01. Kita Break

1K 106 546
                                    

Dena Ayunindyra.

Ini adalah tahun pertamaku dan Dareen berpacaran. Biasanya aku selalu menerima kabar darinya setiap saat.

Dareen akan bertanya, 'Aku sedang apa? Sudah makan apa belum? Sudah mandi apa belum? Mau main apa enggak? Kalau aku ke rumah kamu, kamu mau dibawain apa?'

Atau ...

'Na, aku kangen. Kita main yuk?' Atau Na kemarin kamu cantik banget. Demi Tuhan aku tambah sayang sama kamu. Kamu ko, pinter banget dandannya. Kamu mah pake apa aja bagus, serasi dan cantik. Aku beruntung dapetin kamu. Aku sayang kamu Na.'

Dan banyak lagi kalimat yang sampai saat ini masih terngiang di telinga. Dareen yang setiap malam minggu datang ke rumah membelikan apapun yang aku mau. Atau sebuket bunga mawar, dan makanan kesukaanku.

Kami juga akan pergi keluar, untuk jalan-jalan sebentar kemudian nonton di bioskop.

Oh, ya. Satu lagi hal manis yang selalu Dareen lakukan padaku. Dia akan mengusap pipiku, dan mencubitnya kecil sambil berkata.

"Aku tuh sayang banget sama kamu. Dan gak akan pernah tergantikan." Lalu setelah itu dia akan menciumku. Iya, kami selalu berciuman. Kalian jangan meniruku, karena aku tahu ini salah.

Aku adalah seorang remaja yang sedang dimabuk cinta. Dan membiarkan diriku hanyut pada apa yang aku rasakan. Dan aku terlena, karena aku sangat percaya padanya. Kalau Dareen tidak akan pernah menghianatiku.

Yang aku tahu, Dareen sangat mencintaiku.

Bahkan Dareen sempat mengajaku melakukan hal itu. Iya, hal yang selalu dilarang oleh kedua orang tuaku. Aku pernah hampir melakukan itu. Kami kala itu di rumahnya Dareen. Keluarga nya sedang tidak ada, kedua orang tuanya memang sibuk. Jadi, Dareen suka membawaku ke rumahnya.

Aku yang memang labil dan sedang dimabuk cinta, aku mau-mau saja, karena aku sangat mencintai Dareen.

Dan aku sangat mempercayai Dareen. Karena dia cinta pertamaku. Dan aku memang belum pernah jatuh cinta selain padanya.

Kami kala itu sudah sama-sama tidak berbusana. Kala suara telpon dari Mamah yang menungguku pulang, dan mengkhawatirkanku membuatku selamat, dan tidak melakukan hal itu.

Tapi tentu saja, Dareen sudah melihat diriku tanpa apapun. Iya, aku memang sebodoh itu.

Tolong jangan ikuti aku ya.

"Dena, ada yang beli bunga!"

Suara Bos ku membuyarkan lamunanku. Aku memang masih pelajar. Tapi aku kerja part time di sebuah toko bunga. Gajihnya lumayan, karena di sini hanya ada satu toko bunga terbesar di kotaku.

Namanya toko bunga 'Flower miracle'.

"Eh, silahkan, Mas. Mau pesen bunga apa?"

Kujumpai seorang lelaki remaja, yang sepertinya tidak jauh dariku. Atau mungkin kami satu umuran. Tapi jelas, lelaki ini memiliki tubuh tinggi di atas rata-rata. Dengan wajah yang begitu menawan.

Dia memakai jaket hitam, dengan di dalamnya memakai kaos polos berwarna putih. Celana biru tua membungkus kedua betisnya yang jenjang. Lantas sneaker berwarna putih membungkus kedua kakinya, terlihat menawan sekali.

Mengingatkanku pada Dareen yang hampir sebulan ini tidak membalas pesan dan tidak menjawab telponku.

Aku tidak tahu dia ada di mana? Aku kalut.

Dia pun sulit kujumpai di sekolah. Tuhan ... aku sangat merindukannya.

"Ada anyelir gak? Saya mau satu buket bunga. Anyelir, di campur bunga mawar merah. Apa bisa?"

JenuhWhere stories live. Discover now