47 - SALAH TINGKAH

37.9K 3.9K 100
                                    

Vote di awal ⭐
Komen di akhir 💬

꧁ H a p p y R e a d i n g ꧂

“Perlahan, hadirnya menjadi sebuah prioritas untuk didapat.”

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


"Dari dede gemes."

Alden mengulurkan sebotol minuman dingin ke arah Angkasa yang tengah duduk di pinggir lapangan dengan pelipis penuh keringat.

Kapten basket SMA Galakti Nusantara itu nampak sedikit mengerutkan dahi. "Starla Keina Fazwa?"

"Yoi! Dia nanti ke sini katanya."

"Thanks," ujar Angkasa. Alden mengangguk dan mengacungkan ibu jarinya.

Di seberang lapangan, empat orang laki-laki yang berbaris sambil jalan jongkok meneriaki nama Alden. Memerintahkan agar cowok itu segera kembali ke sana. Mereka berlima tengah menjalani hukuman yang diberikan bu Banu karena sudah memecahkan kaca jendela ruang guru.

Angkasa menatap botol dingin di tangannya. Hanya sebotol air mineral, tapi mampu membuat perasaannya menghangat. Aneh, sekarang semua hal yang menyangkut gadis itu selalu sukses memberikan sensasi asing dalam hatinya.

Angkasa sedikit tersentak kala tiba-tiba seseorang mendudukkan diri di sampingnya. Ia tak akan mau repot-repot menoleh, kalau saja alunan suara yang dirindukannya terdengar.

"Hai, Angkasa!" sapa Starla seraya mengukir senyum lebar di wajah. Tangan kirinya menggenggam sebotol minuman, sementara tangannya yang lain memegang sebungkus roti sobek yang tadi ia beli di kantin.

"Pulang sekolah main, yuk!" ajak Starla penuh semangat.

"Sebentar aja," rayunya. Tak mengalihkan pandangan dari Angkasa yang selalu membuatnya berdebar hanya dengan menatap matanya. Ditambah lagi aura Angkasa lebih mempesona dalam balutan seragam basket juga bulir keringat pada pelipis yang menambah kesan keren di mata Starla.

"Sebentar lagi ujian," peringat Angkasa, meletakkan botol di tengah mereka berdua.

Starla cemberut kecil. Penyesalan memang datangnya di akhir, dan itu yang kini Starla rasakan. Setelah dengan percaya dirinya membuat misi menjauh dari Angkasa, sampai memutus ikatan pertutoran mereka, Starla kini merasakan perbedaan besar saat belajar bersama Angkasa, dengan belajar sendiri tanpa bantuan Angkasa.

Sulit!

"Angkasa...?"

"Hm?"

Starla membuka mulutnya, hendak mengucapkan kalimat, namun ragu-ragu. "Eum ... gak jadi, deh."

Akhirnya Starla memilih menelan kalimatnya. Untuk mengurangi rasa canggung, ia berniat meminum air. Namun, tutup botol itu terasa sangat sulit untuk dibuka, membuat Starla menggerutu dalam hati.

Angkasa yang sejak tadi memperhatikan, mengambil alih botol di tangan Starla. Tak ada dua detik, tutup botol sudah terbuka.

"Nih."

Starla menerima uluran itu dengan senyum yang berusaha ia tahan. Sederhana, namun terasa istimewa karena yang melakukan adalah sang pujaan hati. Dilihat dari sudut manapun, sosok Angkasa adalah pacar idaman Starla--atau mungkin semua perempuan. Hingga Starla membatin dalam hati, "Angkasa pacaran, yuk?"

Hening.

"Harus banget lo yang ngomong?" kata Angkasa tiba-tiba.

Starla melotot. "Angkasa! Lo bisa baca pikiran orang, ya?!" pekiknya.

Angkasa malah menggeleng dengan sudut bibir sedikit tertarik ke atas.

"Angkasa!" Starla kesal. Apa-apaan coba responnya itu! Kalau Angkasa tak bisa membaca pikiran orang, terus itu apa? Padahal jelas-jelas tadi Starla hanya berucap dalam hati.

"Gue ... gak ngomong aneh-aneh, kan?" Starla was-was.

"Ngajak pacaran iya," balas Angkasa santai.

"HAH?!" Tatapan Starla garang, kontras dengan pipi yang sudah merona.

"Tumben malu," kata Angkasa.

Starla reflek menebok lengan cowok itu cukup keras. "E-eh, maaf."

"Abisnya! Kata-kata lo seolah urat malu gue udah putus aja."

"Iya, kan?"

"Angkasa!" amuk Starla yang dibalas tawa kecil dari Angkasa. Melihat itu, Starla baru sadar. Sekarang Angkasa sudah sedikit lebih banyak tersenyum dibandingkan dengan dulu yang hanya bisa memasang wajah galak. Cowok itu juga sekarang sudah bisa berbuat usil, seperti saat ini.

"Eh, Bima!" Starla berteriak sembari melambaikan tangan ke arah seorang cowok yang berjalan melewatinya.

"Starla? Kenapa?" tanya Bima.

"Akbar ke mana, sih? Hari ini juga dia gak masuk sekolah."

"Gak ada keterangan. Gue chatt juga cuma ceklis satu. Nanti kalo udah ada kabar langsung gue kasih tau. Rencananya hari ini gue sama yang lain mau ke rumah dia, sih."

Starla manggut-manggut. "Makasih, Bim."

"Yo." Teman sekelas Starla itu langsung berjalan menjauh. Dia tak bisa lebih lama diam di sana dengan Angkasa yang menatapnya dingin.

"Kangen?"

Starla menoleh cepat pada Angkasa. "Kangen? Kangen Akbar maksudnya?"

"Hn."

Gelengan kepala Starla berikan. "Gue pengen tau Arganta ada di mana, makanya mau nanya ke Akbar," ucapnya jujur. Beberapa detik kemudian Starla tersenyum usil.

"Kenapa? Cemburu?"

"Jangan narsis."

"Oh gitu ... berarti kalo nanti gue pacaran sama dia gapapa?" Starla menaik-turunkan alisnya.

"Akbar atau kakaknya?"

"Kalo kakaknya, cemburu?"

"Ngapain cemburu sama orang yang udah lindungin lo," balas Angkasa.

"Kalo nanti gue pacaran sama Arganta berarti gapapa, nih?" tanya Starla lagi.

"Lo suka dia?" tanya Angkasa balik.

"Suka."

Dengan gerakan cepat, Angkasa menoleh ke arah Starla. Hingga gadis itu jadi salah tingkah karena ditatapnya.

"Suka?"

"Y-ya itu suka. Sebagai kakak," ralat Starla. Angkasa diam tak menyahut, namun matanya masih tetap menatap Starla.

"Arganta sama bang Saga seumuran, jadi ngerasanya kayak punya tiga abang. Kai, bang Saga, sama Arganta, deh!" Starla tertawa kencang--supaya tak terlihat salah tingkah.

"...bagus, lah."

"Apa, Sa?" Gumaman Angkasa tak bisa Starla dengar dengan jelas karena terendam oleh gema tawanya sendiri.

"Gak," balas Angkasa tegas.

Belum sempat membalas ucapan itu, dering ponsel Starla berbunyi. Menampilkan satu nama yang membuat Starla menaikkan kedua alisnya.

'Denara'















Tbc




Lagi-lagi, makasih banyak buat yang masih baca cerita ini ♡

Maaf karena updatenya lama🙏

Semoga gak minggat ya wkwkwk

Jangan lupa tinggalkan jejak juga!

Semoga part ini gak mengecewakan ☕

Stay safe!

Dadah!

Hai, Angkasa! [COMPLETED]Where stories live. Discover now