14. Mencari perhatia

24 4 1
                                    

"Kenapa?"

"Apa saya salah bicara?"

Laki-laki menggeleng cepat. "Maaf, Tadi Ibu ngomong apa?" tanya laki-laki itu bersikap biasa saja.

"Maksud saya, kamu tau kan Cia itu suka mencari masalah, saya harap setelah dekat dengan mu. Kamu bisa membantu Cia biar dia gak aneh-aneh lagi." hal itu membuat Reano menggaruk kepalanya bingung.

"Gimana ya Bu, saya gak bisa janji sih soalnya dia kalau sama saya sama aja. Gak mau dibilangin." kata Reano jujur, bahkan bukan hanya tak mau di bilangin mereka lebih cenderung menjadi musuh daripada berteman. Mendengar itu Jihan tertawa terbahak-bahak.

"Iya... Sama saya aja dia gak mau nurut, apalagi orang lain ya," kekeh nya setuju atas pendapat Reano. "Yaudah gapapa, tapi jujur saya senang Cia bisa bergaul dengan laki-laki baik dan pintar seperti kamu."

"Soalnya saya sering dengar kamu diomongin para guru karena aktif dalam kegiatan, bahkan prestasi kamu banyak di sekolah Bina, saya harap Cia bisa belajar sama kamu. Bukan cuma jadi pembuat onar! Yang memalukan keluarga." cibir Jihan di bantah oleh Cia yang barusaja turun dari anak tangga.

"Gosipin keburukan orang itu gak sopan!" ucapnya lalu duduk di samping Regulus.

Reano tersenyum dengan reaksi Cia terhadap omongan Jihan, merasa lucu melihat gadis itu begitu melindungi reputasinya sendiri. Dia hanya mengangguk saat perempuan itu duduk di sebelahnya, dan dia mencoba fokus pada minumannya sendiri untuk menghindari mata Jihan yang menyelidiknya.

"Kakak bicara fakta." jawab Jihan menyilangkan kedua tangannya, hal itu membuat Cia memutar bola matanya malas.

"Eh, bentar ya Re, Ibu ngecek situasi di depan dulu ya, itu bunganya udah pada datang." ucap Jihan sembari melihat ke arah jendela yang memperlihatkan mobil pickup berhenti di pekarangan rumah nya. "Kamu temenin Rean dulu!" lanjut perempuan itu memerintahkan Cia dan segera pergi ke depan.

Cia melirik Reano, terlihat laki-laki itu melihat keberbagai arah di rumah nya, hal itu membuat Cia menepuk pundak laki-laki itu. "Kalian ngomongin apa aja?"

"Banyak" jawab Reano singkat sembari menghabiskan minuman nya, Cia pun berdecak kesal.

"Ya kasih tau dong." pertanyaan itu membuat Rean menatap ke arah Cia. "Gue kasih tau, tapi gue ke toilet dulu." ucap laki-laki itu langsung berdiri.

Cia menghela nafasnya dan menunjuk ke arah toilet didekat dapur. Reano pun mengangguk dan segera masuk.

Ia berhenti di dapur, melihat seluruh ruangan yang cukup membuat nya pusing hingga ia masuk ke lorong dan menemukan beberapa kamar, ia mengira-ngira mana kamar Jihan, dan mengintip setiap kamar.

Karena kemungkinan jika ia tahu jalan keluar dan letak pintu darurat seperti jendela dapur, dan pintu belakang. Kemungkin saat ia meluncurkan aksinya besok malam dia bisa dengan cekatan untuk kabur.

Setelah membuka kamar kedua Reano mengangguk dan yakin seratus persen bahwa itu kamar Jihan, apalagi saat melihat foto perempuan itu terpampang nyata di meja kecil sampai kasur. Laki-laki itupun segera berjalan keluar.

Suara langkah seseorang mendekat, membuat laki-laki itu sedikit deg-degan. Tapi ia merasa lega saat ia berpapasan dengan seorang pembantu, setidaknya dia tak bertemu dengan Jihan.

"Lama banget." cibir Cia saat melihat Reno cukup lama di dalam toilet, mendengar hal itu Reano hanya menatapnya santai, kemudian mengambil ranselnya dan memakai jaket.

"Pantesan temen-temen lo pada gak mau main ke rumah," ucap laki-laki itu dengan tiba-tiba. Cia mengerutkan keningnya. "Orang lo gak melayani tamu dengan baik."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Salah Siapa?Where stories live. Discover now