30 - DIA ATAU DIA

42.9K 4.1K 57
                                    

Vote di awal >>
Komen di akhir >>

!Happy Reading!

“Malu itu saat lo berbuat dosa, dan lo ngerasa bangga.”

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dentuman musik yang memekakkan telinga, gemerlap lampu warna-warni, aroma parfum yang saling berbaur, dan berbagai botol minuman di setiap meja.

Angkasa berdiri di sudut ruangan, dengan kaos putih polos, jeans hitam, serta kemeja berwarna serupa yang sengaja tak dikancing. Rambutnya tak ditata sedemikian rupa, namun sudah membuat semua perempuan yang dilewatinya terpesona.

Jangan tanya bagaimana Angkasa bisa ada di sini meski dia ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan menjauhi kebisingan serta keramaian yang nyaris membuat pusing.

"Sini, Sa!" Berjalan mendekati teman-temannya yang duduk di salah satu meja paling ujung.

"Mau?" tawar Alden saat Angkasa baru saja tiba di sana.

"Angkasa gak minum, bego!" tukas Calvin sembari menoyor kepala Alden--suatu kesenangan tersendiri bagi Calvin.

"Lo gak makan juga, Sa?"

"Maksudnya bukan itu, dodol!"

Alden menangkis tangan Calvin yang hendak menoyor kepalanya lagi.

"Lo pasti ngiranya ini miras, kan?Tenang, ini air bening yang dijamin halal." Mengangkat kedua jempolnya." Gila aja gue minum gituan!" lanjutnya.

"Air bening? Air putih kali!" koreksi Dito yang disambut tawa menyebalkan Alden.

"Ciri-ciri orang ber-IQ rendah gini, nih!" hina Alden. "Air putih itu susu! Ini kan warnanya bening bukan putih. Jadi air bening!"

"Iya juga, ya."

Dito manggut-manggut, tapi wajahnya terlihat ragu. "Ini lo yang bodoh, atau gue yang bego, sih?" bingungnya.

Angkasa meraih botol itu. "Ngapain dimasukin ke sini?"

"Biar gak malu lah gue, Sa. Masa di tempat beginian minumnya air putih. Nanti gue diketawain pasti! Makanya ini tadi gue ke toilet dulu buat masukin air halalnya ke nih botol," ujar Alden panjang lebar.

"Ngapain malu?" tanya Angkasa lagi.

"Ya coba lu liat, di sini mana ada yang minum aqua macam kita," ujar Alden seraya mengedarkan pandangannya.

"Itu bukan hal yang bikin malu."

Angkasa mengangkat dagunya, menunjuk orang-orang yang berkumpul di salah satu meja dengan banyaknya minuman yang memenuhi.

"Sesuatu yang baik, walaupun dianggap aneh sama orang lain nilainya gak bakal berubah. Malu itu kalo lo bikin dosa dan lo merasa bangga karena itu." Angkasa jarang ngomong panjang lebar, tapi kalo itu menyangkut orang-orang yang penting di hidupnya, bakal beda lagi ceritanya.

Alden bertepuk tangan heboh. Begitu juga dengan Dito dan Dion.

"Gila! Bangga banget gue punya kembaran kek lo, Sa!" beo Alden.

"Mimpi jangan ketinggian, Al. Ntar jatoh, sakit." Dion terbahak.

"Bacot tanda iri, bos!"

"Si Azka gak ikut. Males katanya," ujar Calvin sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Gue juga males," terang Angkasa jujur.

"Kalo bukan karena kita yang maksa, pasti sekarang lo lagi kencan sama buku kan, Sa?" sindir Dito. Dia sudah hapal betul sifat Angkasa.

Hai, Angkasa! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang