07. Apologize

250 36 0
                                    

Mata Inupi lagi dan lagi memandang punggung Koko yang menjauh darinya, entah sudah berapa kali Koko pergi darinya seperti ini. Namun refleks tubuhnya kali ini mengatakan hal lain, ia berjalan cepat dan menghentikan langkah Koko.

Koko segera menoleh dan menatap Inupi masih dengan wajah yang kesal, seolah tidak ingin membicarakan apapun dengan Inupi saat ini.

"Apa? Aku rasa kau tidak perlu membicarakan apapun lagi denganku. Untuk uang itu, aku hanya ingin memberikannya padamu karena aku ingin kau hidup lebih bahagia dan bisa tersenyum setiap hari, kalau memang kau benar-benar tak mau, berikan saja pada siapapun atau kau habiskan untuk sesuatu yang tidak berguna seperti menyewa wanita kelas atas." Ucap Koko dengan suara yang terlampau dingin.

Inupi mengeraskan rahangnya setelah mendengar suara dingin Koko, "Lalu, bagaimana dengan perkataanmu malam dimana kau demam?" Tanya Inupi, saat ini ia marah kepada Koko karena lelaki bermata sipit itu mengucapkan hal yang tidak seharusnya, pikirnya.

Koko menatap Inupi dengan heran sembari mengerjap-ngerjapkan matanya dengan pelan, berusaha mengingat apa yang ia bicarakan pada Inupi di malam hari yang hujan itu.

Inupi yang menangkap ekspresi bingung pada wajah Koko, jadi tertawa sumbang dan segera melepaskan tangannya yang masih menahan lengan Koko, ia menutup wajahnya dengan salah satu lengannya dan bergumam pelan. "Ternyata memang benar, tidak akan pernah terjadi seperti itu." Gumam Inupi dengan suara yang terlampau pelan, namun Koko dapat mendengarnya dengan jelas sebab posisi mereka yang dekat.

Alis Koko menukik tajam, ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri atas hal apa yang telah ia lakukan sehingga Inupi sampai seperti ini.

Inupi yang hendak pergi segera Koko tahan, "Tolong, beritahu aku, apakah aku melakukan kesalahan fatal yang tak dapat diperbaiki?" Tanya Koko, matanya menatap Inupi dengan tatapan memohon.

Inupi hanya terdiam memandang ke dalam maa Koko, ia sama sekali tidak berniat menjawab permohonan Koko terhadapnya.

"Bukankah kau berjanji akan memberitahu semuanya jika aku memberitahumu mengenai uang itu? Aku sudah memberitahu semuanya, jadi tolong jelaskan padaku." Lanjut Koko, jemarinya sedikit meremas pergelangan tangan Inupi dengan lembut, menandakan bahwa lelaki bermata sipit itu meminta penjelasannya.

Inupi menghembuskan napas lelah, "Kau melupakannya, Koko. Memang akan lebih baik jika dilupakan saja." Ujar Inupi, ekspresi wajahnya kembali menjadi seperti semula.

Koko semakin dibuat bersalah dengan ucapan Inupi yang seperti itu padanya, "Tidak, jangan dilupakan—" Ucapan Koko dipotong dengan kata-kata pedas dari bibir Inupi.

"Kau bisa mengatakannya, tapi kau sendiri melupakannya. Bukankah sangat ironi?" Tanya Inupi, menatap Koko dengan aura yang mengintimidasi.

"Kalau kau terus seperti itu dan tidak memberitahunya padaku, aku tidak akan mengerti apapun, Inupi!" Ucap Koko dengan tatapan tegas dan suara yang sedikit lebih naik dibandingkan dengan sebelumnya.

Inupi mendekatkan dirinya kepada Koko sehingga kedua lelaki itu berhadapan dengan ujung sepatu yang saling bersentuhan, "Kau mengatakan kalau kau mencintaiku malam itu, Koko." Ucap Inupi dengan suara rendah nan pelan, matanya menangkap segala ekspresi yang Koko buat setelah ia mengucapkannya.

Koko sontak terkejut, ia melebarkan matanya masih dengan menatap ke dalam mata Inupi, seolah mencari-cari secuil kebohongan dan candaan dalam percakapan mereka saat ini. Namun ia tak mendapatkannya dan hanya keseriusan serta ketegasan yang ia dapatkan.

"Jadi, memang benar 'kan kalau kau melupakannya? Bahkan, hanya aku yang ingat?" Tanya Inupi sembari menjauhkan dirinya beberapa langkah ke belakang, ia tertawa kecil dengan miris.

Saat hendak kembali ke bengkelnya, lagi-lagi Koko menahannya namun kali ini lelaki bermata sipit itu tidak memberikan respon apapun atau mengeluarkan suaranya sedikitpun.

"Apa yang kau inginkan lagi?" Tanya Inupi, tetapi Koko tetap bergeming dan terlihat tidak berniat mengeluarkan suaranya sama sekali.

Inupi membalikkan tubuhnya untuk kembali menatap Koko, "Apakah aku harus kembali bertanya mengenai ciuman pertamaku yang kau ambil?" Tanya Inupi, membuat Koko semakin melebarkan matanya, masih enggan mengeluarkan suaranya.

Inupi menghela napas pelan, memandang ke arah langit malam yang terlihat begitu cerah, "Aku kadang berpikir, kenapa kau tetap bersamaku? Tidakkah kau membenciku sebab kau bisa saja menyelamatkan Akane jika aku memberitahumu sebelum kau berlari keluar rumah." Ujar Inupi, kedua tangannya ia masukkan ke dalam kantung celananya.

"Sampai aku mengetahui bahwa kau mencuri ciuman itu, aku tidak tau kenapa kau melakukannya. Apakah karena aku mirip dengan Akane? Apakah kau menganggapku sebagai Akane? Penggantinya?" Lanjut Inupi, tidak menatap ke arah Koko sama sekali.

Mereka sama-sama terdiam sejenak, Inupi mengambil udara malam yang segar dengan sedikit dalam, "Aku tidak mengerti apa yang kau lakukan, Koko bahkan sampai saat ini. Sejak mengetahui tentang ciuman itu, aku terus memeikirkannya sampai aku sadar bahwa aku tak bisa kehilanganmu, dalam artian sahabat maupun lebih dari itu." Ungkap Inupi, ia tersenyum kecut. "Mungkin bagimu hanya sebuah ciuman sederhana yang bahkan tak perlu dipikirkan, tetapi itu hal yang berbeda padaku. Bukankah aneh mempunyai perasaan terhadap sahabat sejenis?" Lanjut Inupi, ia sedikit terkekeh pelan.

Kepalanya ia torehkan untuk menatap Koko yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan yang berbeda namun Inupi tak dapat mengetahui maksud apa dibalik tatapan Koko padanya. "Aku pikir, akan lebih baik jika kita berpisah. Aku memang berucap bahwa aku tak dapat kehilanganmu dalam hidupku, tetapi melihatmu juga membuatku sakit hati, Koko." Ucap Inupi dengan tersenyum manis.

"Maaf karena menyukaimu." Lanjutnya yang kemudian langsung berbalik menuju ke bengkel D&D kembali.

Koko pun tidak menahannya lagi, membuatnya mengerti bahwa mereka memang harus berpisah walaupun dengan cara seperti ini, bahkan yang membuat semuanya hancur adalah Inupi sendiri dan ia mengakuinya dari lubuk hati yang terdalam.

Namun ia tak ingin menyakiti dirinya lagi, sudah cukup ia bertanya-tanya selama beberapa tahun belakangan ini, mengira-ngira tindakan dan perilaku Koko padanya, juga membuat kemungkinan-kemungkinan yang mustahil dalam pikirannya.

Ia jadi menggelengkan kepalanya, biarkan semuanya mengalir seperti air dan terlewat begitu saja.

Dairy Milk to be continue...

Dairy Milk | 𝐒𝐞𝐢𝐬𝐡𝐮 𝐈𝐧𝐮𝐢 ft. 𝐇𝐚𝐣𝐢𝐦𝐞 𝐊𝐨𝐤𝐨𝐧𝐨𝐢 ✓Where stories live. Discover now