Battle of Hearts

166 23 24
                                    

Ray bersikukuh bahwa dia tidak akan pulang sebelum Sam menceritakan semua hal tentang cerita dibalik semua masalah ini.

Sam juga merasa tidak adil untuk sahabatnya. Lagi pula dia sudah sangat lelah dan ingin segera tidur. Jadi, Sam memutuskan untuk menceritakan tentang kematian Zihong yang tragis, dan kebenciannya terhadap Yu.
Tentu saja apa yang Sam sampaikan adalah cerita menurut versi-nya sendiri.
Jadi Ray tidak ingin begitu saja mempercayainya dari satu belah pihak saja.

"Apa kau melihat sendiri bahwa Maruyama Yusuke lah yang membunuh Zihong?"

"Aku juga tidak yakin. Saat itu, terakhir kali Zihong menelepon ku, dia mengatakan sekelompok bodiguard mengejarnya. Lalu terjadilah kecelakaan itu" Sam mendesah lirih, menatap jauh keluar jendela kamarnya. Membayangkan betapa tersiksanya Zihong menjelang kematiannya, tanpa terasa tangan Sam terkepal erat.

"Serahkan tugas ini pada ku. Aku akan mencari kebenarannya untuk mu." Janji Ray penuh keyakinan.

Sam tidak segera menjawab, juga tidak menolak. Pikirannya berkecamuk.
Disatu sisi dia ingin mempercayai bahwa Yu adalah pembunuh Zihong dan tidak akan pernah ada kata maaf untuk kejahatan yang sudah Yu lakukan, selamanya.
Namun disisi lain, jauh dilubuk hati kecil Sam, pemuda itu merasakan keraguan dan beberapa fakta yang mengganjal. Sulit sekali untuk menentukan pilihan.
Ray benar, tugas ini harus diselesaikan dengan cepat dan akurat.
Dan Sam tidak bisa melakukan semuanya sendirian, karena selain dari kendala jati diri, karena saat ini Sam menggunakan semua data milik Zihong. Sam juga harus memfokuskan diri pada perusahan yang baru beberapa bulan ini dia dirikan, cabang dari perusahaan yang diwariskan ayahnya di Korea.
Akhirnya, Sam benar benar menyerahkan tugas itu kepada Ray. Membuat Ray tersenyum senang.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

Yu mendapatkan panggilan dari sekretaris manager kafe, tentang wawancara kerja. Karena beberapa hari yang lalu Yu mendaftarkan diri untuk menjadi penyanyi di sebuah kafe dipusat kota. Yu merasa bersyukur, akhirnya dia akan memiliki pekerjaan.

Pukul sepuluh pagi Yu mendatangi Dark&Blue kafe. Seorang pelayan menyambutnya dengan ramah.

"Apakah anda tuan Maruyama Yusuke?"

"Itu benar saya."

"Nama saya Eifel Shao. Manager meminta saya untuk membawa anda keruangannya."

"Tentu, terima kasih Miss Shao."

"Mari, ruang kerja manager ada dilantai atas."

"Baik."

Keduanya menaiki anak tangga spiral menuju ke lantai atas, suasana kafe dipagi hari tidak terlalu ramai. Hanya terlihat beberapa pelanggan yang sedang menikmati kopi mereka.

Shao mengetuk pintu kayu sebuah ruangan.

"Masuk!"

Gadis itu tersenyum dan membukakan pintu.

"Tuan Maruyama, silahkan masuk"

"Terima kasih." Yu balas tersenyum dan segera melangkah masuk.

Shao kembali menutup pintu dan berbalik arah untuk menuruni tangga menuju ke lantai bawah. Seorang pemuda kurus menyambutnya dengan wajah berseri seri.

"Apakah dia penyanyi baru untuk kafe kita, Shao jie?"

"Benar, Tian. Dia bernama Maruyama Yusuke."

"Namanya sangat Jepang sekali." Pemuda kurus bernama Tian itu terkikik mendengar nama Yu yang terdengar aneh ditelinganya.

"Apa yang kau lakukan, itu tidak sopan. Dia adalah orang Jepang."

"Kau benar, Jie. Maaf. Kekekeke" Tian menutup mulut ya menahan tawa. Gadis yang Tian panggil dengan sebutan Shao jie itu juga ikut tersenyum dan menepuk lengan Tian dengan pelan.

"Ayo turun dan kembali bekerja."

"Siap, maam!" Tian melakukan gerakan hormat dengan wajah tersenyum lucu. Shao jie-nya ikut tersenyum juga dan mereka beriringan menuruni anak tangga.

