09. Emosi Adena.

520 69 165
                                    

Pastikan cek typooo yaaa.

Adena POV.

"Adena! Boleh kita bicara?"

Hari masih pagi, Daren menemui di koridor yang sepi. Mood ku sedang tidak baik baik saja. Kemarin waktu di flower miracle Pak Regan memarahi, ponselnya rusak karena gempa itu. Juga karena tidak ditemukan raganya sama sekali. Aku tidak tahu di mana keberadaannya.

Lalu Mamah marah marah karena nilaiku anjlok. Aku tahu selama ini, aku bukanlah anak pintar di sekolah. Tapi karena masalah ku dengan Daren. Membuat fokusku teralih dan aku semakin abai pada tugasku seorang anak juga seorang siswi.

Ini salahku, juga Daren!

"Ada apa?" Tanyaku lelah. Kakiku masih belum pulih benar. Dan sejujurnya kalau aku anak dari keluarga orang yang berada. Aku ingin libur kerja juga sekolah untuk beberapa minggu. Bukan hanya karena kakiku saja. Tapi karena beberapa penghuni sekolah ini yang membuatku mulai tidak nyaman.

"Keysa marah padaku!"

"Lalu?"

Aku menatapnya dingin, demi bumi dan seluruh isinya. Aku sedang tidak ingin mendengarkan kisah dari nama perempuan itu. Aku benci dia, juga Daren.

"Aku mohon sama kamu. Tolong jangan temui dia dulu. Tolong bantulah aku, aku tidak mau dia terguncang emosinya. Dia sedang--"

"Dia sedang apa? Dia kenapa? Itu sama sekali bukan urusanku!"

"Adena, dia marah marah sama aku. Dia bilang, kalau kamu ngeledek dia. Kamu bilang, kalau aku enggak mencintai dia."

"Aku enggak bilang kaya gitu. Dia cuma sensi karena kamu nemuin aku pas dia pulang!"

Dia diam beberapa saat. Apa dia terkejut mendengar penjelasanku? Serius dia tidak tahu kalau Keysa tahu dia menemui ku.

"Makanya kamu bilang lah sama pacar kamu, kalau yang nemuin aku itu, kamu! Dan bilang juga sama dia, kalau kita emang udah enggak ada hubungan apapun. Dan satu lagi, kamu stop temuin aku! Karena aku enggak suka itu."

Perutku tiba tiba keram. Kepalaku juga mulai terasa pusing. Badanku juga gemetar. Aku tidak tahu ada apa dengan diriku.

"Tapi, Adena--"

"Apa sih?!"

Aku mendorongnya kuat, ketika Daren menahan lengan ini. Aku melihatnya kaget. Dia menatap diriku tidak percaya. Mungkin dia berpikir, kenapa aku bersikap seperti ini.

Ya, dia memang belum pernah melihat diriku yang kacau seperti ini.

"AKU ENGGAK PERNAH NEMUIN DIA! AKU ENGGAK PERNAH BILANG KALAU KAMU ENGGAK CINTA SAMA DIA!"

Teriakanku membuatnya semakin kaget. Juga para siswa yang datang mulai berkerubung dan menatap pada kami.

"Adena ...,"

"ENGGAK PERLU KAMU PAMER! KALAU KAMU CINTA DAN SAYANG SAMA DIA! ENGGAK PERLU KAMU PAMER KALAU KAMU BELIIN INI-ITU SAMA DIA! DAN KAMU ENGGAK PERNAH BELIIN AKU APAPUN! AKU ENGGAK APA APA!"

Ada apa denganku?

Aku menangis histeris, juga teriak tidak bisa mengendalikan diri.

"Adena tena--"

Plakkk!

Ku tampar Daren yang hendak meraih tangan ini. Hingga ia bergeming meraih sebelah pipinya yang aku yakini pasti panas sekali.

"BILANG SAMA PACAR KAMU! JANGAN GANGGU AKU! JANGAN TEMUI AKU! JANGAN--"

Aku tidak bisa meneruskan kalimat ini. Emosiku semakin kalap. Dan perut bagian bawahku seperti hendak mengeluarkan sesuatu. Itu sakit sekali, sehingga aku mulai seperti akan kehilangan setengah dari kesadaran ini.

JenuhWhere stories live. Discover now