Bab 11 (Pelarian yg Cerdik)

53 13 1
                                    


PINTU kamar nomor dua puluh sembilan dibuka cepat-cepat, lalu mereka masuk ke dalam. "Wah, Jupe, tempat ini sudah dibersihkan!" kata Pete mengeluh.

Sambil mengangguk dengan sikap tegang, Jupiter melayangkan pandangannya lambat-lambat, meneliti kamar yang luas itu. Sinar matahari masuk lewat jendela-jendela tinggi yang menghadap ke depan. Lewat jendela nampak jalan masuk ke hotel serta pangkalan taksi di depannya. Di seberangnya terdapat kawasan pinggiran kota Rocky Beach, yang berbatasan dengan Samudra Pasifik.

"Kalau ada sesuatu yang ditinggalkan Ian di sini, mungkin sekali sekarang sudah tidak ada lagi!" kata Bob dengan suara seperti hampir menangis. "Kata temanmu ini benar, Jupiter," ujar MacKenzie. "Kalau ada surat ditinggalkan di sini, itu pasti sudah dibuang oleh pelayan yang membersihkan tempat ini."

"Itu mungkin saja," kata Jupiter mengakui, "meski di pihak lain, pelayan hotel tidak selalu sangat cermat kalau membersihkan. Tapi kurasa Ian bukan meninggalkan pesan dalam bentuk surat biasa, karena terlalu besar risikonya kalau para penculik itu menggeledah kamar ini. Tidak, kurasa mungkin Ian meninggalkan sesuatu yang tidak gampang ketahuan. Dalam bentuk sandi, atau simbol! Sesuatu yang bisa dikenali suruhan Sir Roger, tapi oleh pihak lawan tidak. Dan itu mungkin tertera di atas secarik kertas, tapi mungkin juga tidak."

"Maksudmu," kata Bob menyambung, "sesuatu yang bisa dibuatnya dengan cepat, tidak disingkirkan pada saat kamar ini dibersihkan kemudian, tapi tidak terlihat oleh para penculik yang mencari-cari, dan yang mungkin bisa dikenali oleh orang-orang yang datang untuk menyelamatkannya?"
(tebak apa?, gk bisa kn , aku juga)

"Tepat, Bob!"

"Kalau begitu kita cari saja barang itu!" kata MacKenzie.

Sementara Pete pergi ke kamar mandi untuk mencari di sana, yang selebihnya memeriksa kamar tidur. Mereka mencari ke atas, ke bawah, menjungkirbalikkan segala benda, melihat ke balik lukisan, tirai, dan di bawah permadani. Mereka meraba-raba di bawah alat pemanas ruangan dan di dalam tempat lampu yang terpasang di langit-langit kamar.

Jupiter bahkan menarik seprai, untuk melihat apakah Ian menuliskan pesannya di atas kasur. Tapi tidak ada yang menemukan sesuatu yang kelihatan seperti pesan atau petunjuk.

"Mungkin kita mencarinya secara terlalu langsung," kata Jupiter kemudian. "Dalam pesannya yang pertama, Ian menggunakan sandi rangkap: Tempat Djanga berarti Imbala, dan Imbala berarti Singa Merah. Jadi petunjuk itu memberi petunjuk mengenai pesan yang sebenarnya."

"Dan pesan itu hanya bisa diketahui oleh orang yang memiliki pengetahuan khusus," kata Bob mengetengahkan.

"Betul. Jadi orang yang berhasil melacak jejak Ian sampai di sini harus mengetahui berbagai hal tertentu. Aku yakin, itu sudah diperhitungkan oleh Ian," kata Jupiter dengan nada pasti. "Mac, Ian itu mungkin punya kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau bisa juga minat?"

"Perhatiannya besar pada sejarah Nanda," kata Ndula.

"Dan ia mengumpulkan patung-patung kayu dari Afrika," kata MacKenzie menambahkan. "O ya, ia juga gemar menggambar. Terutama di dinding.

Menurut Sir Roger, Ian bahkan pernah menggambari dinding kantornya!"

"Gambar di suatu tempat yang takkan dengan segera dibersihkan, dan yang tidak langsung dilihat oleh para penculik," kata Jupiter bersemangat. "Itu yang harus kita cari! Ayo, semua mencari lagi!"

Tapi lagi-lagi mereka tidak menemukan apa-apa. Baik gambar atau tanda di dinding, atau pada perabot kamar.

"Tidak ada apa-apa di sini, Jupe," kata Pete sambil mengeluh. "Kurasa Ian tidak sempat lagi meninggalkan pesan, setelah tahu bahwa para penculik itu berhasil melacak jejaknya kemari."

(28) TRIO DETEKTIF: MISTERI KEMELUT KEMBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang