-50-Semua Impas

22.2K 1K 9
                                    

Angin malam yang begitu sejuk masuk kedalam celah kamar seorang gadis yang sibuk membaca novel. Febri tidak benar benar membaca novel, dirinya hanya membolak balik lembaran kertas tanpa berniat membaca nya.

Febri gelisah. Gadis itu menunggu kabar dari Papanya mengenai permintaan Febri siang tadi

"Ck, Gue bakal bales lo berdua" gumam gadis itu

Drtt drtt

Ponsel Febri berdering, menandakan ada sebuah panggilan masuk. Dengan cepat Febri mengangkatnya, berharap Andre memberi kabar baik

"Hal-"

"Gimana Pah? Udah beres semuanya?" potong Febri

Terdengar disebrang telfon Andre terkekeh "Kamu ini, bukannya ucap salam"

"Iya assalamualaikum, waalaikumsalam. Jadi gimana?"

"Papa udah urus semuanya. Saham perusahaan kita yang ada di keluarga Safna sudah Papa tarik, Papa juga sudah membatalkan semua kerja sama dengannya"

Mata Febri berbinar. Ya, memang itu semua Febri yang meminta. Terserah kalian mau menganggap Febri seperti apa, yang terpenting bagi Febri adalah Safna merasakan apa yang Febri rasakan akibat ulah gadis itu

"Makasih banyak Pah! Sayangggg Papa" ucap Febri

"Bilang sayang kalok ada maunya doang ya" sindir Andre

"Sayang Papa terus pokoknya. Yaudah Febri matiin, Papa pulang atau lembur?" tanya Febri

"Papa lembur, pulang besok sekalian jemput Mama di bandara"

"Okey"

Tutut

Febri menghela nafas lega. Kedua manusia tidak berotak seperti Arka dan Safna sudah menerima pembalasan sendiri sendiri

Sekilas Febri memikirkan keadaan Arka. Apakah lelaki itu koma? atau bahkan mati?

***

Febri berjalan santai menelusuri lorong rumah sakit bersama Bunda Sinta. Keduanya akan mengantar Davi pulang kerumah, kabar yang sangat membahagiakan

"Assalamualaikum" ucap Febri dan Sinta bersamaan saat memasuki ruangan

Davi menoleh, wajah lelaki itu terlihat sangat masam "Waalaikumsalam" jawabnya

"Kenapa muka lo kusut gitu. Perlu gue setrika?" ucap Febri

Davi berdecak "Lo lama banget si. Bunda juga. Gue nunggu udah ada setengah jam" kesal Davi

"Lebay banget" ucap Sinta

Sinta membereskan beberapa pakaian Davi kedalam koper. Sedangkan Febri membantu Davi berpindah dari brankar duduk keatas kursi roda

"Ngapain pakek beginian si. Gue masih bisa jalan" ucap Davi

"Udah diem lo. Berdiri aja gak bisa, mau sok sok an jalan" kesal Febri

"Gue bisa jalan Feb. Bantu gue berdiri"

"Gak" tolak Febri

Davi melirik malas keraah Febri. Lelaki itu berusaha berdiri dengan pinggir brankar sebagai penyangga. Febri hanya memperhatikan, tanpa berniat membantu

"Awas jatuh" ucap Febri

"Tenang. Gue kuat"

Karena memang kondisi Davi belum sepenuhnya pulih, alhasil lelaki itu terhiung. Febri dengan sigap menopang tubuh Davi. Entah memang Febri yang tak kuat atau Davi yang terlalu berat, keduanya terjatuh

DAVI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang