RAYAN PART 18

91K 9.1K 431
                                    

Haii! Ketemu lagi kita❤️

Jangan lupa vote sebelum membaca dan ramein tiap paragraf yaaa❤️

Kalian libur sampai tanggal berapa?👉🏻

Bacanya pelan pelan yaa<3

Happy reading❤️

•••
Anin saat ini sedang duduk di salah satu bangku yang terletak di bawah pohon rindang dengan sebuah novel di pangkuannya. Berhubung Vano tidak mengijinkan Anin mengikuti mata pelajaran olahraga, ia lebih memilih memperhatikan teman temannya disini sembari menikmati angin sepoi sepoi yang menerpa wajahnya daripada berdiam diri sendiri di kelas.

Tentang kejadian di kantin tadi, Anin yakin Vano pasti sudah mengetahuinya. Dari siapa? tentu dari para bodyguards yang menjaganya. Mungkin Vano tidak akan bertindak sekarang karena Anin sudah bisa mengatasinya. Tapi yang pasti, keluarga Luna sudah masuk ke dalam daftar hitam milik Vano.

Vano sudah mengetahui seluk beluk keluarga mereka. Orang tua Luna, terutama papanya bekerja di salah satu perusahaan property terkenal milik Arion. Menjabat sebagai seorang CFO (Chief Financial Officer) yang sudah pasti tugasnya berkaitan dengan dana atau uang. Sedangkan mamanya hanya seorang ibu rumah tangga yang hobi berbelanja.

Anin menghela nafas mengingat kejadian yang terjadi di kantin tadi. Ia bisa saja membuat Luna dan antek anteknya babak belur dan berakhir di rumah sakit jika dia tidak pandai mengendalikan emosinya.

"Anin, minuman gue dong." Aura datang dengan ngos ngosan disertai peluh yang membanjiri wajahnya.

Anin memberi botol minum Aura yang berada di sebelahnya dan langsung diterima cepat oleh Aura.

"Pelan pelan Ra. Keselek baru tau rasa lo." ucap Abel baru sampai dan langsung duduk meluruskan kedua kakinya. Materi hari ini adalah bola basket. Berlarian sana sini untuk memperebutkan bola, tak heran kedua sahabatnya menjadi kelelahan.

"Gila lengket banget badan gue." keluh Aura.

"Bentar lagi pulang, sabar." ucap Anin sembari membaca novelnya.

Baru sebentar ia membaca novelnya, Anin merasakan Abel menyikut pelan lengannya. Anin menoleh, "Kenapa?" tanya Anin.

"Rayland tuh." tunjuk Abel. Anin mengikuti arah jari telunjuk Abel, matanya menyipit saat melihat Rayland dan keempat sahabatnya berjalan ke arah mereka bertiga.

Anin memberikan tatapan bertanya saat Rayland sudah sampai dihadapannya dan sibuk mengotak atik ponselnya. Alex sudah sibuk merecoki Aura yang sedang mengibas ngibaskan tangannya ke arah wajahnya, kepanasan. Naden sudah ngapel dengan Abel. Athan sedang berusaha menyedot susu stroberinya yang tinggal sedikit. Leo yang masih setia berdiri di samping Rayland sembari memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.

"Lo pulang sama gue, bokap lo sendiri yang minta." ucap Rayland dengan nada datarnya dan menunjukkan layar hp yang berisi chat antara Ray dan Vano.

Anin mendumel pelan, apakah daddy nya menjadi miskin sehingga tidak bisa membayar sopir sampai meminta Rayland yang mengantarnya?

"Gue naik taxi aja Ray." tolak Anin halus.

"Ga ada bantahan." tegas Rayland dengan tatapan tajamnya.

"Gue tunggu di parkiran." lanjut Rayland.

"Kan belum bel pulang sekolah-" ucapan Anin terpotong oleh Athan.

"Jam terakhir di kelas kita free class. Jadi ya terobos aja deh pulang sekarang." jawab Athan dengan bibir yang masih mengemut sedotan yang tertancap di susu kotaknya.

RAYAN ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang