49. Bullying

1.4K 142 224
                                    

Absen dong, kalian baca ini jam berapa?

Happy Reading!

.............

Stela dibuat bingung dengan semua pasang mata yang menatapnya seolah ia adalah bangkai hewan yang menjijikkan. Terlebih, mereka terus menatapnya bahkan hingga ia sudah melewati mereka sekalipun.

Ini benar-benar aneh, memangnya ada apa dengan dirinya hari ini? Apa karena ia berjalan terseok? Seharusnya itu bukan jadi masalah besar bagi mereka sehingga terus memperhatikannya seperti itu.

Sepanjang koridor Stela terus dibuat risih dan bertanya-tanya. Tidak hanya memperhatikan saja, bahkan mereka pun memberi jarak ketika ia akan melewati mereka.

Mereka kenapa? Apa ada yang aneh dengan penampilan aku hari ini?

Tidak lama setelahnya, Stela mendengar bisik-bisik yang tak mengenakkan tentangnya. Tanpa memperdulikan kondisi kakinya yang memar kini Stela memaksakan berjalan cepat menuju kelasnya.

Suara-suara mengerikan itu terus saja berseliweran membuat telinganya terasa panas dan berdengung. Jantungnya bergemuruh layaknya ombak yang siap terjang. Keringat dingin seketika mengucur begitu deras.

Stela mengepalkan kedua tangannya. Bayang-bayang kejadian itu kembali menggerogoti pikirannya. Stela semakin mempercepat langkahnya ketika menyadari kelasnya berada di depan sana.

Suara-suara itu ... amat sangat menyakitkan.

"Aish, kenapa Stela belum sampe juga? Gue bener-bener khawatir," racau Sherly sambil menunggu kehadiran Stela.

Suara ricuh di luar jendela membuat atensi Sherly cepat teralihkan. Begitu mengetahui Stela yang datang, sontak saja Sherly buru-buru menghampirinya.

"Astaga Stela! Lo gak kenapa-kenapa 'kan? Mereka gak berbuat apa-apa sama lo 'kan, La?" Sherly mengguncang dan memutar tubuh Stela panik. "Gue khawatir banget sama lo."

Stela masih terdiam dengan posisi tubuh yang didekap Sherly. Ia masih belum bisa mencerna semuanya. Semua ini terlalu tiba-tiba baginya.

"Sh-sherly? Kamu udah gak marah sama aku?"

Stela menatap penuh harap pada Sherly. Ia ingin kata 'tidak' meluncur dari mulut sahabat terbaiknya itu.

Sherly tersenyum kecil. "Siapa yang bilang gue marah sama lo?"

"Kemarin?"

"Ah, lupain aja. Tapi sekarang lo beneran gak pa-pa 'kan?"

Stela menggeleng kaku.

Mereka berdua mendudukan bokongnya di bangku mereka masing-masing. Pelajaran pertama akan segera dimulai. Sebenarnya, masih banyak pertanyaan dibenak Stela yang belum terjawab. Tapi—

"Selamat pagi anak-anak!"

"Pagi Pak!"

Stela menghela. Sudah ia duga jika sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk menanyakan perihal tadi.

>,<

"Sherly," panggil Stela ragu.

"Kenapa?"

Sherly menghentikan makannya. Kini gadis itu menatap penuh pada Stela yang terlihat tidak nyaman dengan pandangan dan bisikan pengunjung kantin.

"Kenapa mereka semua liatin aku kayak gitu? Seolah aku mahkluk paling menjijikkan. Dan, kenapa mereka ngucapin kata yang sama setiap aku lewat di depan mereka? Apa ... kamu tau sesuatu?"

Story StelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang