epilog: dairy milk

341 31 1
                                    

Setelah kejadian beberapa hari lalu saat Koko mengungkapkan apa yang sebenarnya ia rasakan kepada Inupi, membuat mereka secara resmi berada pada sebuah hubungan yang bukan lagi sebagai sahabat sedari kecil, tetapi juga sebagai saudara, teman curhat, pasangan dan keluarga.

Inupi menolak untuk tinggal di apartemen Koko sehingga harus Koko yang mengalah dan tinggal di rumah Inupi, sementara apartemennya ia kontrak kepada orang lain.

Namun akhir-akhir ini Koko merasa bahwa dirinya semakin manja pada Inupi, entahlah ia hanya ingin mendapatkan atensi lebih dari Inupi.

Seperti pagi ini, ia enggan melepaskan pelukannya pada Inupi padahal Inupi sudah harus pergi ke bengkel membantu Draken.

Dengan entengnya Koko berucap, "Kau berhenti saja dan di rumah, biar aku yang bekerja." Seperti itu, namun Inupi menolaknya tegas karena tidak ingin bergantung hidup pada Koko dan juga ia senang berada di bengkel membantu Draken membenarkan mesin-mesin motor.

Koko sedikit mendengus malas, "Kalau begitu, beri aku ciuman hangat." Ujar Koko dengan ekspresi wajah yang kesal.

Inupi menoleh dan menatap ke dalam mata Koko dengan wajah tanpa ekspresinya tetapi pipinya terlihat sedikit merona, "Kau sedang tidak dapat mengontrol dirimu, Koko. Aku sudah terlambat." Ujar Inupi, menolak secara halus karena sebenarnya ia yang tidak dapat mengendalikan dirinya.

Koko menatap Inupi dengan malas dan dengan satu tarikan pada kerah baju Inupi, Koko sudah berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan.

Hanya sekedar ciuman singkat nan manis tanpa lumatan sedikitpun, namun Inupi susah sekali untuk memberikannya. "Aku akan ikut ke bengkel." Ucap Koko, bangkit dari posisi tidurnya dan segera mengambil hoodie warna hitamnya.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Inupi, memandang Koko dengan horor.

"Aku ingin memakan sushi dekat bengkelmu." Jawab Koko.

Inupi mengernyitkan dahinya, "Kau biasa delievery." Ujar Inupi, merasa heran dengan perilaku Koko yang berubah.

Tanpa menoleh, Koko segera berjalan keluar rumah sembari menanggapi perkataan Inupi. "Aku ingin makan disana, dan mendapatkan lebih banyak waktu bersamamu. Apakah itu tidak diperbolehkan?" Tanya Koko, membuka pintu utama rumah Inupi.

Inupi menggeleng pelan, segera bangkit dari tempat tidur dan berjalan mendekat ke arah Koko. "Aku tidak berucap seperti itu." Ujar Inupi yang kemudian memakai sepatu untuk pergi ke bengkel D&D.

Keduanya jalan berdampingan, sembari berceloteh menceritakan hal-hal yang sudah lalu sembari tertawa pelan, Inupi memandang Koko dari arah samping sembari tersenyum lembut kala melihat lelaki bermata sipit di sampingnya ini bahagia dan kembali tertawa lepas.

Ketika sebentar lagi sampai pada bengkel D&D, obrolan dan langkah keduanya terhenti dikarenakan ada seorang perempuan yang berdiri di hadapan keduanya dengan wajah merona.

Inupi dan Koko memandang perempuan di hadapan mereka dengan bertanya-tamya, apakah perempuan ini ingin menanyakan alamat? Pikir keduanya.

Akhirnya, Koko membuka suaranya lebih dulu. "Permisi, Onee-san, apakah ada yang bisa kami bantu?" Tanya Koko.

Perempuan di hadapan mereka memandang Inupi dan Koko secara bergantian, "Maaf, aku perlu berbicaa berdua dengan Inui-san." Ucap perempuan tersebut dengan suara pelan.

Koko dengan pahamnya, segera memundur dan memberi jarak beberapa meter agar permepuan tersebut dapat leluasa berbicara dengan Inupi.

Inupi terdiam, ia sendiri tidak tahu siapa permepuan dihadapannya saat ini sehingga ia merasa tidak ada bahan obrolan diantara kedanya.

"Inui-san..." Panggil perempuan dihadapannya dengan suara yang teramat pelan, namun Inupi tetap dapat mendengarnya dengan jelas.

Perempuan yang pada awalnya menundukkan wajahnya itu kini mendongakkan kepalanya dan menatap ke dalam mata Inupi yang bertanya tanpa suara.

Tangan perempuan tersebut menyodorkan paperbag kecil berwarna cokelat, yang sudah tidak asing di mata Inupi walaupun lelaki kurus dengan bekas luka bakar pada bagian mata kirinya tidak tahu apa isinya.

"Aku yang selalh memberimu susu kotak selama beberapa wkatu ini, aku juga yang beberapa kali memberimu makanan. Maaf karena bersikap kurang sopan seperti itu, aku belum berani menyatakannya dan aku... Baru mempunyai keberanian untuk menunjukkan diriku padamu seperti saat ini." Ungkap perempuan itu, membuat Inupi bertanya-tanya, sebenarnya apa maksud yang perempuan itu coba sampaikan padanya?

Inupi berdeham pelan, dengan merasa tidak enak ia menerima paperbag cokelat tersebut dari perempuan di hadapannya, "Maaf sebelumnya, siapa namamu?" Tanya Inupi, mengingat perempuan di hadapannya tidak memperkenalkan dirinya.

Perempuan itu tersadar bahwa ia belum memperkenalkan dirinya sama sekali, "Ah maafkan aku!" Ucapnya sembari membungkuk.

Inupi memegang bahu perempuan itu agar kembali berdiri tegap, "Tidak apa-apa." Ucap Inupi.

"Namaku Chihiro Agatha." Ucap Perempuan tersebut.

Inupi mengangguk pelan, "Chihiro-san, aku mengerti maksud baikmu yang memberiku susu kotak dan beberapa makanan lain, terimakasih banyak atas pemberianmu selama ini." Ucap Inupi sembari membungkukkan tubuhnya.

"Apakah aku boleh membuka ini?" Tanya Inupi sembari mengangkat paperbag cokelat yang ada di tangannya, membuat Chihiro mengangguk pelan sebagai jawaban.

Inupi membuka paperbag cokelat tersebut dan melihat ada susu kotak juga beberapa cokelat dan juga permen-permen cokelat kecil. "Bukankah ini terlalu banyak?" Tanya Inupi.

Chihiro menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak, itu bahkan tidak seberapa." Ucapnya, "Euh... Inui-san sebenarnya aku menyukaimu sejak aku bertemu denganmu di ruang guru. Ah, mungkin kau tidak mengingatku, aku berasal dari kelas 2-6." Ungkap Chihiro dengan suara pelan nan gugup, wajahnya sedikit merona.

Inupi melebarkan matanya seketika merasa bersalah, "Aku benar-benar minta maaf, Chihiro-san. Aku tidak dapat menerima pengakuan darimu." Ucap Inupi, tidak ingin membahas lebih lanjut karena tidak ingin menyakiti hati Chihiro lebih dari itu.

Chihiro menggeleng pelan, "Ini bukanlah apa-apa, aku hanya ingin mengungkapkannya padamu bukan berarti aku memintamu untuk menjadi pacarku." Ucap Chihiro.

Inupi tersenyum lembut nan tulus, "Koko, kemarilah!" Panggil Inupi membuat Koko sedikit bertanya-tanya, begitu pula dengan Chihiro.

Saat Koko sudah berada tepat di samping Inupi, Inupi kembali mengeluarkan suaranya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari dua orang lawan biacaranya. "Ini Koko, Kokonoi Hajime, pacarku." Ungkap Inupi dengan enteng.

Sontak membuat baik Koko maupun Chihiro melebarkan matanya masing-masing dan saling  berpandangan dengan canggung.

"Inupi, apa yang kau—" Ucapan Koko langsung dipotong oleh Inupi.

"Kenapa? Kau mau membuatnya untuk menjadi privasi kita berdua? Aku tidak ingin melakukan itu, Koko." Ucap Inupi, menatap intens ke dalam mata Koko.

Setelah berbincang sebentar dan meluruskan semuanya, akhirnya Chihiro pamit pergi sembari menolak tawaran Inupi yang ingin mengantarnya pulang.

Inupi menatap Koko dengan tatapan penuh selidik, "Kau tau dia akan menyatakan perasaannya pada ku, 'kan?" Tanya Inupi.

Koko menjawab dengan suara pelan, "Semua orang pun akan sadar, Inupi." Jawab Koko.

"Kenapa kau tidak—" Ucapan Inupi terpotong cepat dengan perkataan Koko.

"Dia hanya menyatakan perasaannya padamu, Inupi dan aku mempercayaimu. Apa yang salah dengan menyatakan perasaan pada seseorang yang kita sukai?" Tanya Koko, menoleh dan menatap Inupi dengan tersenyum.

Inupi memberhentikan langkahnya, membuat Koko dengan refleks ikut memberhentikan langkahnya juga.

"Koko, koishiteru." Ucap Inupi dengan suara pelan namun penuh dengan penegasan.

Koko menutupi wajahnya dengan satu tangan, merasa bahwa wajahnya sudah sangat panas dan mungkin terlihat seperti kepiting rebus.

Dairy Milk END.

🎉 You've finished reading Dairy Milk | 𝐒𝐞𝐢𝐬𝐡𝐮 𝐈𝐧𝐮𝐢 ft. 𝐇𝐚𝐣𝐢𝐦𝐞 𝐊𝐨𝐤𝐨𝐧𝐨𝐢 ✓ 🎉
Dairy Milk | 𝐒𝐞𝐢𝐬𝐡𝐮 𝐈𝐧𝐮𝐢 ft. 𝐇𝐚𝐣𝐢𝐦𝐞 𝐊𝐨𝐤𝐨𝐧𝐨𝐢 ✓Where stories live. Discover now