32. GENTING

15.8K 989 7
                                    

Jangan lupa Vote dulu sebelum baca. Pencet tombol bintang di pojok kiri bawah yaa...

Udah belum...?

Kalau udah, Terimacash




SELAMAT MEMBACA....






Tania mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke netranya. Tubuhnya tergeletak di lantai yang kotor. Matanya meneliti ruangan yang sangat asing di matanya. Ia meringis pelan, tangannya terangkat memegang tengkuknya yang terasa nyeri. Pening yang dirasakannya belum sepenuhnya hilang.

Ia bangun, berjalan tertatih menuju pintu yang tertutup rapat.
"Tolong! Ada orang nggak di luar?" Teriaknya. Tangannya menggedor-gedor pintu itu.

"Siapapun, tolong buka pintunya!" Tania mencoba membuka handel pintu. Tapi itu semua sia-sia, pintu itu masih tertutup rapat.

Ia mundur, matanya menatapa sekeliling mencari jalan keluar. Tapi nihil  ruangan ini tidak memiliki jendela. Hanya lampu yang menjadi penerangnya.

Kleek!

Ia menoleh, sudut bibirnya tertarik kala melihat seseorang membukakan pintu. "Makasih, lo udah bantu--"

Melihat Cindy yang ternyata membuka pintu, secepat itu pula senyumnya memudar. Cindy berjalan medekat.

"Hai! Apa kabar?" Tanya Cindy dengan santai.

"Lo? Lo yang udah bawa gue ke sini?"

Cindy terkekeh. Ia menggaruk alisnya yang tak gatal sama sekali. "Ternyata lo nggak suka basa-basi ya?"

"Cindy, jangan main-main. Keluarin gue dari sini!"

"Setelah lo rebut Aksen dari gue?!" Cindy menggeleng, "Awalnya gue gak terlalu peduli sama kedekatan lo sama Aksen. Ya lo tau lah, kasta Aksen itu lebih tinggi dari lo. Dan juga, Aksen juga nganggep lo gak kebih dari babunya. Tapi lama-kelamaan, gue lihat lo makin ngelunjak! Apa lo gak sadar? Lo tuh nggak pantes sama Aksen Tania!."

"Gue, gue yang seharusnya ada di posisi lo! Gue yang kenal Aksen lebih dulu dari lo! Gue yang suka dia lebih dulu! Tapi lo, lo dengan mudahnya masuk dalam kehidupannya gitu aja."

"Lo harus sadar Cindy, itu semua cuma obsesi lo doang. Lo orang baik Cindy, jangan berbuat sesuatu yang bisa ngerendahin diri lo kayak gini."

"Apa dengan gue pura-pura baik di depan umum Aksen mau lihat gue?"

Tania diam, ia tak punya jawaban untuk pertanyaan Cindy barusan. Menurutnya, jalan yang Cindy ambil saat ini salah besar. Apa dengan menyekapnya seperti ini Aksen bisa berpaling padanya?

"Diem kan lo? Aa, satu lagi. Lo pikir siapa yang nyebarin foto lo jalan sama om-om di mall waktu itu?"

"Itu lo?" Tania menatap tak percaya pada Cindy.

Cindy bertepuk tangan sembari tertawa. "Seratus buat lo! Gue pikir Aksen bakal jauhin lo setelah lihat itu. Tapi gue salah besar." Ia masih ingat dimana Aksen dan Tania pulang berdua.

"Minggir! Gue mau pergi." Tania berjalan hendak menerobos Cindy yang menghalanginya. Tapi seseorang laki-laki menghadangnya. Laki-laki bertubuh besar itu muncul dari luar.

"Lo pikir semudah itu buat keluar dari sini? Enggak Tania. Lo harus bayar semua rasa sakit hati yang pernah gue rasain." Cindy berbalik badan menghadap Tania. Ia menunjuk Tania yang berdiri membelakanginya dengan dagu--mengisyaratkan orang itu untuk berbuat sesuatu pada Tania.

AKSENIOWhere stories live. Discover now