6 #Mereka yang Ditinggalkan

186 35 0
                                    

Jaemin menyalurkan seluruh kekuatannya agar tubuh Jeno bisa mendarat dengan sempurna di atas ranjang, setelahnya Jaemin membawa kursi roda Jeno ke sudut kamar, dan mengakhiri kegiatannya dengan menidurkan diri di ranjang atas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jaemin menyalurkan seluruh kekuatannya agar tubuh Jeno bisa mendarat dengan sempurna di atas ranjang, setelahnya Jaemin membawa kursi roda Jeno ke sudut kamar, dan mengakhiri kegiatannya dengan menidurkan diri di ranjang atas. "Kau tidak lelah?" pertanyaan dari Jeno berhasil merubah posisi tidur Jaemin yang tadinya terlentang menjadi menyamping, "Lelah kenapa?" balasnya, "Dengan keadaan sekarang, dengan aku dan kursi rodaku. Kau tidak lelah?"

"Kalau ditanya begitu semua orang akan menjawab iya, semua orang pasti lelah."

"Jadi kau lelah?"

"Bisa dibilang iya? Aku sendiri tidak tau bagaimana keadaanku sekarang, terlalu rumit untuk dirasakan."

"Kalau begitu, mau pergi?"

Jaemin segera memunculkan kepalanya dari atas, membuat kontak mata dengan Jeno, "Pergi bagaimana maksudmu?" tanyanya, "Selama ini kita bergabung dengan mereka agar kita bisa lebih bahagia, tapi sekarang kita terlihat lebih memprihatinkan dari sebelumnya."

Jaemin menghela napas berat, mengembalikan posisi terlentangnya, kedua manik matanya menatap langit-langit kamar yang kosong dan polos, "Jadi kau mau pergi karena ada masalah dan akan kembali setelah masalah itu selesai? Singkatnya kau hanya mau menerima bagian enaknya saja, begitu?" Jeno berdeham, memang terdengar kurang ajar, tapi Jeno pun menyadari bahwa memang itu lah tujuannya. Dia menerima uluran tangan Haechan untuk bergabung karena ia menyadari hidupnya dan Jaemin sangat tidak layak untuk disebut bahagia.

Mereka bertemu dalam keadaan yang patut dikasihani walau keduanya tak pernah meminta belas kasihan siapa pun, Jeno yang dititipkan di panti asuhan selepas kepergian kedua orang tuanya karena tak ada satu pun dari anggota keluarga besar Jeno yang mau membesarkannya bertemu dengan Jaemin yang tak diterima oleh kedua orang tuanya sendiri dan berakhir ditemukan di pikir jalan dengan kardus tipis sebagai rumahnya. Keadaan keduanya terlalu hancur bahkan untuk dihancurkan lagi oleh keadaan.

"Aku tidak tau bagaimana caranya pergi," gumam Jaemin, "Abaikan saja mereka, atau anggap kita tak pernah ada di tengah-tengah mereka," balas Jeno dengan santainya. Jaemin terduduk di ranjangnya, memutar-mutar ponsel di tangan, lalu kembali melanjutkan dialognya dengan Jeno, "Kau bisa seperti itu? Melupakan mereka? Bahkan mengabaikan mereka saja mungkin akan sulit." Jeno menyeringai, "Chenle, Renjun, dan Jisung saja bisa pergi seenak mereka, kenapa kita tidak bisa? Kita juga punya hak untuk pergi."

"Mark meminta kita untuk tidak pergi, percaya saja padanya."

"Kau mau percaya padanya lagi setelah kejadian waktu itu? Bukankah sudah cukup memberikan kepercayaan kepadanya?"

"Tak ada salahnya, buktinya kita bisa bertahan selama setahun ini."

"Hanya sampai sekarang, bahkan sekarang pun sudah terlalu buruk untuk disebut berhasil bertahan, kita sudah tak utuh, apa gunanya dipertahankan? Ayo pergi saja."

"Di mana kau bisa menemukan kebahagiaan jika kita pergi sekarang?"

"Aku akan mencarikan kebahagiaan yang baru untuk kita, sekarang pergi saja dulu."

[✔️] Titip Nyawa || DreamiesWhere stories live. Discover now