14

2.2K 328 118
                                    

Hari ini, satu hari setelah kejadian dimana Jaeyun nyaris mati karena aksi nekat dari Sunoo. Mungkin luka tak akan kembali hadir di hatinya jika dirinya sendiri yang mengalami kematian, namun kenyataannya luka harus kembali hadir karena orang terkasih yang mengalami kematian.

Rumah mewah milik keluarga Park sangat ramai berdatangan orang-orang, mulai dari kerabat sampai teman akrab atau kolega bisnis tuan Park.

Jelasnya semua orang yang ada di rumah itu merasakan luka yang sama, termasuk Haruto dan Guanlin. Meski mereka berdua bisa di katakan tak menyukai Sunghoon, namun mereka turut merasakan kesedihan.

Isak tangis tak berhenti terdengar, raungan-raungan menyakitkan silih berganti terdengar.

Jay berdiri di depan peti berwarna putih dengan tangan terkepal, mata tajamnya menatap nanar tubuh sang sahabat yang terbaring tak bernyawa. Setelah ini dia harus bercerita dengan siapa? Siapa lagi yang bisa dia ajak begadang hingga fajar? Siapa lagi yang bisa dia ajak bicara mulai dari hal ringan dan hal berat?

Dan..Siapa lagi yang akan berceloteh tentang anak mereka di masa depan yang ingin mereka jodohkan?

Jay bukanlah laki-laki yang gampang menangis. Seperti sekarang, laki-laki tampan itu tak mengeluarkan air mata barang setetespun. Jay hanya diam dengan rahang yang mengeras. Perasaanya terlalu sakit hingga rasanya seperti kebas.

Plak!

"Puas kamu?! Ha?! Jawab aku, puas kamu sekarang?!"

Laki-laki bermata rubah yang kini kedua tangannya di borgol sama sekali tak menjawab. Kepalanya tertunduk begitu saja setelah mendapat satu tamparan dari Jaeyun.

"Karena kegilaan kamu semua ini terjadi!! Sunghoon udah pergi sekarang! PUAS KAMU!!!" Jaeyun menjerit histeris, air mata yang sempat kering kini kembali membasahi pipi.

Tangannya menarik kerah kemeja hitam yang Sunoo pakai. Ia berteriak marah, sangat marah. Hatinya hancur lebur sekarang.

"BRENGSEK! PUAS KAMU SEKARANG?! INI YANG KAMU BILANG MAU HANCURIN HIDUPKU? INI?!!!"

"Kak, udah kak!" dengan gesit Haruto menarik tubuh ringkih kakaknya kedalam dekapan. Ia tepuk-tepuk punggung bergetar sang kakak.

"Sunghoon... Sunghoon udah pergi, Haru." isak nya lirih. Jemari bergetarnya mencengkram erat ujung kemeja hitam si adik.

"Aku minta maaf." Sunoo berucap setelah sekian lama laki-laki itu tak bersuara.

"Maaf kamu ngga akan bisa mengembalikan nyawa anak saya!" pria berkulit seputih salju itu menyahut tak senang. "Saya bertaruh nyawa melahirkan Sunghoon, setiap malam saya selalu berdoa agar anak saya bahagia! Dan kamu--! Kamu membunuh anak saya begitu saja!"

Tak ada lagi sahutan dari Sunoo, ia memilih kembali bungkam karena fakta itu benar adanya. Dialah penyebab dari meninggalnya Sunghoon.

Tak lama kemudian datang segerombolan anak laki-laki dengan wajah kuyu. Mereka datang tanpa senyum, menerobos masuk dan langsung berdiri di depan peti Sunghoon.

"Gila, perasaan baru kemarin malem lo nongkrong sama kita, Hoon." Jeno terkekeh pelan.

Satu tepukan Mark berikan pada bahu Jeno. Yeonjun dan Jaemin hanya terdiam dengan mata nanar memandang tubuh kaku sahabat mereka.

Lalu, Jaemin mendekat ke arah Jaeyun yang masih menangis di dekapan Haruto. Jemarinya mengusap surai cokelat Jaeyun.

"Jaeyun, di dunia ini ngga ada yang abadi, semua yang datang pasti akan pergi. Itu hidup Jaeyun." tuturnya dengan nada bicara begitu lembut dan menenangkan.

mistake •harujake ft. sungjakeWhere stories live. Discover now