1/3

867 148 21
                                    

BAB 1 - Bagian Ketiga : Macaron

***

satu minggu berlalu. pada hari rabu, aku mampir ke sebuah toko kue yang ada di dekat apartemen sepulang aku bekerja. tidak begitu jauh, hanya berjarak tujuh menit saja.

baru saja pintu ku buka aku dikejutkan oleh sosok haruto. betapa kebetulan.

ini pertama kali aku melihatnya di minggu ini. tidak perlu heran, meski kami bertetangga dan kedua unit bersebelahan, haruto itu suka sekali menghilang. seolah dia tidak tidak tinggal di apartemen yang sama denganku, atau dia hanya menginap di sebuah hotel kemudian setelah beberapa malam pergi meneruskan perjalanannya. haruto kurang lebih seperti itu. sering pergi sehingga kami jarang sekali bertemu. atau opsi kedua, dia menghabiskan waktu mendekam di unitnya sampai tak keluar. pikiran-pikiran ini sejujurnya telah menjadi salah satu topik diskusi bagi kami para penghuni apartemen.

dugaanku, haruto ini hanya tipikal yang tak begitu menyukai mengurangi waktunya dengan bersosialisasi bersama orang-orang.

ini bertolak belakang denganku, pada beberapa sisi. aku bukan orang yang menolak untuk berinteraksi dengan orang lain─baik setidaknya, tidak dalam suasana hati yang buruk. secara pribadi aku merasa sulit untuk berbicara dengan orang tipe haruto ini, jadi kuputuskan untuk mengabaikannya. tapi, oh sial, kaki ku yang berkhianat justru membawaku menghampiri dia.

***

"bonjour monsieur!"

haruto dibuat terperanjat mendengar sapaan dari sebelah kirinya. secara spontan dia pun menoleh dan langsung tersenyum kecil begitu melihat sang pelaku.

"sore, jeongwoo" sapanya begitu jeongwoo telah berdiri di sampingnya.

sesaat pandangannya tertuju pada deretan toples yang isinya beragam jenis kue kering, lalu fokus kepada haruto lagi.

"apa yang ingin kamu beli?"

bilangnya ingin mengabaikan eksistensi haruto, tetapi, lihatlah yang terjadi sekarang. jeongwoo nampak tenang, sebagaimana ia biasanya, bertanya dengan akrab, apalagi tadi juga menyempatkan menyapa haruto dengan nada ramah.

haruto putuskan untuk tidak menjawab pertanyaan jeongwoo. dia mengambil sebuah toples yang isinya kue kering dari ubi. "apakah ini enak?" tanyanya sembari mengangkat toples tersebut dan memperlihatkannya pada jeongwoo.

jeongwoo mengerjap, "eum.. tidak tahu. aku tidak pernah makan itu." jawabnya.

haruto mengangguk-angguk. lalu meletakkan toples itu ke tempat semula. dia kembali melihat-lihat deretan toples isi kue kering dihadapannya. melirik pada jeongwoo kemudian bertanya.

"kue apa yang kamu sukai?"

jeongwoo menoleh dengan ekspresi bingung. bingung, sebab sejak kapan percakapan ini berubah menjadi tentangnya? akan tetapi, serupa dengan pendiriannya yang cepat berubah, ekspresi wajahnya ramah kembali. jeongwoo menjawab. "macaron! itu yang paling enak."

"kamu bertingkah begitu lagi."

celetukan haruto yang disertai senyum membuat jeongwoo kembali bingung.

"begitu bagaimana? kamu ini mengapa suka sekali membuatku bingung sih..." dia tanpa sadar merajuk.

yang sebenarnya adalah, haruto kembali berpikir jeongwoo seperti anak kecil. pria itu kembali bertingkah lucu, sehingga gagasan tersebut secara spontan muncul di otak haruto. dia menahan senyum. kepalanya beralih kembali pada deretan toples.

"lupakan."

jeongwoo berdecak. terlanjur penasaran maksud ucapan pihak lain yang ditunjukkan kepadanya. dia menggerutu sambil bergumam-gumam rendah di tempatnya.

𝐍𝐈𝐂𝐄 𝐍𝐄𝐈𝐆𝐇𝐁𝐎𝐑 ; 𝐇𝐀𝐉𝐄𝐎𝐍𝐆𝐖𝐎𝐎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang