1.

8K 930 128
                                    

***

Dulu sekali, ketika Sherily masih kecil, ada sebersit keinginan untuk punya adik yang nantinya bisa ia ajak bermain bersama. Kala itu umurnya masih 5 tahun. Merengek dan menangis sepulang dari Taman Kanak-Kanak hanya karena sebungkus nasi kuning pemberian Yuki yang katanya syukuran atas kelahiran adiknya. Bahkan, nasi kuning itu pun tak tersentuh sama sekali padahal itu adalah makanan favorit Riri.

Yang Riri kecil inginkan saat itu hanyalah ;

"Riri cuma mau adik!"

Orang tuanya tentu sangat tertekan saat itu. Terlebih, karena ayah Riri yang seorang Tentara yang hanya memiliki waktu libur terlampau jarang. Ibunya pun tak bisa berbuat apa-apa karena mereka bagi mereka, memiliki Riri saja sudah cukup. Butuh penantian 5 Tahun demi memiliki Riri.

Namun, Riri kecil yang begitu keras kepala dan selalu ingin keinginannya terpenuhi akhirnya membuat ayah harus mengambil cuti demi memenuhi keinginan Riri yang terbilang tak mudah. Riri tentu saja senang, hanya saja hal itu berlaku sementara karena cutinya sang ayah tak membawa kabar baik apapun baginya hingga ia lulus Taman Kanak-Kanak.

Namun Riri tidak pernah menyerah dengan keinginannya untuk mempunyai adik. Hingga setahun kemudian, saat Riri duduk di bangku SD kelas 1, berita bahagia itu akhirnya tiba. Semua berkat program bayi tabung yang orang tuanya lakukan.

Namun, Riri kan hanya ingin satu adik. Kenapa begitu keluar malah empat?!

Laki-laki semua pula!

Masalahnya Riri hanya menyiapkan satu nama. Dan akhirnya, ia mendadak membuat nama baru untuk adik kembarnya yang SANGAT tidak identik-Bahkan Riri hampir menduga beberapa dari mereka adalah anak pungut.

"Aresh, Ardan, Alden, Aldi!"

Begitu ia memanggilnya.

***

Dulu, Novaresh Mahardika sangat bangga punya kakak macam Sherily Mahardika yang baru masuk SMP sudah mampu mengalahkan 6 anak laki-laki sekaligus dalam lomba Karate hingga tingkat Kabupaten. Di Taman Kanak-Kanak ia kerap kali memperagakan jurus-jurus karate yang sering ia lihat dari Riri ketika latihan dengan Ayah.

Dan kebanggannya pada Riri sang ahli bela diri lah yang memotivasi dirinya untuk mengikuti jejak sang kakak dan ayah.

Yeah, olahraga terutama bela diri menjadi favoritnya sejak dulu. Bahkan membuat namanya dikenal sebagai atlit Karate Junior tingkat Nasional.

Semua karena cedera otot kaki akibat mengejar tupai peliharaan Riri yang sengaja dilepaskan Ardan. Akibatnya, ia vakum dari beladiri di usia 13 Tahun dan lebih suka olahraga ringan.

Yah, angkat beban contohnya.

Beban hidup keluarga.

"Aresh, Ardan ... baru pulang? Jam berapa sekarang?"

Ketika beladiri mematahkan harapanmu, maka main di warnet sampai malam lebih mematahkan segalanya.

Ptak!

"AMPUN TEH, AMPUN!"

***

Renaldi Mahardika adalah si mungil dalam keluarga. Semua orang tau itu. Dia mungkin adalah si kembar yang paling tua, namun tubuhnya yang mungil justru membuatnya tampak seperti si bungsu. Apalagi ketika berdampingan dengan Aresh.

Namun tubuh mungilnya yang kerap kali jadi bahan olokan kamar sebelah membuatnya muak dan sangat termotivasi ingin tinggi.

Akhirnya sejak masuk SMP, Aldi mulai mengikuti ekskul  yang katanya bisa membuat tinggi. Basket dan renang contohnya.

TetehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang