🌻 Bab 4 🌻

3.9K 584 35
                                    

Jenar menghentikan ulah Indah yang terus mencekoki dirinya dengan sebuah minuman yang Jenar tak tahu minuman apa itu. Yang jelas rasa dari minuman itu belum pernah Jenar rasakan sebelumnya. Entah kenapa wanita ini tiba-tiba menyeret tubuhnya menjauhi area pesta. Indah memarahi Jenar karena sudah mempermalukannya di depan cucu Tuan Handoko.

"Sudah Indah, saya ndak kuat lagi," ucap Jenar linglung menghentikan minuman kaleng yang sedari tadi Indah cekoki ke mulutnya dengan bantuan teman-temannya. Jenar merasa pusing bukan main, kepalanya terasa berputar. Dan ketika mencoba berjalan menjauhi mereka Jenar malah tersungkur ke tanah sanking tidak bisa menahan beban tubuhnya yang berat.

Suara gelak tawa dari Indah dan Desi terdengar.

"Sepertinya Jenar udah mabuk parah." Desi tersenyum puas ke arah Indah. Wanita itu pun menampilkan senyuman serupa.

"Iya, Jenar udah mabuk berat, sekarang biarin aja dia. Biar tau rasa. Beraninya wanita jelek seperti dia mempermalukan aku di depan Mas Agam."

Desi mengangguk. Wanita itu juga sama dengan Indah. Ia merasa jijik jika melihat Jenar dibela habis-habisan oleh Agam. Dari seujung kukupun Jenar tidak ada baik-baiknya, kulit wanita itu yang hitam dekil, ditambah tubuhnya yang seperti kebo, bertubuh pendek. Sangat jelek sampai-sampai menjadi bahan olokan penghuni desa ini.

"Yasudah sekarang kita pulang aja yuk bentar lagi juga pesta bakal selesai."

"Oke." senyuman miring Indah tersemat saat menatap Jenar tengah berjalan linglung tak tentu arah. "Aku yakin dia akan baik-baik saja. Meskipun mabuk pasti tidak akan terjadi hal buruk siapa juga yang mau memerkosa wanita jelek seperti Jenar kan?"

Desi tertawa menghina mendengar ucapan sahabatnya.

"Kamu benar Indah. Jika pun ada yang memerkosa Jenar dipastikan lelaki itu juga sama-sama sedang tak waras."

Tawa mereka masih terdengar di telinga Jenar. Wanita itu terus memegangi kepalanya yang berdenyut.

Terus berjalan. Dan berniat untuk segera pulang karena tadi ia hanya meminta izin sampai waktu jam 9 malam. Pakdenya pasti sedang cemas mencari Jenar yang tak kunjung pulang.

Jenar sampai di sebuah bangunan. Matanya menyipit memperhatikan bangunan tersebut.

Apa ini rumah pakdenya?
Jenar sudah sampai?

Seketika raut senang Jenar memenuhi permukaan wajahnya. Ia melenggang memasuki sebuah penginapan tersebut yang beruntung tidak dikunci dalam mabuk Jenar semakin yakin bahwa pakdenya sedang membantu Jenar agar tidak membangunkan tidur budenya. Makannya pintunya tidak dikunci.

Jenar meraba dinding, sedikit mengernyit dengan tekstur dindingnya yang tak biasa. Seharusnya kasar dan tak beraturan karena dinding rumah pakdenya terbuat dari anyaman bambu tetapi saat ini Jenar merasakan tekstur dinding ini terasa padat dan rata. Tidak mau berpikir terlalu jauh Jenar berakhir menjatuhkan tubuhnya di atas kasur yang pertama kali ini ia rasakan. Begitu empuk sangat berbeda dengan kasur yang sering ia pakai.

Mungkin ia sedang bermimpi. Jenar beringsut meraih selimut dan menutupi tubuhnya. Berbaring miring dan siap masuk ke alam mimpi yang indah.

Pencahayaan yang temaram ditambah mabuk berat membuat Jenar tidak memperhatikan bahwa ia tengah berbaring di ranjang seseorang.

***

Agam tersenyum kecil sambil berjalan ke arah kamarnya. Ia benar-benar merindukan Meisya. Terakhir mereka saling melepas rindu 3 bulan yang lalu. Itu pun Agam yang kebetulan ada perjalanan bisnis ke sana menyempatkan untuk bertemu di apartemen kekasihnya. Ya, pacaran mereka memang sudah melewati batas, hal yang sudah biasa ketika Agam berkunjung maka paginya mereka bertelanjang bulat di balik selimut saling memeluk tubuh masing-masing.

Ia merindukan saat-saat mengasyikan tersebut. Menggelung tubuh kekasihnya seperti ulat. Dan membuat jeritan Meisya terdengar meminta untuk dilepaskan.

Agam menaruh ponselnya di nakas. Duduk di sisi dipan. Kemudian keningnya mengernyit menatap gumpalan besar di belakang tubuhnya. Dari mana benda itu berasal tadi Agam tidak melihat benda itu ada di atas ranjangnya.

Dari rambutnya terlihat seperti manusia berjenis kelamin wanita. Apa dia Meisya? Sengaja memberikan surprise padanya?

Separuh tak sadar Agam beringsut mendekati wanita yang dia yakini adalah Meisya. Menghirup Wangi rambutnya dan Agam seolah semakin tidak bisa mengendalikan kerinduan ini.

Dengan pelan Agam peluk tubuh itu dari belakang dan menciumi tengkuk wanita yang ternyata adalah Jenar. Semakin terganggu dengan ulah Agam Jenar memutuskan menoleh namun bibirnya malah di sambar di lumat buas oleh seseorang yang tidak dikenali Jenar. Mereka semua tidak bisa mengenali wajah satu sama lain. Karena cahaya temaram dari dalam kamar.

Tiba-tiba tubuh Jenar dibalik paksa oleh Agam. Lelaki itu menindihnya dengan tak sabaran melepaskan seluruh kain yang melekat di tubuh Jenar. Disambung dengan pakaiannya yang terkoyak di lantai. Mereka sudah bugil tanpa sehelai benang.

Selanjutnya Jenar meringis sakit tatkala sesuatu yang keras terasa mengoyak tubuhnya. