36 - GAGAL MODUS

37.6K 4K 243
                                    

Vote di awal ⭐
Komen di akhir 💬

꧁ H a p p y R e a d i n g ꧂

“Dia adalah orang yang senyumnya mampu membuat orang lain ikut tersenyum.”

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Starla menarik lengan Angkasa dengan tangan kanan, sementara tangannya yang lain memegang sepiring penuh batagor. Gadis capricorn itu membawa sang cowok menuju salah satu bangku yang cukup jauh dari keramaian. Tak memusingkan tatapan sinis dari beberapa siswi padanya.

Kalau mau, Angkasa bisa saja menghempaskan tangan mungil yang bertengger nyaman di lengannya itu dalam sekali sentakan. Tapi, berhubung saat ini Angkasa terlalu malas memakai tenaga--walaupun sepertinya bukan itu alasan utamanya--Angkasa memilih untuk membiarkan si gadis menariknya.

Starla meletakkan piring ke meja, lalu berjinjit dan menekan pundak Angkasa. Setelah cowok itu duduk, Starla ikut duduk menghadapnya.

"Angkasa?"

"Hm?"

"Kalo hari ini gak sibuk ... nonton, yuk? Liat, tiketnya udah ada." Memamerkan dua tiket yang tadi ia ambil dari dalam saku.

Mendapat respon berupa deheman singkat, Starla kembali melanjutkan kalimatnya. "Harusnya, sore ini mau nonton sama abang, eh tapi ternyata abang mendadak harus balik ke Bogor. Pagi buta tadi udah berangkat," jelasnya. "Gima--"

"Sibuk."

Starla manyun. Angkasa menatapnya seakan berkata 'apa?' karena tak mengerti mengapa Starla memasang wajah bete hanya karena satu kata yang ia keluarkan.

"Sibuk apa? Lomba?!" tanya Starla ketus. Dalam hati bersorak bangga karena bisa mengeluarkan nada andalan Angkasa. Cowok itu pikir, cuma dia yang bisa ngomong ketus? Nih, Starla juga bisa!

"Perlu banget tau?"

"Perlu, dong! Kan gue calon pacar lo."

Angkasa menatapnya dengan tatapan 'situ waras?' yang membuat Starla kembali memanyunkan bibirnya. Dengan sedikit dengusan sebal, Starla memasukan tiga suapan berturut-turut yang berisi batagor ke dalam mulutnya.

"Bwenwerwan gwa bwisa? Huari inwi dwo--"

"Abisin dulu," titah Angkasa seraya menggeleng kecil. Jujur saja, hatinya sedikit tergelitik melihat wajah gadis itu. Alis menukik, pipi menggembung, belum lagi ujung hidungnya memerah--yang Angkasa duga karena menahan kesal.

Starla menelan bulat-bulat makanan dalam mulutnya.

"Hari ini doang, Angkasa. Masih gak bisa?" tanyanya kemudian.

"Padahal--"

Starla tak bisa melanjutkan kalimatnya saat Angkasa sudah berdiri dari duduknya dan tanpa aba-aba mendaratkan telapak tangan di puncak kepala Starla, mengacak surai hitam itu beberapa detik.

"Bentar lagi bel. Cepet abisin." Mengetukkan telunjuknya di dahi Starla. "Bawel."

Setelah sukses membuat Starla terbengong-bengong di tempat, Angkasa berjalan dengan santai ke arah dimana teman-temannya berada.

Bukan kalimat yang spesial, bahkan biasa saja, tapi ... terdengar sangat berbeda saat Angkasa yang mengucapkannya.

Starla langsung merona, dan entah bagaimana perutnya tiba-tiba jadi terasa aneh. Menggelitik. Seakan-akan ada kupu-kupu yang beterbangan di dalam sana. Anehnya, Starla menyukai sensasi itu.

Hai, Angkasa! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang