3 #Dia yang Sendirian

287 42 0
                                    

Entah sebesar apa kekuatan sinar sang mentari hingga mampu menembus kelopak mata Renjun yang tertutup guna menggelapkan pandangannya dari kejamnya dunia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Entah sebesar apa kekuatan sinar sang mentari hingga mampu menembus kelopak mata Renjun yang tertutup guna menggelapkan pandangannya dari kejamnya dunia. Keberadaan sinar mentari berhasil menyadar Renjun dari mimpi indahnya, dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya Renjun mengubah posisinya menjadi terduduk di atas tipisnya alas tidur yang ia gunakan hanya agar kulitnya tak langsung bersentuhan dengan lantai.

Renjun menoleh ke belakang, mendapati wanita tua renta yang masih bermain di alam mimpi, senyuman pun terukir di wajahnya, Renjun segera bangkit dari duduknya dan menyambar handuk kering yang tergantung di dekat pintu belakang menuju tempat jemuran.

Guyuran air mulai membasahi tubuhnya, Renjun tetap berusaha untuk memanimalisir suara agar tidak membangunkan satu penghuni rumah lainnya yang masih tertidur nyenyak. Ia memastikan setiap sisi tubuhnya bersih hingga guyuran terakhir mengenai tubuhnya, dikeringkannya jejak air yang tersisa di atas kulitnya lalu keluar dari kamar mandi setelah melapisi tubuhnya dengan seragam sekolah serta memastikan gips dapat menjaga tangannya dengan baik. Jalannya pun tetap mengendap-endap, pandangannya tak terlepas dari sang nenek yang untungnya masih tertidur sampai sekarang.

Buku-buku dan alat tulis telah ia siapkan di dalam tas sejak kemarin malam dan siap untuk ia bawa pagi hari ini. Renjun mengambil sticky notes dari dalam tasnya, menggesekan pulpen di atasnya hingga menghasilkan tulisan 'Aku berangkat sekolah dulu, aku akan pulang setelah selesai bekerja paruh waktu, tak perlu menungguku, tidur saja lebih dulu.'

Ia menempelkan tulisan itu pada lantai tepat di depan sang nenek, ia hanya harus memastikan hal pertama yang dilihat nenek saat membuka mata adalah pesan tertulis darinya agar kejadian lama tak terulang kembali di mana sang nenek menunggunya pulang hingga larut malam.

Renjun mengangkat pandangannya ke luar saat suara klakson mobil yang biasa ia dengar hampir setiap hari berbunyi kencang sebanyak dua kali disusul suara teriakan Jisung yang menyuruhnya untuk lebih cepat keluar dari rumah, dengan terburu-buru Renjun keluar dari rumah menhampiri sang pemilik mobil. "Kenapa lama sekali?" protes orang di balik kemudi, "Aku harus meninggalkan pesan dulu sebelum pergi, kalau tidak nenek-ku akan menunggu ku pulang hingga larut malam," jawab Renjun .

"Apa kau harus melakukan itu setiap hari? Sejak hari pertama kita berangkat bersama kau selalu jadi yang terlama masuk ke dalam mobil," timpal Jisung. "Sejak kapan kau jadi banyak bicara? Lagipula seharusnya kalian sudah terbiasa dengan apa yang aku lakukan setiap pagi."

"Bagaimana bisa menunggu mu menjadi sebuah kebiasaan?"

"Kalau tidak mau menunggu ya sudah jangan ikut mobil ini!"

"Hei! Mau sampai kapan kalian berdebat!?" seru Haechan dari depan, kupingnya terasa panas karena sudah mendengar pertengkaran di pagi hari yang sangat buruk ini. Ah, tidak, bagi Haechan setiap hari adalah hari buruk kecuali saat mereka berkumpul di rumah besar itu, hari akan menjadi lebih baik baginya.

[✔️] Titip Nyawa || DreamiesWhere stories live. Discover now