6.

2.6K 697 199
                                    

***

"Sapo tahunya seenak itu ya sampai kamu senyum-senyum sendiri kayak gitu?"

Malik tersentak, menatap seorang wanita baya yang tengah menyuapi Lea di sebelahnya. Dan ia hanya menanggapinya dengan senyuman tipis kemudian melanjutkan makannya sembari menahan senyum.

"Ini dimasakin Bu Gurunya Elea, Granma! Bu guru sekali pintar memasak!"

"Eh, beneran?" Wanita itu menatap Malik penuh curiga.

Dan yang ditatap bertingkah seolah hal itu bukanlah seuatu yang istimewa sampai membuatnya senyum-senyum bak orang gila begini.

"Itu karena Malik titipin Lea di rumahnya, mungkin dia kira Malik bakal pulang lama. Makannya Lea dimasakin."

"Emang Bunda nuntut penjelasan?" Dan Malik bungkam seketika. Menyelesaikan makan malamnya namun tidak segera beranjak dari duduknya.

Sejujurnya, Malik tidak berbohong soal tidak ada siapapun di rumahnya. Ia pun terkejut begitu pulang tahu-tahu pintu rumahnya tak terkunci. Dan ternyata, ibunya sudah tiba di Indonesia sejak tadi siang namun sengaja tidak mengabari karena katanya ingin membuat kejutan. Namun ada untungnya juga karena dengan begitu ia bisa melihat Riri sore ini.

Sekelebat bayangan Riri dengan penampilan ala rumahannya pun melewati pikiran Malik yang membuat ia tak bisa lagi menahan senyumnya. Ya ampun, ia hanya melihat sekali ... namun terbayangnya berkali-kali. Kenapa sih, makin tua Riri makin cantik begitu?

Kan Malik jadi kepikiran.

"Lea, kayaknya Daddy kamu sakit, dari tadi senyum-senyum sendiri terus!"

"Daddy pasti lagi bahagia, Grandma!"

Malik mengalihkan atensi pada putrinya. Sedikit was-was jika Lea mulai curiga.

"Daddy kan udah lama enggak makan Indonesian Food sama Lea, karena itu Daddy bahagia!" katanya penuh percaya diri.

Malik menghela napas lega. Bersyukur Lea tak mengaitkan hal yan aneh pada dirinya dengan Riri. Ini masih terlalu dini jika sampai Lea tahu kalau ayahnya ini tengah mengincar wali kelasnya itu sebagai ibu untuknya. Malik, hanya ingin Lea dekat dengan Riri terlebih dahulu sebelum ia benar-benar dekat dengan Riri. Bagaimana pun sebagai seorang single daddy restu anak adalah yang paling utama, bukan?

"Langsung cuci tangan kalau udah selesai ya, Lea! Terus tidur cepet kan besok katanya mau ke toko buku terus jalan-jalan ke Kota Tua!"

"Dad, besok sabtu!"

"Dan libur," kata Malik dengan senyumnya.

Mengambil piring kotornya dan membawanya ke tempat cuci piring untuk langsung ia cuci. Setelah mencuci tangan, Malik menyempatkan diri membuka ponselnya. Untuk mengabari si pemberi makanan tentunya.

***



Riri duduk dengan tenang di depan televisi sembari menonton adik-adiknya bermain Mario Kart. Benar-benar hanya menonton dan tertawa saat Ardan yang katanya tak terkalahkan dalam setiap game tiba-tiba dikalahkan Alden hanya karena ia berhenti sejenak memainkan stiknya. Ditambah, kekesalan Aldi yang selalu berada di peringkat terakhir.

Yah, Riri harap tak ada tetangga mengetuk pintu rumahnya untuk komplain jika mereka terlalu berisik sekarang ini.

Di saat ia tengah bersantai, sebuah pesan masuk mengalihkan fokusnya. Ia membuka ponselnya, dan tersenyum tipis sembari membalas pesan itu.

 Ia membuka ponselnya, dan tersenyum tipis sembari membalas pesan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TetehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang