07. Pengganggu Mulai Nampak

62 17 1
                                    

Langit cerah di tengah hari ini sejujurnya tidak cocok dengan suasana hati Nayla yang berantakan dan hancur berkeping-keping karena hubungan nya dengan Mahen kandas begitu saja setelah berita bahwa Nayla kakak dari Joan 'si cupu' melayang hingga ke seluruh penjuru sekolah.

Padahal belum tepat dua jam kejadian di kantin tadi, tapi karena sebuah platform sekolah yang menambahkan video Nayla di dalam nya membuat kondisi semakin runyam.

Segala bentuk hinaan dari siswa siswi lain ditujukan kepada Nayla. Sebegitu salah kah menjadi kakak dari Joan Mahardika Pamungkas? Bahkan pemuda berkulit sawo matang itu tidak pernah mengganggu dan mengusik orang lain. Namun tampaknya hadir nya dalam sekolah ini pun terasa salah bagi semua, semuanya tak terkecuali Mahen yang masih berdiri membuang pandangan agar tak menatap wajah Nayla yang sudah membengkak karena tangisan nya.

"Udah nangis nya? Gue masih ada perlu sama Bima."

Nayla mencekal lengan Mahen dengan penuh harap. Terlihat wajah nya yang mendung dan sendu. Berulang kali Nayla berusaha menghilangkan jejak air mata yang terus turun entah hingga kapan.

"Mahen, please gue masih sayang sama Lo." Mohon Nayla dengan mata nya yang berembun, lagi.

"Sorry gue gak bisa." Mahen menarik lengan nya agar terbebas dari tangan Nayla.

Namun setelahnya Nayla kembali meraih tangan Mahen. Kalimat itu terus keluar beberapa kali hingga sampai akhirnya Mahen benar-benar bulat akan tekadnya.

"Gue udah bilang putus ya putus Nay!" Bentak Mahen menatap tajam Nayla yang masih tersedu-sedu.

Nayla menggeleng. "Enggak! Lo masih sayang kan sama gue? Ya kan? Karena Joan adik gue Lo langsung putusin gue gitu aja?"

Mahen mendecih, ia membuang ludah nya ke sembarang tepat dan menatap 'mantan' nya penuh remeh.

"Lo tau kan Joan itu siapa? Yakali nanti nama gue jelek cuma gara-gara gue pacaran sama kakaknya. Sorry to say, tapi gue mending putus sama Lo daripada harus masuk jajaran kalangan Joan, yang sebentar lagi juga Lo masuk ke jajaran itu." Tegas Mahen panjang lebar. "Lo udah bukan siapa-siapa lagi disini Nay, inget itu!"

Mahen beranjak pergi, melangkah kan tungkai nya meninggalkan Nayla di belakang sekolah sendirian. Bahkan disaat hati Nayla terasa tercabik-cabik pun Mahen masih bisa bersiul hanya untuk menghilangkan keheningan di sepanjang jalan menuju tempat tujuan nya-menghampiri Bima.













Memang benar kata Mahen, dia sudah bukan siapa-siapa disini. Kalau dulu dia disegani dan dihormati karena memiliki titel 'pacar Mahen' sekarang sudah tidak ada lagi. Bahkan teman-teman nya yang menyebut diri mereka 'sahabat nya Nayla' pun ikut menghilang.

Bukan ini yang Nayla inginkan, dia hanya ingin dukungan dan support dari siapapun itu. Nayla butuh, sangat butuh.

Sore ini juga pukul 15.00 wib Nayla di tugaskan oleh wali kelas nya untuk merekap uang kas yang sudah di dapat sebulan ini. Naas nya di tengah koridor ada segerombol siswa siswi yang menghadang pergerakan nya.

Mereka orang-orang yang dulu pernah sering bermain dengan nya dan Mahen. Naik motor bersama, nonton bioskop bersama, dan sebaginya.

"Aduh.. kasian ya si Joan punya kakak model kayak Lo, dia udah banting tulang di sekolah sampe jualan eh kakak nya malah foya foya sama kita." Celetuk salah satunya, rok nya sangat pendek, mungkin sekitar berjarak sepuluh sentimeter dari lutut mulus nya.

"Iya kasian banget, Nay! Kalo gak mampu mah gak mampu aja! Kasian tau adik Lo kerja sendiri! Dasar kakak gak guna!" Imbuh lainnya.

"Kakak gak becus!"

Arsya ; second lifeOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz