19. PACARAN YUK!

15.3K 1K 4
                                    

"DOORRR...!!"

Tania terkejut dan dengan spontan memukulkan novel yang dipegangnya pada orang yang telah mengagetkannya.

"Aduh! Aduh! Kepala gue!" Teriak orang itu sembari memegangi kepalanya yang sakit karena dipukul oleh Tania.

Ia menyesali perbuatannya karena telah mengagetkan cewek itu. Sekarang, kepalanya lah yang harus menanggung sakitnya.

"Andra! Iseng banget sih!" kesal Tania. Wajahnya membrengut kesal menatap Andra yang tiba-tiba saja muncul.

"Gue kira Mbak Suti tau gak?" Ujar Tania lagi. Ia yang sedang duduk dengan tenang sembari membaca novel di taman belakang terganggu karena kehadiran Andra.

"Hehe, ya sorry--" Andra berpindah duduk di samping Tania.

"Kenapa juga lo harus baca novel di sini? Di perpustakaan kan bisa." Andra sedikit mencondongkan tubuhnya, "Lo gak takut kalau tiba-tiba Mbak Suti nongol?" Bisiknya.

"Gak usah nakut-nakutin bisa nggak?. Lagian, lo juga ngapain di sini?"

"Gue lihat lo sendirian di sini, ya udah, gue samperin. Niatnya mau nemenin lo, biar gak ditemenin mbak Suti."

"Gue gak sepenakut itu ya. Mbak Suti juga sukannya sama Cowok kayak lo gini." Tania memandang Andra dengan mata memincing. Ia sering mendengar hiruk pikuk ke-eksistensian dari makhluk penunggu pohon mangga yang berdiri kokoh di depannya saat ini.

"Tapi gue gak suka sama Mbak Suti. Mau tau gak, gue sukanya apa?" Tanya Andra yang sama sekali tidak mendapat respon dari Tania. Tania hanya menganggap itu semua sebagai angin lalu yang masuk lewat kuping kanannya dan keluar lewat kuping kirinya. Terlalu malas menanggapi Andra yang kebanyakan suka bercanda. Tapi, betapa terkejutnya Tania mendengar penuturan cowok itu setelahnya.

"Gue sukanya sama lo."

Tania sontak memusatkan perhatiannya yang tadinya pada novel pada Andra sepenuhnya. Ia bingung, kenapa Andra tiba-tiba berkata seperti itu? Sepertinya kepala Andra terbentur sebelumnya.

"Tan, pacaran yuk!."

"Ternyata lo di sini?."

Baru saja Tania hendak menjawab, suara seseorang menginstrupsi mereka. Andra dan Tania bersama menoleh ke belakang.

"Gue nyariin lo dari tadi, ternyata lo ada di sini?" Aksen berjalan mendekati bangku yang di duduki Andra dan Tania dengan kedua tangan yang masuk ke dalam celana. Ketiga kancing teratas kemeja Aksen terbuka memperlihatkan dada bidang cowok itu. Hasduk yang seharusnya dipakai di leher, melingkar indah di lengan berotot Aksen. Sungguh, Aksen memilki aura bad boy dan memikat disaat yang bersamaan. Ditambah dengan beberapa luka lebam yang ada diwajahnya, membuat kesan manly dalam diri Aksen menguar.

Tania bangkit dari duduknya. Entahlah, ia merasa harus berterimakasih pada Aksen--Meskipun ia masih enggan untuk bertemu Aksen, kedatangan cowok itu membuatnya tidak perlu menjawab Andra.

"Ngapain lo cari gue?"

Tanpa menjawab Tania terlebih dahulu, Aksen meraih tangan cewek itu. Menggenggamnya, seolah-olah takut kehilangan. Ia berdiri tak jauh dari sana, saat Andra mengatakan kata-kata yang sialnya terdengar menyebalkan ditelinganya.

Tania menarik tangannya yang diliputi oleh tangan besar Aksen. Tapi, cowok itu malah mengeratkan genggamannya.

"Gue ada perlu sama lo, ayo ikut gue." Aksen berbicara seolah-olah tidak ada Andra di sana. Perkataan Andra tempo lalu, membuat rasa tidak suka timbul pada anak gengnya itu.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Aksen menarik Tania untuk pergi dari sana tanpa pamit pada Andra. Jangankan pamit, menoleh saja tidak.

"Ndra gue duluan ya!" Pamit Tania yang sudah berjalan menjauh dari sana.

-o0o-

"Lo bawa gue ke sini cuma buat diem doang?" Tanya Tania yang sudah jengah dalam keheningan diantara mereka. Setelah menariknya menuju atap, Aksen hanya diam tanpa mengatakan apa pun padanya.

Aksen menyerahkan paper bag yang ada di sofa usang di sana. "Lo belum makan kan?"
"kalau lo bawa gue ke sini cuma buat makan, mending gue ke kantin." Tania berbalik hendak pergi di sana sebelum ucapan Aksen menghentikannya.

"Jangan--" Ia membasahi tenggorokannya, sedikit ragu untuk meneruskan ucapannya.

"Jangan terima Andra." sambungnya.

Tania berbalik menatap Aksen dengan sebelah alis yang terangkat. Sebenarnya ada apa dengan Andra dan Aksen? Tiba-tiba saja kedua cowok itu mengatakan sesuatu yang membuatnya terkejut.

Aksen berdehem untuk menutupi kesalah tingkahannya. Di tatap seperti itu oleh Tania membuat rasa gugup menyerangnya seketika.

Tania yang tadinya hendak pergi ke kantin mengurungkan niatnya. Cewek itu beralih berjalan mendekati Aksen dengan mata menyelidik pada Aksen.

"Lo, lo suka sama gue?" Entah kenapa diantara berbagai pertanyaan yang ada, ia berani menanyakan itu pada Aksen.

Aksen tertawa sumbang, "Gue? Suka sama lo?" Ia mengibaskan tangannya di udara. "Nggak mungkin." Sambungnya.

Tania dengan santai mengangkat kedua bahunya acuh, "Ya udah, gue deket sama siapa aja itu bukan urusan lo."

Aksen balik mendelik menatap Tania. Apa Tania sedang mempermainkannya?

Ia berjalan mengikis jarak antara dirinya dan Tania. "Lo mau main-main sama gue?"

"Katanya lo nggak suka sama gue....!" Tania menghentak-hentakkan kakinya kesal. Ia sama sekali tidak tau apa mau Aksen. Cowok itu tidak juga menyukainya, tapi melarangnya dekat dengan orang lain.

Bibirnya mencebik kesal dengan tangan tangan yang terlipat di depan dada. Ia mengalihkan pandangannya dari Aksen.

Sebaliknya, Aksen malah terkekeh dengan respon Tania yang menurutnya menggemaskan.

"Udah cepat makan. Mama bilang dia masakin ini buat lo." Aksen kembali menyodorkan paper bag yang masih dipegangnya pada Tania.

Soal mamanya yang menyiapkan makanan untuk Tania, ia tidak berbohong untuk itu. Wanita paruh baya itu menyiapkan bekal untuk Tania alih-alih menyiapkan bekal untuknya--anaknya sendiri.

Tania menerima paper bag itu meski ia masih merasa kesal karena Aksen yang seolah-olah menggantungkannya seperti jemuran.








TBC.

Terimakasih yang sudah meluangkan waktunya untuk baca cerita ini.

See you...

AKSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang