09. The One and Only

288 33 0
                                    

Keesokan paginya suhu tubuh Inupi sudah mulai menurun, lelaki bertubuh kurus dengan bekas luka bakar di sekitar mata bagian kirinya itu terbangun dalam tidurnya.

Matanya mengerjap pelan, memandang ke arah langit-langit kamarnya yang tidak memiliki perubahan sama sekali.

Tangannya terasa seperti digenggam oleh sesuatu membuat matanya segera teralihkan dan menatap pada presensi Koko yang tengah tertidur di sebelah ranjang miliknya, lelaki bermata sipit itu tertidur dengan posisi terduduk di lantai sembari mengganggam tangan kiri Inupi dan kepala yang ditaruh di atas kasur.

Ia menghela napas pelan, membuang wajahnya ke arah lain dan membiarkan Koko tetap menggenggam tangannya, karena ia tersadar bahwa sedikit saja ia menggerakkan tangannya, lelaki bermata sipit itu pasti akan terbangun.

Oleh karenanya, ia memilih terdiam menunggu entah sampai berapa lama Koko akan terbangun dengan sendirinya dari tidurnya.

Tangannya yang bebas, mengambil kain kompres yang masih bertengger pada dahinya, ia segera menaruhnya di samping kasurnya dan tanpa sengaja melihat bajunya yang terasa berbeda dari sebelumnya.

Yang ia inga, ia hanya memakai celana pendek dengan kaos tipis berwarna putih, namun saat ini sekujur tubuhnya dibalut dengan pakaian hangat.

Tatapannya sedikit teralihkan ketika mendengar erangan Koko dalam tidur lelaki bermata sipit tersebut, dan tak lama dari itu ia terbangun dari tidurnya sembari meregangkan tulang-tulangnya yang terasa remuk sebab tertidur dalam posisi yang tidak nyaman.

Koko belum sadar bahwa Inupi sudahlah terbangun dari tidurnya bahkan sebelum ia terbangun.

Inupi tetap terdiam, hanya memandang kegiatan Koko sehabis bangun tidur dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasanya.

Sampai seolah tersadar akan sesuatu, Koko menoleh dan menatap Inupi dengan cepat membuat Inupi sedikit tersentak, namun segera memposisikan dirinya untuk terduduk.

"Apa yang kau lalukan disini?" Tanya Inupi, saat ini sudah beranjak dari tempat tidurnya untuk mengambil segelas air putih.

Koko terdiam sejenak, memperhatikan Inupi yang tengah meneguk segelas air putih sampai tandas. "Kenapa kau meminum semua alkohol itu?" Tanya Koko, sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan yang Inupi lontarkan padanya.

Inupi mmebalikkan tubuhnya untuk menatap Koko, ia menggidikan bahunya dengan acuh. "Seperti tang kau bilang, uangmu aku pakai untuk bersenang-senang." Jawab Inupi yang terlampau asal-asalan.

Koko memejamkan matanya, ia berusaha mentralisir amarahnya agar meredam dan tidak meluap. "Aku akan memesankan sarapan, kau tidak boleh melewatkan sarapanmu yang sangat penting." Ujar Koko, mengalihkan topik perhatian dan pembicaraan mereka sebelumnya.

Ia meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu dengan cepat, setelahnya kembali menaruh ponselnya dan bangkit dari posisi duduknya.

Ia mendekat ke arah Inupi dan menempelkan punggung tangannya pada dahi serta leher Inupi dengan cepat, "Tubuhmu masih hangat, tak perlu mandi." Ujar Koko, berlalu begitu saja masuk ke dalam kamar mandi rumah Inupi.

"Ah, aku melupakannya, tolong bawakan handuk untukku." Ucap Koko dari dalam kamar mandi, pintu kamar mandi terbuka dengan tangan Koko yang menjulur keluar seolah meminta sesuatu.

Inupi mendengus pelan dan memberikan handuk pada Koko. Ia jadi terdiam sembari tersandar di dapur rumahnya, menatap ke arah depannya dengan tatapan kosong namun pikirannya seolah sangat penuh.

Tatapannya beralih pada tangan kirinya, ia memandang telapak tangan kirinya dengan cukup lama sampai bel pada rumahnya berbunyi.

Kakinya membawa ia untuk membukakan pintu dan ternyata jada pengantar makanan yang datang serta memberikannya makanan yang Koko pesan, lalu meminta tanda tangan darinya.

Setelah memberi tanda tangan, Inupi kembali menutup pintu rumahnya dan menatap ke arah dua box yang ada di tangannya dengan seksama.

"Ah itu katsudon yang dibuat sendiri oleh Smiley, aku memintanya untuk membuatkan katsudon dan mengantarnya dengan segera." Celetuk Koko, muncul begitu saja dari kamar mandi hanya dengan handuk yang dililitkan di pinggangnya dan handuk kecil pada kepalanya.

Koko menyiapkan dua gelas air putih dan ditaruhnya di atas meja makan rumah Inupi, menunggu Inupi mendekat dan menyanikan Katsudon tersebut.

Mau tak mau, Inupi segera mendekat dan menatuh dua kotak katsudon di hadapan mereka. Dengan segera Koko mengambilnya dan membukanya yang langsung terlihat asap mengepul keluar, "Wah! Keliatannya enak dan ini masih hangat, itadakimasu!" Ucap Koko, langsung melahap sarapannya dengan antusias.

Inupi membuka kotak katsudonnya dan mulai menggumamkan perkataan yang sama dengan Koko, kali ini saja ia mengalah pada egonya dan bersikap biasa saja.

+×÷

Setelah perut mereka masing-masing sudah terpenuhi, keduanya sama-sama terdiam sembari berhadapan pada meja makan kecil ini.

Inupi yang sudah lelah memenangi egonya, akhirnya bersuara dnegan intonasi suara yang biasa. "Jadi, apa yang membawamu kesini?" Tanya Inupi, menatap Koko dengan tatapan tanya.

Koko terdiam sejenak, membasahi bibir bawahnya dalma rangka mempersiapkan jawabannya. "Aku ingin melihatmu, dan memberitahu segalanya. Dan apa yang kulihat? Kau izin dari bengkel karena sakit? Ha. Kau malah meminum berkaleng-kaleng alkohol sampai sakit, apa yang sebenarnya kau pikirkan? Dasar bodoh!" Umpat Koko, matanya menyiratkan kekhawatiran dan kekesalan yang tercampur menjadi satu.

Ekspresi wajah Inupi tak berubah, lelaki bertubuh kurus itu menghela napas sejenak dan kemudian memainkan gelasnya dengan tangannya. "Kau tau jawabannya, Koko." Ucap Inupi.

"Kau juga seharusnya sudah tau jawabanku mengenai ciuman itu, Inupi." Ujar Koko.

Inupi kembali menatap Koko dengan tatapan merendahkan, "Apa? Kau ingin memperjelas kalau kau memandangku sebagai Akane?" Tanya Inupi.

Koko mengeraskan rahangnya, ia bangkit dari posisi duduknya dan tangannya segera mencengkram kerah sweater Inupi sampai lelaki bertubuh kurus itu sedikit terangkat. "Kenapa kau selalu berpikiran seperti itu?!" Tanya Koko, matanya menyiratkan api kemarahan yang besar.

Inupi tersenyum kecil, "Karena semuanya sudah jelas, Koko. Dan aku tidak bodoh, siapapun yang mengetahui kisah kita pun akan berpikiran sama, kalau kau memandangku sebagai Aka—" Ucapan Inupi terpotong cepat oleh Koko.

Koko menyambar bibir Inupi dengan bibirnya, ia menekan bibir Inupi dengan pangutan yang menuntut, matanya terpejam erat dan setiap kali Inupi berusaha melepaskan pangutan keduanya, Koko akan dengan segera memberikan dorongan lebih kuat sehingga Inupi tak berkutik.

Ah, ini french kiss pertamanya.

Setelah merasa bahwa Inupi sudah mulai terdiam dan tidak memberontak, Koko akhirnya melepaskan pangutannya yang menghasilkan benang saliva pada bibir bawah mereka.

Koko menatap ke dalam mata Inupi, "Akane pernah bilang padaku kalau aku tidak dapat mencium orang yang tidak aku cintai, dan aku melakukannya. Aku mencium seseorang karena aku mencintainy, dan kau adalah satu-satunya orang yang pernah aku cium." Ungkap Koko dengan serius.

Matanya nenangkap ekspresi Inupi yang terkejut, tangannya bergerak melepaskan cengkramannya pada kerah baju Inupi, beralih pada tengkuk lelaki bertubuh kurus itu dan mendekatkan wajah keduanya.

Ia kembali mencium Inupi, kali ini dengan ciuman hangat nan lembut bahkan matanya terpejam dengan damai, tidak ada tuntutan sama sekali.

Namun, Inupi yang membalas ciuman Koko dengan couman menuntut sampai Koko kewalahan sendiri untuk mengimbanginya.

Saat pangutan mereka akhirnya terlepas, Koko mengambil napas sebanyak yang ia bisa sembari menatap ke dalam mata Inupi dengan mata melebar, "Tunggu—!" Ucapannya terpotong, Inupi tak memberinya ruang bebas untuk mengambil napas apalagi berbicara.

Ciuman menuntut itu terus dilakukan oleh Inupi.

Dairy Milk to be continue...

Dairy Milk | 𝐒𝐞𝐢𝐬𝐡𝐮 𝐈𝐧𝐮𝐢 ft. 𝐇𝐚𝐣𝐢𝐦𝐞 𝐊𝐨𝐤𝐨𝐧𝐨𝐢 ✓Where stories live. Discover now