Bab 4 (Membuntuti Jejak Para Penjahat)

82 13 2
                                    

MOBIL Mercedes itu berhenti.

Jupiter, yang kepalanya masih selalu tersungkup kantung tebal, berusaha mengikuti gerak-gerik mobil itu, dengan maksud untuk menduga-duga ke mana arah yang dituju. Tapi Mercedes itu terlalu sering membelok dan berubah-ubah arah. Kini ia memasang kuping, berusaha menangkap bunyi-bunyi khas yang mungkin bisa dijadikan petunjuk di mana mereka saat itu berada. Tapi hanya kesunyian saja yang ada. Tidak ada bunyi gerakan sama sekali. Tidak ada bunyi kendaraan lalu lalang, atau suara orang, atau deburan ombak laut. "Bawa dia ke luar," kata pria yang selama itu menyetir. Suaranya ketus. Jupiter mendengar bunyi pintu mobil dibuka. Dirasakannya tangan-

tangan menyentuh tubuhnya, lalu mendorongnya dengan kasar ke luar. Ia merasa kakinya menginjak tanah yang keras, begitu pula dedaunan dan rumput.

"Buka sungkupnya supaya ia bisa melihat apabila berjalan."

Kantung yang menyelubungi seluruh kepalanya sampai ke dada ditarik dengan kasar. Sinar matahari yang menembus dedaunan yang rimbun sangat menyilaukan. Jupiter mengejap-ngejapkan mata untuk menyesuaikan penglihatannya, sementara sapu tangan yang mengikat mulutnya dilepaskan oleh pria bertubuh gempal dan berambut keriting yang menyapa Pete di The Jones Salvage Yard. Dialah yang duduk di samping Jupe di dalam mobil dan menyodok-nyodok rusuknya dengan laras pistol.

"Sekarang jangan macam-macam, ya!" tukas orang itu sambil mengacungkan pistolnya, untuk menunjukkan bahwa ia tidak main-main. Jupiter hanya mengangguk saja, tanpa mengatakan apa-apa. Sejak menyadari bahwa ada kemungkinan keselamatannya lebih terancam apabila kedua penculik itu tahu bahwa mereka keliru, ia berharap-harap sapu tangan yang menutupi mulutnya tidak mereka buka. Anak yang mereka kira berhasil mereka culik mestinya berasal dari negeri yang sama dengan mereka, dan kemungkinannya berbicara dengan logat Inggris yang serupa. Jika Jupiter sampai berbicara, kedua orang itu pasti akan langsung tahu bahwa mereka telah salah culik-kecuali jika ia berusaha menirukan logat mereka. Menurut perasaan Jupe ia mampu melakukannya, tapi itu mengandung risiko. Sedikit saja kekeliruan dibuatnya, ia pasti akan langsung ketahuan!

Penculik yang bertubuh gempal memperhatikan Jupiter sesaat, lalu menoleh ke arah temannya yang tadi mengemudikan mobil. "Keluarkan tas-tas itu, Fred."

Jupiter merasa agak lega. Untuk sementara keadaannya aman. Dengan cepat ia memandang berkeliling. Mereka berada di pinggir sebuah jalan tanah, di tengah-tengah semacam hutan kecil yang ditumbuhi pohon- pohon ek dan belukar lebat. Di dekat situ nampak daerah perbukitan.

Tidak ada sesuatu di situ yang dikenal olehnya. Tapi pemandangan seperti itu juga tidak asing baginya. Mereka bisa berada di mana saja di daerah pedalaman, dalam jarak seratus mil di sekitar kawasan Rocky Beach!

"Ayo jalan," kata laki-laki yang bernama Fred. "Ke arah sana!"

Fred bertubuh lebih tinggi dan lebih kurus daripada temannya yang bernama Walt. Rambutnya coklat tua, sementara matanya yang kecil terbenam dalam rongga yang cekung. Kulit mukanya berwarna coklat dan keriput ditempa sinar matahari. Kelihatannya kedua orang itu berasal dari suatu negeri yang panas karena selalu terpanggang sinar matahari. Mereka berjalan di atas rumput di sisi jalan. Tidak sampai lima puluh meter kemudian, mereka berubah arah dan menuju langsung ke arah perbukitan. Jupiter sama sekali tidak melihat ada jalan di depan mereka. Yang ada hanya semak belukar lebat, nyaris tidak bisa ditembus.

"Kau yang di depan, Fred," kata Walt. "Kau membawa tas-tas, jadi kami nanti mengikuti kecepatanmu berjalan."

Orang yang bernama Fred itu mengangguk. Diletakkannya tas-tas yang dibawanya ke tanah, lalu disingkapkannya salah satu semak lebat yang menghadang. Ternyata di balik semak itu ada jalan setapak yang sempit. Fred menyorong kedua tas yang dibawanya ke balik semak yang masih ditarik ke samping, lalu ia sendiri menyusul.

(28) TRIO DETEKTIF: MISTERI KEMELUT KEMBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang