08. Ulang Tahun Mama Jaka

53 14 0
                                    

Langkah kaki Jaka begitu ringan, raut muka nya pun terlihat sangat girang dan bahagia. Kaki ramping nya melonjak sedikit setiap beberapa langkah, disertai pinggulnya yang bergoyang ke kanan kiri penuh sukacita.

"Lo bikin malu gue, Ka." Celetuk Arsya yang berjalan di belakang nya karena langkah nya yang lambat.

Jaka berbalik badan dan tersenyum, "Kan hari ini ulang tahun mama, harus seneng dong." Ucap nya sambil menggoyang jinjingan berisi kue brownies kesukaan wanita yang telah melahirkan nya di dunia.

"Yaudah gue balik dulu." Arsya berbelok kearah kiri, lalu melambai pelan sebelum benar-benar menghilang dari persimpangan.

"Besok bareng lagi ya!" Seru Jaka yang juga membalas lambaian Arsya. Kemudian berjalan berlawanan dari rumah sahabat nya.

Keduanya memang selalu seperti ini, kemanapun pergi harus berdua, mungkin sudah di atur satu paket. Jarak rumah Jaka dan Arsya tidak terlalu jauh. Keduanya berpisah di perempatan menuju jalan raya besar ke sekolah.

Tadi, saat pulang sekolah Jaka meminta di temani Arsya membeli kue brownies untuk mama nya di toko roti langganan mama Jaka tentu nya, yang sedang ber ulang tahun hari ini.













Ceklek

Arsya membuka pintu kayu rumah nya, pemandangan pertama yang ia lihat adalah bagian dalam rumah nya yang seperti habis terkena badai di sore hari.

Mata nya berkeliling mencari sosok wanita yang selalu berada di sisi nya. Arsya dengan tergesa menendang dan menyingkirkan perabotan rumah nya yang sebagian besar sudah hancur lebur. Persetan dengan pecahan kaca yang mengenai kulit mulusnya, Arsya tidak masalah dengan hal itu.

Sekarang yang ia khawatir kan hanya keberadaan ibunda nya yang menangis tersedu-sedu di dalam kamar mandi.

"Ma? Mama?! Mama?! Buka ma!" Teriak Arsya dengan tangan nya yang menggedor hebat pintu plastik kamar mandi.

Tidak ada jawaban dari dalam, hanya terdengar suara isakan yang semakin lama semakin keras.

Arsya panik, dengan sekuat tenaga ia mendobrak pintu biru berlambang ikon burung bangau di daun pintu.

Brakk

Brakk

Brakk

Brakk

"Mama!"

Tangan nya dengan sigap memegang pundak mama nya yang bergetar karena tangisan itu tidak berhenti. Kondisi wanita itu pun terlihat cukup memprihatinkan, wajah cantik nya terdapat darah yang mulai mengering disekitar samping bibir dan pelipis, kedua mata nya bengkak dan sembab ditambah bekas air mata yang masih berlinang di pipi.

Tubuh Arsya berjongkok, kemudian menggendong mama nya menuju kamar. Setelah sampai di kamar mama nya, Arsya mengamati kembali tubuh sang mama yang tertutup daster tipis berlengan pendek dan panjang nya se bawah lutut.

"Mama kenapa bisa kayak gini?! Ayah mana?!"

Sang wanita paruh baya yang terduduk di atas kasur hanya terus menangis dan menggeleng perlahan.

Mata Arsya kembali terbelalak, leher yang cukup berlemak dan berkeriput milik mama nya pun terdapat bekas merah keunguan. Arsya mulai murka, tangan nya terkepal kuat dan menatap mata mama nya sekali lagi.

"Ini ulah papa?" Nada Arsya sedikit lebih tenang kali ini, namun terkesan menyeramkan dan mengintimidasi siapapun yang mendengarnya. "Ma, jawab."

"A-arsya jangan cari papa ya? Mama gak apa-apa nak."

Arsya ; second lifeWhere stories live. Discover now