prolog: first kiss

713 59 0
                                    

Lelaki dengan bekas luka bakar pada sekitar matanya itu tengah berkutat dengan mesin motor di bengkelnya bersama dengan Draken, lelaki tinggi dengan tato naga pada pelipisnya.

Hujan deras mengguyur kota Tokyo seharian ini, bahkan sudah sejak pagi hujan belum juga mereda.

Kaca pada bengkelnya terdengar diketuk-ketuk dengan sedikit keras sembari memanggil namanya, "Inupi!" Panggil seseorang yang sangat ia ketahui.

Ya, nama panggilannya Inupi dari nama aslinya Seishu Inui.

Ia menolehkan kepalanya ke belakang, ke arah asal suara yang memanggilnya barusan. Ia menangkap temannya sedari kecil tengah membawa seseorang pada punggung lelaki itu dengan keadaan basah kuyup karena hujan.

"Koko?!" Tanya Inupi dengan mata melebar, lantas ia segera pergi keluar dari bengkelnya untuk menghampiri lelaki bermata sipit yang ia panggil dengan sebutan Koko, dari namanya Hajime Kokonoi.

"Tolong aku dan bawalah Takemitchy ke rumah sakit." Ucap Koko dengan napas yang tidak teratur, ia menyerahkan Takemitchy yang ada pada punggungnya kepada Inupi.

Inupi yang sedikit lebih tinggi dari Koko segera membantu Koko dan membawa Takemitchy untuk dirangkul olehnya, lalu masuk ke dalam bengkelnya untuk membaringkan Takemitchy dan menghubungi ambulans.

Setelah menghubungi ambulans, Inupi berniat untuk memberikan Koko segelas air namun lelaki bermata sipit itu sudah lebih dulu keluar dari bengkel Inupi, membuatnya ikut keluar dari bengkelnya.

Koko yang berada satu meter di depannya itu menoleh sekilas ke arahnya, "Aku akan meninggalkan Takemitchy padamu, aku harus pergi karena ada beberapa hal yang perlu diselesaikan setelah konflik beberapa saat lalu." Ujar Koko, bahkan tanpa menunggu respon dari Inupi, lelaki bermata sipit itu sudah lebih dulu melangkahkan kakinya pergi.

Inupi menatap punggung Koko yang kian menjauh, sudah sangat lama ia dan Koko tidak menghabiskan waktu bersama seperti biasanya sejak Koko dipaksa masuk ke Tenjiku.

"Koko." Panggil Inupi, sebelum Koko benar-benar jauh dari pandangannya.

Langkah Koko hanya terhenti, lelaki bermata sipit itu sama sekali tidak menoleh bahkan membalikkan tubuhnya untuk sekedar memberikan respon atas panggilan Inupi padanya, seolah menunggu Inupi melanjutkan kalimatnya.

"Kau bahagia dengan semua ini?" Tanya Inupi dan Koko masih diam tidak bersuara, seperi tahu bahwa Inupi belum benar-benar menyelesaikan kalimatnya. "Kau dapat hidup tanpa memikirkan Akane lagi, kau tau itu." Lanjut Inupi.

Koko terkekeh pelan atas ucapan Inupi, ia sedikit mendongakkan wajahnya ke langit yang masih menurunkan air hujan. "Bodoh." Gumamnya dengan pelan, namun Inupi masih dapat mendengarnya dengan jelas karena hujan sudah tidak terlalu deras.

"Tentu saja aku bahagia dengan hidupku, Akane sudah meninggalkan pikiranku sejak beberapa tahun lalu." Ucap Koko.

Lelaki bermata sipit itu akhirnya menolehkan kepalanya menatap Inupi yang ada di belakangnya, "Inupi," panggil Koko yang sudah bertatapan dengan Inupi.

Ia tersenyum sampai matanya membentuk eye smile, "Ah, tidak." Ucapnya yang kemudian kembali melangkahkan kakinya menjauh dari Inupi.

Inupi lagi-lagi melihat Koko pergi darinya, ia merasa bahwa ada hal yang seharusnya ia sampaikan sejak sebelum Koko masuk ke Tenjiku, namun untuk mengungkapkannya sedikit sulit padahal hal tersebut selalu mengganggu pikirannya dan mengganjal di hatinya.

Tetap dengan wajah tanpa ekspresinya, Inupi berucap pada Koko yang kian menjauh. "Kalau begitu, mengakulah kau yang mencuri ciuman pertamaku." Ucapnya dengan suara tanpa intonasi.

Langkah Koko terhenti seketika saat mendengar ucapan Inupi, ia langsung membalikkan tubuhnya 180° dan menatap Inupi dengan mata melebar. "Hah?! Apa yang kau bicarakan?!" Tanya Koko dengan intonasi suara yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, namun walau begitu, terdapat semburat merah kecil pada pipi putih lelaki bermata sipit itu yang tertangkap oleh penglihatan Inupi.

Inupi memasukkan kedua tangannya pada kantung celananya, ia menggidikkan kedua bahunya dan berbalik untuk kembali ke bengkelnya sembari berucap dengan suara tanpa intonasi, "Ah, sudahlah." Ucap Inupi.

Tetapi, lelaki dengan bekas luka bakar disekitar mata bagian kirinya itu menyunggingkan senyum tipis sesaat setelah membalikkan tubuhnya.

Entah apa maksudnya namun Inupi jelas-jelas tersenyum bahkan atas hal yang sebenarnya tidak terjawab kejelasannya sama sekali.

─────✧❁✧─────

Dairy Milk | 𝐒𝐞𝐢𝐬𝐡𝐮 𝐈𝐧𝐮𝐢 ft. 𝐇𝐚𝐣𝐢𝐦𝐞 𝐊𝐨𝐤𝐨𝐧𝐨𝐢 ✓Where stories live. Discover now