya.

Ida membuka pintu, menekuk bibirnya ke atas dan meneteskan air mata. Ida menangis sesegukan sampai kesusahan bernafas. Ida tidak sanggup bicara, dia sangat terpukul.

"Dimana mereka?"

Tangis Ida makin menjadi-jadi. Wajahnya bengkak dan kelelahan menangis. Tubuh Ida nyaris ambruk, Alex menahan kedua lengannya dan mama Ida datang dari dalam.

"Kenapa lagi ini?" Tanya wanita itu khawatir. "Ida, sadar, nak. Ayo bangun cepet. Nggak boleh gini!"

Ida tidak menjawab, tetapi air matanya tidak berhenti mengalir. Wanita itu memeluk Ida yang tidak punya tenaga dan mengelus-elus punggungnya.

"Ida seperti ini sejak Mauren pergi."

"Kemana?" Tanya Alex tidak sabaran.

Wanita itu menggeleng. "Mauren nggak mau ngasih tahu. Dia hanya pamit dan meninggalkan semua barang-barangnya di rumah."

"Kapan?"

"Kemarin malam." Jawab mama Ida. "Ida menangis tiap saat, sampai  bolos sekolah. Mauren nggak bisa ditelpon, nomornya nggak aktif lagi."

Tubuh Alex mendadak tak bertenaga. Dia akhirnya pamit dan menemui Rose. Rose tidak mendapatkan apapun dari reaksi yang Alex berikan.

Alex sibuk dengan telponnya. Bicara dengan nada tinggi dan tidak mau diam di tempat. Lelaki itu tampak frustasi. Mauren meninggalkannya lagi, kali ini membawa anak-anaknya.

***

T

idak ada yang tidak mungkin. Alex menemukan lokasi Mauren dan anak-anak. Lelaki itu langsung pergi menyusul. Dia tahu apa yang dia lakukan salah bagi Mauren. Mauren akan semakin membencinya. Tetapi, Alex memilih menghadapinya. Tidak lagi menjadi milik pengecut hanya menyalahkan diri sendiri dan berharap wanita itu kembali padanya.

EMPTY [18+]Where stories live. Discover now