Hampir lima belas menit kemudian, Yu keluar dari ruang kerja manager Dark&Blue kafe dengan wajah berseri seri. Hatinya benar benar merasa senang. Akhirnya~

Yu memilih untuk duduk dan memesan secangkir kopi late. Kursi didekat sudut yang agak terpencil yang dipilihnya.

Tian datang menuliskan pesanannya, lalu tidak lama kemudian Tian datang lagi dengan membawa secangkir kopi late seperti yang Yu pesan.

"Silahkan menikmati kopi mu." Tian tersenyum dengan ramah dan ceria. Yu mengangguk dan sedikit membalas senyuman Tian.

"Terima kasih." Jawab Yu pelan.

Tiba tiba Tian menarik kursi didepan Yu dan duduk disana dengan gaya yang sok akrab.

"Namaku Chih Tian. Kau bisa memanggilku Tian." Tian memperkenalkan diri seraya memeluk nampan yang dibawanya. Yu kembali mengangguk dan tersenyum.

"Karena kau akan bekerja disini, jadi ayo kita berteman." Tanpa malu malu Tian mengulurkan tangannya.

Yu menatapnya ragu ragu, tetapi melihat senyum tulus Tian, Yu akhirnya menyambut urlluran tangan Tian.

"Nama ku Yusuke. Panggil saja aku Yu." Jawab Yu.

"Baik, Yu. Nama yang indah. Seperti ikan merah kecil." Tian memiringkan kepalanya dengan lucu tanpa menarik senyum lebarnya. Yu mengerutkan alis matanya dengan kaget, lalu tersenyum malu.

"Hehe." Tian terkekeh karena merasa senang bisa menggoda Yu, teman barunya.

"Jadi kapan kau akan mulai tampil?" Tian terus menatap penuh minat pada Yu yang sedang menyeruput kopi latenya.

"Malam ini sudah bisa." Yu menjawab pelan.

"Wah!" Tian nyaris bertepuk tangan. Itu terlihat sangat lucu jadi Yu tertawa tanpa dia sadari.

"Boleh aku bergabung, tuan tuan?"

Tian dan Yu serentak menoleh.

"Shao jie! Ayo duduk disini." Tian menarik tangan Shao untuk duduk dikursinya. Jadi mereka duduk berdempetan. Yu menatap keduanya dengan ramah.

"Mulai saat ini, Kita akan menjadi sahabat yang baik." Kata Tian tiba tiba. Yu dan Shao saling memandang.

"Kita akan menjadi saudara yang akur, saling membantu dan mendukung satu sama lain. Benar?" Tian melemparkan tatapan meminta dukungan dengan menampilkan raut wajah paling imut yang pernah dilakukannya.

Shao menepuk lengan Tian dan mendelikkan matanya. Tian tidak perduli bahkan menarik tangan Shao dan memeluknya.

"Karena Shao jie adalah quen kami, maka ijinkan dua pengawal ini untuk menjaga mu." Kata Tian memutuskan.

Shao melirik Yu yang juga sedang menatapnya dengan mata doe-nya yang indah. Hati Shao berdesir apalagi ketika melihat senyum Yu yang mengembang.

"Lihat! Yu sudah setuju. Benarkan Yu?" Tian melonjak dari duduknya, membuat Shao benar benar merasa sangat malu.

"Ya." Yu mengangguk dan tertawa. Membuat perasaan Shao menjadi lembut.

"Jadi, apakah sekarang aku memiliki dua adik laki laki?" Shao bertanya dengan nada bercanda.

"Ya. Dua adik laki laki yang tampan dan kuat." Tian menjawab dengan mantap sementara Shao dan Yu tertawa bersama, Tian pun ikut tertawa.

CKlik! CKlik!!

Sebuah ponsel milik seseorang yang duduk dibalik tiang tak jauh dari ketiga orang yang sedang tertawa itu berbunyi lirih, mengambil beberapa petik gambar dan video lalu mengirimnya ke sebuah nomor. Tersenyum puas dan  menghabiskan chappuccino-nya dalam satu tegukan. Merasa sangat puas.

Di kantornya, ponsel Sam bergetar. Tiga item terkirim dari nomor Ray. Sam segera melihat ketiga item itu. Dua buah photo dan satu video. Raut wajah Sam berubah seketika. Menatap penuh perhatian pada video yang terputar, meski suaranya tidak terlalu jelas, tetapi moment tawa ketiga orang didalam video itu terlihat sangat alami dan tanpa beban.
Suatu perasaan aneh menggelitik hati Sam. Tanpa sadar, Tatapan matanya menjadi sedikit lembut menatap wajah Yu yang tertawa dengan santainya.

To be continued 🍒

Salam cinta Yui 🌻

AQUA BLUE LOVERUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum