8. RIVAL

16.9K 1.2K 7
                                    

Niat awal yang ingin pergi ke rooftop untuk memberikan nasi goreng pada Aksen, harus tertunda karena perempuan yang berdiri di depannya ini. Ia bisa menebak kalau cewek ini adalah Laura--kakak kelasnya yang menyukai Aksen--dilihat dari name tag yang tersemat di atas saku kemeja putihnya.

"Jadi benar, lo anak kelas sepuluh yang kegatelan sama Aksen?" Tanya Laura sambil bersedekap dada.

Dahi Tania tertekuk karena kata-kata Laura barusan, kegatelan? Memang dipikir Tania ulat bulu apa?!

"Kayaknya lo salah deh. Kegatelan? Sorry aja, gue bukan ulat bulu kayak lo, ups!" Tania menutup mulutnya seolah-olah dia tidak sengaja mengucapkan kata itu.

Amarah Laura semakin memuncak karena Tania mengatainya barusan. Ia maju selangkah mendekati Tania.

Tania yang belum siap, terjatuh karena Laura yang mendorongnya sampai kepalanya terbentur dinding di belakangnya.

"Lo, lo akan tau akibatnya kalau sampai gue lihat lo masih berani deketin Aksen" Laura berjongkok dan mendekatkan kepalanya pada Tania.

"Gue bisa berbuat yang lebih gila lagi dari ini" bisiknya.

Tania tidak merasa takut sama sekali dengan ancaman Laura Tania barusan. Ia tersenyum sinis, "Kita lihat aja, sejauh mana lo bisa bertindak" Tantangnya. Ia pikir Tania takut padanya? Jawabannya adalah tidak. Ia tidak salah sama sekali di sini, salahkan Aksen yang membuatnya menjadi babu dan mengharuskannya dekat dengan cowok itu.

Tangan Laura sudah terangkat untuk menampar Tania, Tapi tangan seseorang menahannya.

"Devan?"

Tania juga ikut menoleh pada orang itu. Ternyata salah satu kakak kelasnya yang juga anak Phoenix.

Tania segera berdiri saat Devan menarik Laura untuk berdiri menjauhinya.

"Gak usah buat masalah lagi Laura! Baru minggu lalu lo di skors, jangan sampai lo di skors lagi gara-gara kekanankan kayak gini. Ingat! Lo udah kelas dua belas" Nasihat Devan pada cewek yang disukainya sejak kelas sepuluh itu.

Tania menaiki tangga dan segera pergi dari sana karena merasa tidak berhak mencampuri urusan mereka.

"Heh! Mau kemana lo?! Urusan kita belum selesai ya!" Teriak Laura.

"Laura!"

"Apa?! Gak usah ikut campur! Lo bukan siapa-siapa gue. Lo nggak berhak campurin urusan gue Devan!" Laura menyentak tangan Devan yang menahan tangannya dan pergi meninggalkan Devan.

Devan menyandarkan tubuhnya pada dinding. Ia melihat punggung Laura yang kian mengecil dan hilang ketika cewek itu berbelok di koridor.

Ia menghela napasnya, untung koridor ini terbilang jarang ada yang melewati. Jadi, tidak ada yang melihat Laura membully adik kelasnya Tadi.

Ia melihat ke arah tangga menuju rooftop lalu pergi dari sana.

-o0o-

Terpaan angin membelai kulit pipinya saat pintu rooftop terbuka. Ia mengedarkan matanya mencari manusia yang menyuruhnya ke sini.

Ia menajamkan penglihatannya saat menemukan sesorang yang berdiri diatas tembok pembatas. Kotak bekalnya sudah jatuh dan berserakan. Tania berlari mendekati cowok itu sebelum cowok itu melompat dari atas gedung ini.

Ia menarik tangan cowok itu sampai membuatnya jatuh menimpa dirinya. Mereka berdua jatuh dengan posisi Aksen di atas tubuh Tania.

AKSENIOHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin