Pohon Besar

6.7K 619 27
                                    

Seperti biasa, aku  selalu pulang lebih awal daripada Akbar. Di rumah hanya ada aku dan ibu. Tak lama ibu pergi ke luar. Kini aku sendirian, bebas mengobrol dengan Dirga.

Kutatap Dirga yang sedang asik sedang asik melompat-lompat di atas tempat tidur.

"Dirga, apa kamu tidak bisa mengusir Macan itu?" tanyaku.

"Macan di rumahmu?" balasnya masih melompat-lompat di atas tempat tidur.

"Iya, biar kamu bisa nonton kartun bersamaku."

"Mengusir sosok hitam di depan sekolahmu saja saja aku tidak bisa, apalagi Macan itu." Dirga duduk di sisi tempat tidur.

"Apa dia kuat juga?"

"Dia yang paling kuat, dari makhluk yang ada di rumahmu."

"Berarti ada makhluk lain juga?"

"Ada, kakek-kakek di dalam gudang, dia juga kuat."

"Terus apalagi?"

"Di atas kamar mandimu, ada wanita berambut panjang."

"Kamu sudah tahu aku paling takut ke kamar mandi, kenapa bilang begitu."

"Bukannya tadi kamu yang bertanya," balasnya tanpa bersalah.

Hihihihihi ....

"Kamu dengar itu?" tanya Dirga.

"Ya aku dengar," balasku.

"Wanita itu tau kalau kita sedang membicarakannya. Hati-hati Dani," ucapnya disertai tawa.

"Dirga! Jahat kamu!"

"Aku pergi dulu, mungkin dia mau kenalan." Dirga pun menghilang.

"Dirga! Dirga! Awas ya kamu!" ucapku kesal.

Hihihihi ....

"Pergi! Pergi! Aku tidak mau kenalan denganmu."

Hihihihi ....

"PERGI!" ucapku dengan suara lantang.

"Jangan marah Dani, aku hanya becanda. Dia tidak akan mengganggumu." Dirga tiba-tiba muncul di hadapanku.

"Tidak lucu tau," balasku kesal.

*

"Dani, Dani." Terdengar suara Indra memanggilku dari luar. Memang sudah seminggu lebih, aku tidak bermain dengannya. Dia pikir aku marah karena menyembunyikan sendalku.

Aku menghampirinya, "Apa, Dra?"

"Maen yuk, ke lapangan."

"Maen apa?"

"Maen petak umpet."

"Hah? Petak umpet, gak ah."

"Gak usah takut, ini kan siang-siang. Lagian Nek Ipah udah gak ada lagi."

"Stttt, jangan diomongin, nanti dia datang gimana?"

"Eh iya, mau gak?"

"Ya udah ayo."

Kali ini aku curang. Setiap kali bagian jaga, aku meminta Dirga membuntuti mereka. Jadi aku bisa langsung tau tempat mereka bersembuyi.

"Dani jangan ngintip dong," protes Indra.

"Iya, masa langsung cepet ketemu gitu," tambah Fahrul.

Aku sedikit tersenyum, berpura-pura polos.

"Lagian sembunyinya di situ-situ terus," balasku mencari alasan.

"Ya udah sekarang kamu jaga lagi! Awas jangan ngintip."

"Mereka bersembunyi di rumah," bisik Dirga, ketika aku sedang menghitung.

TEROR NEK IPAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang