10. Si gadis berbahaya!

364 46 53
                                    


Althar POV.

Aku cemburu.

Dan aku tahu ini tidak benar. Adena baru saja mengalami hal yang tidak mengenakan. Dia dituduh oleh seseorang yang masih sangat ia cinta. Lelaki yang menurutku sangat tidak bermoral. 

Bukk!!

Setelah aku mengantarkan Adena ke ruang UKS. Aku menarik paksa lelaki itu ke belakang sekolah. Dan saat ini aku memukulnya dengan sangat kuat. Sehingga dia terlihat sempoyongan dengan sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.  
"Apa maksud lo?!" Dia marah padaku. Tentu saja karena ia pasti berpikir kalau aku hanyalah anak baru yang tidak tahu apa apa.

"Saya harusnya tanya sama kamu. Siapa kamu yang bisa bebas nyakitin Dena?! Kamu bukan ayahnya! Atau pun keluarganya. Adena pun enggak punya salah apa apa sama kamu. Kenapa kamu selancang itu?!"

Lelaki itu mengusap rahangnya yang aku pukul tadi. "Adena ...," dia terlihat tertawa pelan. "Dia perempuan yang udah enggak layak buat siapapun. Kamu jangan bela dia. Karena kamu bakal menyesal." Ungkapnya terlihat tidak berkeprimanusiaan. Ah, atau memang dia bukanlah seorang manusia.

"Dia hanya wajahnya saja yang cantik. Tapi aku sudah menikmati semuanya. Dia--"

Ku pukul kuat lagi, dan begitu seterusnya sampai dia lemah. "Saya tahu ada banyak bajingan di dunia ini. Tapi saya tidak tahu, kalau kamu adalah salah satunya!" Setelah puas, aku segera pergi meninggalkannya. Aku bahkan tidak peduli jika pihak sekolah memberikan sanksi padaku, karena aku telah membuat wajah lelaki itu tidak mulus lagi.

Sesampainya di UKS. Aku melihat Adena tengah termenung menatap paper bag yang aku berikan.

"Kamu sudah makan?" Tanyaku padanya, dan dia melepaskan paper bag itu perlahan, lalu menatap padaku.

"Ada apa?" Tanyaku lagi. Dan gadis itu hanya diam saja. Menatapku sepertinya tengah memikirkan sesuatu.

Aku yang merasa di tatap terus jadinya salah tingkah. "Saya tampan? Atau jelek?"

Pertanyaan macam apa!

Aku jadi malu sendiri.

Kudengar decakannya, lalu ia berjalan ke arah pintu. Membuatku mengikuti. "Adena tunggu!" Berhasil kuraih tangannya, dan ia terhenti namun dengan posisi yang masih membelakangi.

Aku berjalan lebih mendekat. Dan mendapati Daren berada di depannya. Adena terlihat mengerutkan kening.

"Adena, aku mau minta maaf." Ujar Daren. "Apakah kamu baik baik saja?" Tanya nya.

Adena hanya bergeming, menggenggam tanganku yang memang masih memegang tangannya. Membuat Daren menatapku tidak suka. "Adena ...,"

"Aku sudah bilang sama kamu. Tolong jangan temuin aku lagi! Aku tidak mau mengganggu hubungan orang lain. Dan begitu juga sebaliknya. Kamu jangan mengganggu hubungan kami!"

Ku tatap wajah Adena yang sepertinya meminta sebuah pertolongan padaku. Kedua sorot mata jelita penuh isyarat. Maka apalagi yang bisa aku lakukan. Selain mengikuti permainan ini.

Aku balik menggenggam tangannya Adena. "Apa yang dikatakan mantan kamu benar. Kami sudah berhubungan. Dan saya tidak suka kamu deket deket sama dia." Ucapku tegas.

Daren sepertinya tidak mempercayai ucapanku. Terlihat dari dia yang berwajah tengil. "Adena, aku tahu kamu sangat cinta sama aku. Jadi tidak usah bersandiwara di depanku. Mana bisa kamu lupain aku dalam waktu sesingkat itu. Kamu enggak akan bisa lupain bagaimana kisah kita. Malam malam hangat kita. Kamu enggak akan bisa lupain itu." Ucapnya penuh percaya diri. Dan membuatku merasakan kalau Adena gemetar.

"Badah kamu itu udah aku hapal semuanya. Dan kamu yakin akan ada lelaki lain yang mau sama kamu?" Lelaki itu semakin menyebalkan.

Ingin rasanya ku patahkan semua tulangnya. Sehingga ia kehilangan semua kesombongannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 24, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

JenuhWhere stories live. Discover now