Mau Dengar Cerita Nenek?

6.6K 637 26
                                    

"Nek Ipah!" Saking kagetnya aku sampai berteriak.

"Kak, bangun!" Aku mencoba membangunkan kakak, tapi tidak bisa.

"Hehehehehe." Nek Ipah tertawa. Suara tawanya sungguh menyeramkan.

"Pergi, Nek!"

"Nak, kamu ini lucu. Mana bisa bangunkan kakakmu itu. Coba liat ke belakang!" ucapnya.

Aku menengok, ternyata tubuhku masih tertidur pulas di tempat tidur. Apakah ini mimpi?

"Jangan takut, Nak. Nenek ke sini hanya ingin mengantar Rian, katanya dia ingin mengucapkan terimakasih."

Aku menghela nafas, menenangkan diri. Kulihat wajah Nek Ipah,  persis seperti waktu masih hidup, hanya sedikit lebih pucat. Namun aku masih belum bisa melupakan wajahnya yang menakutkan ketika bermain petak umpet.

Aku teringat perkataan Mang Wahyu, "Terkadang yang terlihat jahat belum tentu jahat."

Memang ada rasa yang berbeda ketika terakhir kali aku bertemu Nek Ipah. Sekarang jauh lebih nyaman dan hangat. Aku menatap anak kecil yang daritadi tidak bisa diam.

"Rian!" Setelah kupanggil baru ia bisa diam, berdiri di hadapanku.

Ia pun tersenyum, lalu berkata, "Kakak, makasih ya."

"Iya."

Rian kembali berlari, pergi ke luar kamar.

"Eh, Rian mau ke mana?" Ia hanya membalasku dengan lambaian tangan.

Sekarang tinggal aku berhadapan dengan Nek Ipah. "Udah, Nek! Sekarang nenek boleh pergi," ucapku.

"Kamu tidak mau mendengar cerita nenek?"

"Cerita apa lagi Nek, nanti nenek tiba-tiba berubah lagi," ucapku.

"Tentang semua yang menimpamu selama hampir 40 hari terakhir ini," jelasnya.

Aku terdiam sejenak, memang ada rasa penasaran tentang semua kejadian aneh ini. Namun aku masih belum bisa begitu saja percaya dengan Nek Ipah.

"Nenek gak bohong, Kan?"

"Kalau bohong nenek udah diusir sama penjaga di belakangmu itu."

Aku menoleh ke belakang, tidak ada siapa-siapa. "Mana, Nek?"

"Hehehehehe, kamu belum pernah bertemu dengannya?"

"Jangan ketawa, Nek! Serem. Dani belum pernah ketemu dia."

"Bentuknya burung. Ukurannya besar sekali dan berwarna emas. Dia yang membebaskan nenek dan bertarung melawan Wanita Hitam itu," jelas Nek Ipah.

"Oh, kenapa dia tidak menolongku waktu Si Wanita Hitam datang ke sini?" tanyaku.

"Itu karena kesalahan kamu sendiri. Kenapa mengizinkan anak kecil itu masuk ke rumah ini."

"Aku kan gak tau Nek," elakku.

"Dani, penjagamu itu tidak akan bisa berbuat apa-apa, ketika kamu mengizinkan anak itu menempel ke tubuhmu. Jika dia melawan atau mengusirnya secara paksa, khawatir akan terjadi sesuatu kepadamu nanti," jelas Nek Ipah.

"Oh .... kenapa dia gak ngomong langsung aja sih, Nek?"

"Dia tidak bisa berbicara dengan bahasamu."

"Terus, bicara pake bahasa apa, Nek?" tanyaku.

"Bahasa Jin," jawab Nek Ipah.

_______

Suasana semakin mencair, aku duduk di sisi tempat tidur.

TEROR NEK IPAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang