9 #Rangkaian Hari Sebelum Pulang 02

197 34 0
                                    

D-5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

D-5

Matt meraih benda pipih yang tergeletak di meja ruang tamu sembari berjalan menuju mobilnya, tepat setelah pintu mobilnya tertutup, Matt menempelkan benda pipih itu pada telinganya.

"Halo?" ujarnya sebagai kata pembuka yang tentu langsung dibalas oleh orang di seberang sana, "Ya, kenapa?" Matt sontak tersenyum mendengar respon cepat dari lawan bicara, "Aku tak bisa menjemput hari ini, ada urusan yang membuat ku harus berangkat lebih lama, jika harus menjemput mu dan yang lain bisa-bisa kita semua terlambat," jelasnya tanpa ada satu kata pun yang salah. "Ya sudah, aku juga sudah sampai di sekolah, baru ingin menghubungi mu supaya tidak menjemput ku."

"Kenapa berangkat pagi sekali?"

"Ada urusan, ku tutup ya." Tanpa menunggu jawaban 'Mark,' Renjun segera memutuskan sambungan telepon antara keduanya. Matt menurunkan ponselnya, menginjak pedal gas pada mobilnya guna meninggalkan pekarangan rumah milik sang ayah.

Sama halnya seperti yang sudah berlalu, kita harus kembali ingat bahwa pria ini adalah Matthew bukan Mark, tentu saja dia berbohong perihal tak bisa menjemput karena ada urusan lain, buktinya sekarang mobilnya berlaju menuju rumah Haechan dan ia lanjutkan hingga berhenti tepat di depan rumah Jisung yang menampakan dengan jelas tubuh anak termuda sedang menendang segala macam batu di halaman rumahnya.

"Renjun tidak ikut," lontar Matt tanpa memberi kesempatan bagi Jisung bahkan hanya untuk memastikan dirinya sudah duduk di kursi penumpang. "Kenapa?" Matt yang tak memiliki niatan untuk menjawab sekali lagi diselamatkan oleh Haechan yang dengan sukarela menjawab pertanyaan Jisung, pikirnya tak ada ruginya ia tadi menjelaskan mengapa Renjun tidak ikut, yang lagi-lagi merupakan kebohongan.

Mobil kembali melanjutkan perjalanannya, sang pengemudi tak mau peduli dengan keadaan anak yang terduduk sendirian di belakang bahkan sampai Haechan berteriak untuk kembali menyadarkan anak itu akan dunianya. Matt masih bisa tersenyum sampai Jisung keluar lebih dulu dari mobil mereka dan kembali memasang topengnya saat Haechan menoleh menanyakan ada apa dengan Jisung hari ini yang hanya ia jawab dengan kedikan bahu. "Turun sana, susul anak itu," titah Matt.

"Untuk apa? Dia pasti pergi ke kelasnya."

"Siapa tau dia pergi ke kelas Renjun." Haechan mengernyit, "Kenapa dia harus pergi ke kelas Renjun?" tanya Haechan kebingungan, "Untuk meminta maaf? Atau mungkin membunuhnya? Tidak ada yang tau."

════════════•>✾<•════════════

Suara dering telepon memecah keheningan berkepanjangan yang terjadi di rumah ini, dering telepon itu berasal dari ponsel milik Jeno yang menampilkan nama Chenle di layarnya. "Apa!? Kenapa di rumah sakit!?" pekikan Jeno menarik perhatian tiga orang lainnya yang tersisa, "Siapa yang di rumah sakit?" sela Jaemin sesegera mungkin setelah Jeno menjauhkan ponselnya dari telinga. "Jisung, dia di rumah sakit dengan Chenle."

[✔️] Titip Nyawa || DreamiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang