2/9

879 115 59
                                    

halo. masih adakah yg nungguin ff ini? 🙂

BAB 2 - Bagian Keempat : Teka-teki Pergelangan Kaki yang Kecil

***

hari itu, jeongwoo menyisihkan waktu di tengah kesibukannya mendatangi essie. mereka berbicara sebentar, bertukar sedikit kalimat lalu berpamitan dan kembali dengan pekerjaan masing-masing. sebuah agenda berkumpul yang direncanakan telah disepakati dan akan dilaksanakan segera. pertemuan tersebut berlangsung di suatu malam di tempat essie di hari selanjutnya.

sebagai tuan rumah, essie telah menyiapkan beberapa camilan yang akan menemani agenda malam mereka, sekotak macaron dari merk kesukaan jeongwoo telah didapatkan, dua porsi pasta dari restoran di sudut jalan sebagai makanan utama makan malam. jeongwoo sampai di unit apartemen essie kira-kira pukul setengah delapan malam, mereka berbicara banyak hal untuk waktu yang lama. jeongwoo dengan jujur menceritakan hal-hal yang telah terbangun di antara dia dan haruto, sesekali wajahnya mengernyit, lain waktu kedua telinganya dijalari warna merah. essie melihat perubahan-perubahan tersebut dengan tenang.

"jadi, biar ku simpulkan. kalian berdua sekarang resmi berkencan, tapi tidak ada hubungan serius, seperti kekasih, diantara kalian berdua, benar begitu?" tanya essie.

"persis!"

"kalian berdua sudah saling pastikan perasaan belum sih?"

"kurasa... itu yang sedang kami lakukan saat ini." jeongwoo mengelus pelan pipi kirinya dengan jari telunjuk. "kami menggunakan kesepakatan ini untuk meyakinkan perasaan satu sama lain. apakah itu akan membawa kami pada sesuatu yang lebih serius atau bisa jadi kami akan mundur kembali."

"hmm... aku mengerti."

"menurutmu bagaimana? yang kulakukan sudah benar, atau terlalu beresiko? aku sempat ragu di tengah-tengah, setelah menerima penawarannya. pikirmu apa lebih baik kalau aku mundur dan mengakhirinya disini? maksudku, sekarang lebih baik daripada menunggu sesuatu terjadi di masa depan kan?"

"aku tidak akan bilang yang kalian lakukan ini tidak beresiko. tapi melanjutkannya tidak akan buruk, aku rasa. dalam pandanganku, berdasarkan ceritamu tadi park jeongwoo, kamu dan haruto ini lebih dari belum tahu mengenai perasaan kalian. kita singkirkan dulu tentang haruto─aku tidak dekat dengannya jadi perasaannya itu hanya dia sendiri yang mengetahui, tapi aku mengenalmu kan dan menurutku, kau lebih payah dari remaja yang jatuh cinta jeongwoo serius."

jeongwoo meringis sesaat dan menjadi lesu. "aku tahu, aku tahu," dia menghela nafas panjang. "ini buruk sekali."

essie menggeleng, meletakkan tangan kanan pada bahu jeongwoo dan memberikan pijatan lembut disana. "hei hei dengarkan dulu, aku tidak bilang kau buruk atau payah, aku bilang kau lebih payah dari remaja yang sedang jatuh cinta. kau memahami ucapanku tidak eh?"

jeongwoo tidak menjawab dan hanya menatap essie dengan bertanya-tanya. secara alami essie kembali menlanjutkan ucapannya.

"remaja yang jatuh cinta itu ya, mereka berani, lebih transparan dengan perasaan mereka. oke, katakan mereka nekat, terlalu nekat malah, orang dewasa bilang perasaan mereka hanya cinta monyet yang akan cepat berlalu tapi mereka tetap meneruskannya. mereka itu praktisnya tak punya kepastian perihal perasaan mereka kepada orang lain, bisa jadi berjalan baik, bisa jadi berakhir buruk, mereka tak peduli. tak jauh beda dengan situasimu, iya kan. kamu dan haruto membuat kesepakatan dengan akhir yang tidak bisa diprediksi, kalian berdua belum yakin dengan perasaan tapi kalian ingin mencari tahu. kita punya kesamaan disini."

"....."

"tapi tahu apa yang membedakanmu dengan remaja itu? remaja itu berani bertindak karena punya tujuan dengan perasaan mereka, nah kamu, park jeongwoo, berdasarkan ceritamu barusan kamu belum tahu apa tujuanmu dengan kesepakatanmu dan haruto."

𝐍𝐈𝐂𝐄 𝐍𝐄𝐈𝐆𝐇𝐁𝐎𝐑 ; 𝐇𝐀𝐉𝐄𝐎𝐍𝐆𝐖𝐎𝐎Where stories live. Discover now