8

2.2K 576 106
                                    

***

"Abang gue suka sama teteh," kata Yudi saat ia dan Alden berjalan bersama untuk nongkrong di Ilonge sambil menunggu mata kuliah berikutnya.

Alden melirik temannya itu sekilas, kemudian hanya mengangguk tanpa menjawab. Menghadirkan raut kebingungan di mata Yudi. Tentu saja Yudi heran, pasalnya kan temannya ini overprotective sekali terhadap teteh, kok bisa-bisanya sekarang terlihat biasa saja begini?

"Reaksi lo gitu doang?"

"Ya terus gue harus gimana?"

"Gak bakal nyuruh gue ngehalangin bang Ode buat gak ngejar teteh gitu?"

"Gausah," jawabnya singkat, "Kasian kalau teteh gue tahan-tahan terus, ntar gak laku."

"Emang lo mau jadi saudaraan sama gue?"

Alden dan Yudi saling tatap seketika, tampak membayangkan akan seperti apa jadinya jika teteh benar-benar dengan Ode nantinya. Yudi dan Ode itu hanya tinggal berdua di sebuah apartementㅡdulunya di kontrakanㅡperantauan dari Bali. Otomatis, jika misalnya Ode dan Riri jadi ... itu artinya mereka akan tinggal bersama bukan?

Seharian berdua dengan Yudi saja Alden sudah engap sendiri dengan kelakuannya, bagaimana mau tinggal serumah? Belum lagi tiga saudaranya yang lain. Alden merinding sendiri membayangkan akan sekacau apa rumah mereka jika menambah satu makhluk semacam Yudi.

Yudi mengedipkan matanya untuk beberapa saat, kemudian secara sadar langsung menggandeng Alden agresif.

"Mas Alden ..."

"Apaan?" Ingat, Alden bukan tipe orang yang geli dengan segala tingkah manja orang padanya.

"Jajanin dek Yudi, dong!"

"Mau beli apa lo?" kata Alden sembari mengeluarkan dompetnya."

"Ayam kampus yang monㅡ"

"Sini gue giling otak lo pake mesin!" katanya langsung membekap mulut Yudi.

"Nitip otaknya Ardan sekalian dong, Den!" suara Aldi dibelakang mereka membuat keduanya menoleh, menatap kehadiran si kembar dari informatika yang berjalan sembari bergandengan tangan.

"Incest lo?" celetuk Yudi yang langsung di pelototi Aldi.

"Gue di suruh ngawasin Ardan sama Pak Malik, takutnya nanti pas jam matkulnya dia kabur!"

"Kabur-kaburan mulu lo kek bocah, gak kasian sama teteh?"

Sebenarnya Alden tak heran sih, Ardan itu jika tidak suka akan sesuatu akan terlihat jelas dan lebih suka menghindar. Pernah saat SMA dulu, Ardan tidak suka Sosiologi dan dia kabur. Tapi kaburnya justru ikut belajar Fisika di kelas Alden. Kan aneh, giliran di minta masuk IPA menolak mati-matian.

"Gue ikut belajar di kelas lo aja Den, matkul apa abis ini?"

"Penelitian Operasional, yakin lo mau ikut?"

Ardan berdecak. Tahu jika mata kuliah yang Alden maksud sama memusingkannya dengan matkul Komputer dan Masyarakat dulu. "Aresh mana sih?"

"Lo ada masalah apa sama si Malika sampai gak mau ikut matkulnya dia gitu?" tanya Yudi kemudian.

Alden dan Aldi mendadak jadi penasaran juga. Selama ini Ardan memang tidak suka pada Pak Malik karena caranya memberikan nilai dan aturan di matkulnya yang terkesan mengekang. Namun akhir-akhir ini, agaknya ketidaksukaan Ardan pada Malik makin menjadi. Apalagi saat Malik ke rumah mereka hari itu, Ardan jelas-jelas meminta Malik untuk segera pulang cepat.

"Ya gak suka aja," katanya singkat. Mengedarkan pandangan pada sudut tempat anak teknik sipil berkumpul di ilonge, berharap mendapati sosok Aresh.

"Ya pasti ada alasannya, dong!"

TetehWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu