1

1.3K 239 153
                                    

"Kenapa wajahmu?"

Sera buru-buru mundur saat tangan Taehyung terulur kepadanya, pria itu tiba-tiba datang ke rumah setelah tidak bisa menemukannya di rumah sakit. Sementara ponselnya mati dari kemarin, dia terlalu lelah untuk sekedar mengisi daya baterainya sendiri. Sera duduk di sofa tanpa membalas tatapan khawatir Taehyung, dia sudah terbiasa terluka, siapa yang peduli.

Semuanya akan baik sendiri, pikir Sera.

Dia sudah mengompres wajahnya sejak kemarin malam, mengoleskan gel anti memar, dan menutupinya dengan Dior forever skin foundation, tetapi Taehyung tetap menyadarinya. Kaki kanannya masih sedikit nyeri tapi bisa ditahan, dia mengikat pergelangannya dengan kain dingin dan membungkusnya pakai kasos kaki.

"Terpeleset di kamar mandi—kemarin malam kau ada di mana?" Sera langsung membelokkan pembicaraan, takut kalau kebohongannya terbongkar.

"Di rumah temanku. Aku tidak sengaja mengubah mode silent, jadi tidak sadar waktu kau menelepon." Taehyung menjelaskan apa adanya. "Jadi kau meneleponku karena jatuh—"

"Ah, tidak, tidak—" Sera menyela cepat, "aku meneleponmu sebelum terpeleset."

"Kita ke dokter." Taehyung tampak cemas lalu menggeser posisi duduk untuk lebih dekat.

"Tidak perlu, ini benar-benar sudah tidak sakit."

Pandangan Sera menerawang, dia tidak merasakan apa-apa saat Taehyung menyentuh pipi dan pelipisnya hati-hati, memastikan jika memar itu tidak sesakit apa yang terlihat. Tidak ada kehangatan di sana, yang ada hanya kehampaan yang mendorongnya untuk menangis.

Tidak, kau tidak boleh menangis, Sera meyakinkan dirinya sendiri, berhenti menaruh harapan padanya, kau hanya bisa mengandalkan dirimu sendiri, ingat itu.

"Tadinya aku ingin mengajakmu ke perayaan ulang tahun Reeya, putrinya Seokjin, tapi kau tampak tidak sehat, istirahatlah."

"Aku baik-baik saja, selain lebam ini—" Sera menunjuk pelipis dan pipi kananya, mencoba tersenyum senormal mungkin agar Taehyung percaya. Bau Yoongi ada di mana-mana, seperti hantu yang mengikutinya, jadi dia ingin mencari udara segar di luar.

"Kau yakin?" Taehyung memandangi Sera lebih dekat lagi, memastikan kalau pipi Sera tidak seburuk keliatannya.

Sera mengangguk yakin. "Tunggu sebentar," dia menambahkan lalu berlalu ke lantai atas.

Dua puluh tiga menit kemudian Sera muncul lagi dalam balutan dress ringan bunga-bunga, warna kuning di bawah lutut dengan cardigan senada. Lebam di pipinya kini terlihat samar, tertutup foundation yang lebih rata, bedak, dan blush on. Dia bersyukur Taehyung tidak protes karena pakai kaos kaki untuk menutupi bagian yang masih agak bengkak, kalau ada kesempatan dia akan minum satu tablet anti inflamasi lagi setelah sampai di rumah Seokjin.

"Apa ini terlihat seperti pakai blush on?" Sera memamerkan hasil makeup-nya pada Taehyung, tersenyum gembira saat Taehyung memujinya.

"Kakimu—?" Taehyung menunduk, memerhatikan Sera yang tengah memakai sepatu.

"Tidak apa-apa." Sera buru-buru berdiri di depan Taehyung yang masih melihat kakinya. "Sudah biasa, aku memang sering jatuh sejak kecil," tukasnya.

Taehyung mengangguk setuju, tidak mau berdebat. Dia menarik tangan Sera untuk berpegangan ke lengannya, membawa gadis itu menyeberangi halaman depan di bawah lembayung senja dalam kehati-hatian. Taehyung tidak ingin Sera jatuh lagi dan dia tidak ada di samping gadis itu.


Mereka memasuki distrik Ilsandong-gu, di kota Goyang, Gyeonggi-do, tiga puluh tiga menit kemudian. Kawasan perumahan yang dipilih Seokjin tampak begitu tenang, sejuk dan asri, jauh dari hingar bingar kebisingan kota. Jalanannya lebar dan lengang, diapit pohon-pohon hijau yang rindang.

Love Is Not OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang