2/12

1K 102 18
                                    

BAB 2 - Bagian Ketujuh : Our Proper Date.

***

paginya haruto terbangun lebih dulu. jeongwoo menyusul kemudian.

di waktu ketika jeongwoo masih tertidur, serius demi apapun, haruto yang terjaga gugup setengah mati menanti reaksi dari pria tersebut. semalam dia tak sempat melihat, mendengar, atau mendapat tanggapan dari jeongwoo dalam bentuk apapun sebab dia langsung kabur ke kamar mandi. for an obvious reason. begitu kembali langsung dapati jeongwoo yang telah lelap di tempat tidur.

makanya sekarang dia panik bukan kepalang. paniknya haruto bukan yang jalan mondar-mandir, atau tangannya tak bisa diam, mulut komat-kamit atau justru sampai-sampai mendadak jadi religius lantunkan banyak doa ke Tuhan. bukan. haruto jauh dari semua itu; dia duduk di pinggiran kasur layaknya patung; tak bergerak, tak bersuara. definisi diam sebenarnya.

secara fisik dia membatu tapi pikirannya ribut macam ada angin topan disana. mengacaukan sirkuit otak, bikin buntu jalan pikiran.

untuk alihkan kecemasannya dia coba urutkan setiap sisi baik jeongwoo yang bisa dia ingat, tapi alih-alih terenyahkan justru makin kalut dia; jeongwoo sebaik itu, tapi apa mungkin mau maafkan kelakuan bejat semalam?

ujungnya jeongwoo bangun juga. dan reaksi yang dia berikan lain jauh dari yang haruto bayangkan.

"anu, aku minta maaf tentang semalam―"

"loh, memang semalam ada apaan?"

iya, memilih park jeongwoo pura-pura nggak tau.

haruto awalnya sempat kaget ya. tiba-tiba jadi patung lagi, tapi tiga detik setelahnya langsung sadar dan manggut-manggut. langsung lega segenap hati dan jiwa raga dirinya.

dengan demikian, perjalanan kembali diteruskan. haruto membawa jeongwoo ke tempat yang paling tidak jeongwoo duga. adalah hamparan tanah lapang dengan potongan rumput pendek alami sejauh mata memandang. berbatasan dengan jurang, tepat di bawahnya adalah lautan. lukisan alam itu bagaikan potret surgawi.

"you looked so happy on our proper date last time. jadi aku melakukan riset, mencari tempat paling indah, yang tidak begitu jauh dari paris, untuk berkencan."

tanpa sadar jeongwoo tersenyum begitu lebar. "you dont." dia memandang haruto di sampingnya penuh ketidakpercayaan dan antusias dalam satu waktu.

"i totally did."

"TAK MUNGKIN!!!" lalu pecahlah tawa haruto. "seorang watanabe haruto melakukan riset, hanya untuk menemukan tempat kencan, untukku??? luar biasa!"

"berhenti bereaksi dramatis begitu jeongwoo." haruto menyahut dengan tawa yang masih berlanjut.

"tidak, ini reaksi paling waras yang bisa ku berikan. sungguh." dia meraih bahu haruto dramatis dan menatapnya nanar. "ini bukan dirimu, iya kan?"

"HAHAHAHAA!"

bersamaan dengan itu jeongwoo turut lepaskan tawa.

.

.

.

.

"haruto, ayo istirahat dulu." ajak jeongwoo.

tanggapan haruto adalah mengangguk dengan cepat. mereka duduk di bawah sebuah pohon yang daun-daunnya menjuntai ke bawah. daunnya lebat, hampir menutupi sinar matahari menerobos masuk. batangnya kokoh dan tebal; bersandar disana adalah jeongwoo dan haruto yang bersebelahan.

"melihat pohon willow aku jadi teringat sebuah cerita." ungkap jeongwoo. kepalanya sedikit mengadah ke atas, mengamati dahan yang berujung pada daun hijau.

𝐍𝐈𝐂𝐄 𝐍𝐄𝐈𝐆𝐇𝐁𝐎𝐑 ; 𝐇𝐀𝐉𝐄𝐎𝐍𝐆𝐖𝐎𝐎Where stories live. Discover now