3.

3.1K 799 129
                                    

***

"Eh Pak Malik, tumben jam segini baru datang?"

Malik tersenyum tipis menanggapi sapaan rekan dosennya. "Iya, tadi habis nganterin anak sekolah dulu, Pak."

"Loh? Lea jadi pindah ke Indo?" suara lain menyahut, dari satu-satunya dosen wanita di Fakultas Teknik yang sangat tahu soal latar belakang keluarga para dosen.

Sebenarnya Malik tak pernah cerita perihal keluarganya, awalnya semua dosen juga menyangka jika ia belum menikah. Hanya saja desas-desus mahasiswa mudah tersebar secara luas berkat koneksi Alumni yang merupakan teman-temannya juga. Dan akibatnya, Malik di teror hutang cerita dua hari setelah resmi jadi dosen di kampus ini.

"Iya, dia pengen bareng saya."

"Bagus itu Pak, sekalian cari mama baru juga buat Lea!"

Malik hanya tersenyum simpul menanggapi rekan dosennya dan mulai melirik jadwal. Memastikan jamnya tepat untuk seminar dan mengajar.

"Eh tadi si kembar nyariin Pak Malik." Pak Jay, rekan dosen yang mejanya tepat di sebelah Malik kembali menyahut.

"Si kembar yang mana?"

"Ardan Aldi, siapa lagi anak kembar di Informatika?"

Kening Malik mengernyit. "Tumben, ada apa?"

"Katanya sih mau konsul soal lomba. Mereka udah hubungin katanya gak diangkat."

Malik segera mengecek ponselnya yang ternyata masih ia silent. Semalam ia tidur menemani putrinya, karena Elea itu mudah terbangun jika ada suara, akhirnya Malik menonaktifkan suara ponselnya namun lupa menyalakannya ketika ia pergi untuk tidur.

Dan saat dilihat, banyak panggilan masuk dari Ardan dan Aldi. Malik membalas pesan Ardan, memintanya untuk datang ke ruangannya sekarang karena ia juga ada jadwal mengajar sebentar lagi.

Tak lama setelah pesan itu dibaca, dua anak kembar tak seiras muncul di kantor dosen. Namun Malik meminta mereka menunggu diluar karena jika bicara di dalam ia juga tidak enak pada rekan dosen yang lain. Tentunya itu semua karena Ardan tidak bisa bicara dengan suara kecil.

"Kita sengaja berangkat pagi demi ketemu Pak Malik, gak taunya bapak malah baru datang jam segini!" protes Aldi setelah Malik menghampiri mereka di depan ruangan.

"Cuma mau minta tanda tangan persetujuan ikut lomba aja, kan? Ngapain nunggu saya?"

"Sebenernya belom kita print."

"Loh? Gak jadi ikut lomba?"

"Bukan gitu Pak, mau minta saran dari bapak, kira-kira kalau konsep desain UI/UXnya kayak gini gak mainstream sama aplikasi serupa, kan?"

"Saya lihat dulu!"

Ardan memperlihatkan sebuah gambar desain aplikasi di ipadnya, dan Malik menelisik hal itu sesekali mencoret beberapa bagian yang kira-kira harus di upgrade lagi.

"Cuma sedikit yang saya coret, jadi nanti kalian kembangin lagi aja supaya lebih simple interfacenya. Targetnya kan untuk semua kalangan, bukan ahli tertentu yang paham sama gambar di fitur-fitur aplikasi."

Aldi mengangguk sembari menulis sesuatu di buku kecil. "Nanti kalau gambar desainnya udah jadi kita kasih bapak dulu sebelum di print, ya!"

"Nanti kirim lewat file aja di email. Kalau udah saya approve kalian jadi tinggal print."

"Siap, Pak!"

"Ngomong-ngomong, kalian dapat inspirasi dari mana?"

"Dari Teteh," jawab Aldi spontan.

TetehWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu