08. Hurting Each Other

255 32 0
                                    

Sudah hampir seminggu lebih sejak pertengkaran kecil yang terjadi antara Koko dan Inupi malam itu, dan sampai saar ini pula, keduanya perang dingin, saling membungkam mulut masing-masing dan seolah benar-benar sudah jauh.

Koko sendiri enggan menghubungi Inupi lebih sulu atau mendatangi lelaki kurus itu dengan tiba-tiba seperti biasanya, begitu pula dengan Inupi.

Jadi, keduanya sama-sama enggan memulai lebih dulu. Inupi yang memang berniat untuk menjadikan Koko sebagai kenalannya biasa, dan Koko yang masih bergelut dengan logikanya sendiri.

Lelaki bermata sipit itu tak keluar kamar sejak malam dimana ia menemui Inupi, semua panggilan dan pesan masuk pada ponselnya ia acuhkan, bahkan ponselnya dimatikan dan ditaruh ke dalam lemari pakaiannya.

Koko tinggal di apartemen yang terbilang mewah di kota Shibuya, namun ia merasa bahwa seleranya tidak se-mewah itu.

Sebenarnya, ia ingin membelikan Inupi apartemen yang sama dengannya, namun lelaki dengan bekas luka di sekitar mata kirinya itu pasti akan memarahinya habis-habisan sebab membuang-buang uangnya katanya, padahal ia tidak pernah merasa bahwa ia membuang uangnya untuk Inupi.

Koko menghela napas pelan, tatapannya jatuh pada langit-langit kamarnya yang tinggi. Tubuhnya masih memakai bathrobe sehabis mandi semalam dan karena merasa lelah ia langsung tertidur begitu saja.

Ia menbangkitkan tubuhnya, mengerjapkan matanya pelan dan menatap jam dinding yang ada di kamarnya, menunjukkan pukul tujuh pagi.

Koko membawa langkahnya menuju ke dapur apartemennya lalu membuat sarapannya sendiri seperti biasanya, ia benar-benar hidup mandiri selama ini itulah alasan mengapa ia bisa sukses.

Namun tetap saja ia merasa hampa jika Inupi memintanya untuk berpisah seperti itu, mana bisa ia melakukannya? Yang benar saja.

Tatapan matanya jatuh pada omelet yang ia buat sendiri, memorinya kembali mengulang ucapan Inupi malam itu mengenai pernyataannya yang tanpa senagaja dilontarkan saat ia tak sadarkan diri dan juga mengenai ciuman pertama mereka.

Koko tersenyum kecil, terdapat semburat merah muda pada kedua pipinya. "Aku tidak akan mencium seseorang yang tidak aku sukai, dasar Inupi bodoh." Ucap Koko, wajahnya terlihat begitu senang.

Tetapi, alasannya selama ini tidak mencoba untuk menghubungi atau mengunjungi Inupi adalah agar lelaki kurus itu dapat mengalihkan pikirannya sejenak, walaupun sebenarnya ia merasa bahwa ia tersiksa.

Sudah ia tetapkan, bahwa hari ini ia akan langsung menuju ke bengkel D&D untuk bertemu Inupi dan memberitahu lelaki dengan bekas luka bakar di sekitar matanya bahwa ia menyukainya sebagai Inupi, bukan karena Akane.

Koko sedikit senang dan memulai segala persiapannya mulai detik ini juga.

Setelah mempersiapkan dirinya selama tiga puluh menit, akhirnya ia siap untuk pergi keluar dengan pakaian kasual. Ia melangkahkan kakinya keluar dari pintu apartemennya dengan senyuman yang terlihat sedikit terukir di wajahnya.

Koko mengeluarkan motornya dari parkiran untuk menuju ke bengkel D&D karana Inupi pasti sudah berada disana.

Dengan melesatkan motornya sedikit lebih kencang, Koko dapat sampai pada bengkel D&D lebih cepat dari biasanya.

Matanya teralih menatap satu motor yang bukan merupakan motor Inupi, lantas ia segera melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam bengkel dan melihat sekeliling bengkel yang tidak menunjukkan keberadaan Inupi.

"Ah? Koko?" Tanya Chifuyu, tangannya memegang sapu. "Apakah kau mencari Inupi?" Tanya Chifuyu, yang hanya diberikan anggukan oleh Koko sebagai respon atas pertanyaannya.

Chifuyu justru menatap Koko dengan heran, "Inupi tidak memberitahumu? Dia izin tidak bekerja karena sakit, sudah terhitung tiga hari sampai saat ini dan aku menggantikannya untuk sememntara, aku dan Draken berencana mengunjunginya setelah menutup bengkel." Jelas Chifuyu, mampu membuat Koko melebarkan matanya.

Ia sama sekali tidak tahu bahwa Inupi sakit. "Kalau begitu, terimakasih Chifuyu. Aku akan menjengyknya lebih dulu." Ucap Koko, segera pamit keluar dari bengkel.

"Kalau ada kabar mengenai Inupi, tolong beritahu aku." Ucap Chifuyu, melihat Koko hanya mengangguk pelan dan melesat peegi begitu saja dengan cepat.

Sepertinya, banyak yang telah terjadi diantara keduanya sehingga Koko tidak mengetahui kondisi Inupi sama sekali.

Sesampainya di rumah Inupi, Koko segera memebuka pintu runah Inupi dengan cepat dan memperlihatkan pemandangan yang begitu berantakan, terdapat banyak sekali sampah minuman kaleng dimana-mana, dengan beberapa bungkus makanan ringan juga cup mie instan.

Koko melebarkan matanya, ia mendekat ke arah Inupi yang tetidur dengan kepala pada meja ruang tamu bersama dengan sampah yang berserakan. " Ini yang disebut sakit dan izin bekerja?!" Tanya Koko dengan marah.

Dengan susah payah, Koko membawa tubuh kurus Inupi ke atas kasur lelaki itu, walaupun sangat bau alkohol, ia harus menahannya dan segera mengganti pakaian Inupi dengan pakaian hangat agar lelaki itu tertidur dengan nyaman, sebab suhu tubuhnya sedikit lebih tinggi.

"Kenapa kau meminum alkohol sampai seperti ini?! Dasar bodoh!" Umpat Koko dengan keras yang tahu bahwa Inupi tidak akan sadar saat ini juga.

Ia menghela napas pelan, berusaha untuk meredam emosinya dan mulai merawat Inupi dengan telaten agar lelaki kurus dengan bekas luka bakar di sekitar mata kirinya itu tertidur dengan nyaman, meskipun di keadaan tidak enak badan.

Setelah merasa bahwa Inupi sudah dapat tertidur pulas, Koko membereskan segala sampah yang tergeletak begitu saja dengan kotornya, ia juga membersihkan setiap sudut rumah Inupi dan tidak membiarkan satu debu pun nempel.

Setelah membersihkan rumah Inupi, ia melangkahkan kakinya untuk melihat kotak obat yang ada disana, dan ternyata lelaki kurus itu menyimpan obat demam sehingga ia tak perlu khawatir untuk membelinya lagi.

Koko terduduk di samaping kasur Inupi, bersandar pada kasur lelaki itu, "Aku sangat bodoh, ya? Membiarkan kita dalam situasi seperti ini? Yang saling menyakiti seperti ini." Gumam Koko dengan suara sangat pelan.

Ia terkekeh pelan namun bahunya sedikit terguncang, wajahnya ia tundukkan dan salah satu tangannya berada di depan wajahnya untuk menutupi wajahnya.

Perlahan, air matanya mengalir daari ujung matanya dan membasahi pipinya. Ia tak sadar seberapa pentingnya Inupi untuknya dan begitu juga sebaliknya.

Ia merasa kesal pada dirinya sendiri sebab sempat terpikirkan olehnya bahwa ia akan menuruti Inupi untuk berpisah karena tidak ingin menyakiti lelaki kurus itu, namun bukankah jika mereka berpisah, akan lebih tersakiti?

Ibaratnya, kalian sama-sama mencintai dan dipaksa untuk mengakhiri hubungan sebab saling menyakiti satu sama lain akibat dari suatu akar permasalahan, padahal sama-sama menyayangi, kenapa harus berpisah? Lebih baik terbuka satu sama lain dan saling mengerti untuk menyelesaikan masalah, 'kan?

Koko sedikit heran, kenapa Inupi bisa berpikir bahwa ia menganggap lelaki kurus itu sebagai mendiang kakaknya?

Inupi dan Akane adalah dua orang yang berbeda dan Koko mencintai keduanya, bukankah ini baik-baik saja?

Koko terdiam dalam waktu yang lama, beban pikirannya masih panjang untuk digali lebih dalam lagi.

Dairy Milk to be continue...

Dairy Milk | 𝐒𝐞𝐢𝐬𝐡𝐮 𝐈𝐧𝐮𝐢 ft. 𝐇𝐚𝐣𝐢𝐦𝐞 𝐊𝐨𝐤𝐨𝐧𝐨𝐢 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang