5 #Ketakutan Terbesarnya

212 40 0
                                    

Suara derap kaki menarik perhatian Chenle hingga kepalanya menoleh dengan kedua manik matanya yang segera bertemu dengan tatapan cemas Jaemin, ia pun berdiri bermaksud menyambut dua rekannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara derap kaki menarik perhatian Chenle hingga kepalanya menoleh dengan kedua manik matanya yang segera bertemu dengan tatapan cemas Jaemin, ia pun berdiri bermaksud menyambut dua rekannya. "Kenapa bisa sampai ke sini? Dia kenapa?" itu adalah hal pertama yang langsung dilontarkan Jaemin seketika setelah kakinya berhenti tepat di depan Chenle.

"Ayahnya gila," jawab Chenle singkat tanpa memperjelas kejadian yang hampir saja menghilangkan nyawa Jisung. "Gila bagaimana? Jelaskan yang benar!" desak Jeno, "Dia dilempari botol alkohol tepat di kepalanya, bahkan tubuhnya penuh darah, aku bertaruh itu pasti tertusuk pecahan botol alkohol yang bertebaran di lantai rumahnya."

"Ayahnya segila itu?" Chenle mengedikan bahunya, ia tidak tau julukan apa yang cocok untuk pria itu selain 'gila' karena dia memang tampak seperti itu. "Kau pulang saja, biar kami yang urus Jisung," titah Jeno, "Kenapa? Aku yang membawanya ke sini."

Entah bagaimana Chenle merasa ia masih mempunyai tanggung jawab atas keselamatan Jisung, lagi pula Jisung menjadi anggota yang paling dekat dengannya dibanding yang lain, mungkin juga karena faktor perbedaan usia mereka yang tak jauh berbeda. "Pulang dulu, belajar."

"Kau menyuruh ku belajar?" Jeno mengangguk santai, ia mendengar bahwa Chenle akan menghadapi ujian harian besok, jika ia tetap di sini kapan Chenle akan belajar untuk ujiannya? "Kalau aku kehilangan Jisung saat sedang belajar kau mau bertanggung jawab?" Jeno mengernyit, "Kenapa bilang begitu? Jisung pasti selamat," balas Jaemin.

"Aku hanya berjaga-jaga kalau saja dia ingin membunuh dirinya sendiri, terserah kalian, aku akan pulang sekarang, kabari aku jika ada kabar baik ataupun buruk." Tanpa aba-aba, Chenle berlalu meninggalkan Jeno dan Jaemin.

Langkahnya yang awalnya penuh keberanian dan tanpa ragu menambahkan jarak dengan ruang ICU di mana Jisung bertaruh nyawa untuk kedua kalinya kini menjadi melamban dan dipenuhi rasa takut, pertahanannya runtuh, napasnya berderu kencang, sandiwaranya kini tak lagi berhasil menutupi rasa takutnya.

Sekarang Chenle hanya ingin cepat sampai rumah, bukan untuk belajar, bahkan mungkin bukan untuk menenangkan diri, melainkan untuk menghadapi ketakutannya yang lain. Jangan berpikir terlalu jauh, Chenle hanya takut kehilangan. Ya, itu adalah ketakutan tersebesar seorang Zhong Chenle yang selama ini tampak tak peduli dengan apapun, bahkan tadi ia tampak biasa saja saat Jaemin dan Jeno panik setengah mati.

Rasa takutnya tak kunjung hilang bahkan setelah raganya berjalan masuk ke dalam rumah yang tak kalah besar dengan tempat yang biasa menjadi pemersatu dirinya dengan enam orang lainnya. Tungkainya bergerak membawa dirinya ke satu kamar yang cukup megah, tempat di mana mamanya beristirahat.

"Sudah minum obat?" tanya Chenle pada perempuan yang bertugas untuk memerhatikan kesehatan mamanya, perempuan itu pun mengangguk sembari menjawab, "Sudah tadi siang." Jawaban yang cukup memuaskan itu pun diterima Chenle, setelahnya ia meminta perempuan itu untuk pergi.

"Jisung sakit..." gumamnya duduk di sebelah sang mama yang terlelap, "Ini salah siapa?" tambahnya. Jujur saja, sedari tadi ia memikirkan siapa yang bersalah di balik sekaratnya Jisung di ruang ICU. Apakah ayahnya yang gila? Dirinya? Ataukah.... Renjun? Renjun yang membuat Jisung kembali ke rumahnya lebih awal dari biasanya hingga anak itu harus menghadapi ayahnya yang belum terlelap akibat alkohol dan justru setengah sadar dengan pikirannya yang melayang kemana-mana.

[✔️] Titip Nyawa || DreamiesWhere stories live. Discover now