12. Meet Up di Apotek

1.8K 209 39
                                    

Dihajar realita, diperdaya ekspetasi, dihakimi impian, disakiti perkataan. Hidup penuh drama.

Happy Reading!

............

Setelah diantar pulang oleh Ervin, kini Stela bergegas masuk ke dalam rumah. Ia membuka pintu utama pelan dan kembali menutupnya. Saat melewati ruang tamu Stela dikejutkan oleh keberadaan sang Abang yang sedang tiduran di atas sofa.

Bukan kah seharusnya hari ini Tyllo masih berada di acara camping kampusnya? Lalu kenapa sekarang sudah berada dirumah? 

Padahal setahu Stela itu, Tyllo akan pergi camping selama tiga hari tiga malam. Padahal sekarang saja masih satu hari Tyllo berangkat, dan lihat! Tyllo kini berada di rumah. Jelas membuat Stela bingung.

"Kebetulan lo udah datang. Sini cepetan!" titah Tyllo membuat Stela yang tadinya sedang melamun langsung menoleh.

Stela mengerjap matanya polos. "Abang panggil Stela?" tanyanya ragu.

"Iya. Emangnya di sini ada pembantu lagi selain lo?" Tyllo sengaja menekan kata 'pembantu'.

Senyum yang sempat tercipta mendadak pudar. Ia terkekeh miris dalam hati. Sampai kapan semua keluarganya menganggap dirinya itu seorang pembantu? Ia juga ingin dianggap bagian dari keluarga ini lagi.

Stela berjalan pelan menghampiri Tyllo. Ia baru sadar jika wajah Abangnya itu sedikit pucat. Lantas ia berjongkok menyamakan dengan tinggi Tyllo yang sedang terbaring di sofa panjang.

"Ada apa, Bang? Abang butuh sesuatu?"

Tyllo berdecih menatap sinis Stela yang sok baik padanya. "Beliin gue obat pereda pusing, cepetan! Stok di rumah abis."

"Abang s–sakit? Muka Abang juga pucet." Stela panik. Ia menempelkan punggung tangannya pada kening Tyllo, dan langsung ditepis kasar oleh sang empu.

"Gak usah pegang-pegang! Gue gak mau disentuh seinci pun sama tangan kotor lo itu!" sentak Tyllo menatap Stela dengan pandangan jijik.

Stela tak peduli atas apa yang diucapkan Tyllo. Yang ada dipikirannya saat ini, kenapa Tyllo bisa demam. Suhunya pun saat ia mengecek tadi sangat tinggi. Atau jangan-jangan ini gara-gara Tyllo kecapean hingga menyebabkannya demam.

"Abang tunggu sebentar, Stela ke dapur dulu." Setelah mengatakan itu Stela langsung berlari ke arah dapur untuk mengambil sesuatu yang bisa membuat suhu Tyllo menurun.

"Heh bego! Gue suruh lo beliin obat sekarang, anjing!" umpat Tyllo kesal saat melihat Stela yang sudah menjauh.

Bertepatan dengan itu, Stela kembali dengan tangan yang membawa baskom berisikan air dingin dan di pundaknya terdapat kain. Saat sudah berada di hadapan Tyllo. Laki-laki itu terus saja mengumpatinya dengan kata-kata kasar.

Sebenarnya Stela sakit hati atas segala umpatan kasar Tyllo padanya, tapi mungkin itu cara Tyllo menyalurkan rasa sakitnya. Stela tidak apa-apa, ia bahkan ingin menggantikan posisi Tyllo sekarang. Biar dia saja yang sakit asal Abangnya itu baik-baik saja.

Stela dengan telaten mencelupkan kain lembut itu pada baskom yang berisikan air, lalu memerasnya dan menempelkannya pada kening Tyllo.

Sesaat, lelaki itu memejamkan mata dan berhenti mengumpat saat sebuah benda dingin menyentuh kulit keningnya. Ia dapat merasakan sensasi sejuk dari kain itu.

"Abang tiduran dulu aja. Stela mau ke apotek depan, beli obat." Stela berujar seraya menempelkan kain basah itu lagi. "Kalau ada sesuatu pas Stela lagi keluar, Abang telpon Stela aja."

Story StelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang