4.

3.2K 729 122
                                    

***

"Teteh mau nikah gak?" tanya Aresh tiba-tiba saat tengah membantu Riri melipat pakaian.

Riri mengernyit, sedikit bingung dengan tingkah adiknya yang satu ini. Mereka memang kerap kali bertanya kapan dia akan menikah, namun kali ini nada pertanyaannya tampak sangat berbeda.

"Kalau udah ditemuin sama jodoh, gimana mau nolak?"

Aresh mengangguk setuju dengan raut yang tampak sedih. Riri jadi bingung, maksud dan tujuan Aresh bertanya begitu ada apa? Apa mereka mulai terusik lagi dengan kejombloannya?

Pandangan Aresh beralih pada wajah Riri. Dengan raut sendu ia berkata, "Kalau teteh lagi naksir cowok lagi bilang-bilang Aresh ya, kan nanti yang jadi wali nikahnya teteh itu Aresh!"

Ah, rupaya hal ini.

Riri mengesampinkan sejenak pakaiannya dan tersenyum lembut pada Aresh. "Bukan cuma Aresh, nanti teteh bilang ke Aldi, Alden sama Ardan juga!"

"Tapi kalau seandainya kita gak setuju Teteh sama orang pilihan Teteh ... Teteh bakal hargain keputusan kita gak?"

Kening Riri mengernyit. "Kok nanya gitu?"

"Aresh tau, Teteh pasti udah bisa bedain mana yang menurut Teteh baik buat Teteh sama yang enggak. Tapi di sisi lain Aresh juga takut, kalau yang menurut Teteh baik belum tentu di mata kita. Karena, siapa tau kan cowok itu cuma pura-pura baik di depan Teteh doang!" katanya pelan namun sarat akan kekhawatiran.

Aresh hanya mewanti-wanti agar Riri tak lagi tersakiti soal cinta. Cinta yang dulu bahkan belum memulai sebuah kisah namun sudah diakhiri begitu saja. Aresh juga ingin, Teteh menjalani kisah percintaannya sendiri dengan sangat indah seperti novel-novel romantis kebanyakan.

Untuk saat ini, tak masalah jika Aresh sendiri tak punya kisah cinta yang manis. Demi kebahagiaan Teteh, Aresh rela melakukan apapun.

Riri menatapnya penuh selidik. "Tumben kamu se care ini sama teteh? Lagi ada maunya, ya?"

"Ih Teteh, ini Aresh serius tau ..." decaknya cemberut.

Riri terkekeh senang, meraih tangan besar Aresh untuk di genggamnya. "Iya Aresh ... iya ... Teteh pasti bakal hargain keputusan kalian asalkan harus dengan alasan yang jelas! Kata Yena, nyari cowok sekarang susah tau!"

"Susah apanya? Orang sebelum sama Bang Ucup Mbak Yena gonta-ganti gebetan mulu!" sahut Alden tiba-tiba, muncul dari pintu yang menghubungkan ruang tamu dan ruang tengah dengan sekresek belanjaan minimarket ditangannya.

Ah iya, mereka baru kembali dari belanja bulanan.

"Cuma gebetan, bukan pacar!" Riri meluruskan.

"Kalau gitu sekarang Teteh punya gebetan, gak?"

Jujur saja, Riri sedikit tersentak dengan pertanyaan Aldi yang jawabannya sudah sangat jelas. Tidak.

"Gimana mau punya gebetan, orang setiap hari liatnya anak-anak SD doang!" celetuk Ardan kemudian, mengambil tempat di sisi kanan Riri sembari membagikan boba yang dibelinya.

"Pak Ode, gimana?"

Riri mendelik pada Alden. Gara-gara Alden semua adik-adiknya jadi tahu soal guru seni di SD itu. "Cuma candaan anak-anak aja, karena di sekolah kita sama-sama single."

"Teteh gak baper gitu?"

Sebelum menjawab, Riri lebih mendahulukan meminum bobanya. Sembari berpikir akan kemungkinan pertanyaan lain yang terlontar dari si kembar.

"Ngapain baper cuma karena dicengcengin anak SD?"

"Ya siapa tau, kan? Banyak kok sesama guru yang nikah jalur dijodohin muridnya." Aresh justru mendukung penilaian Alden.

TetehWhere stories live. Discover now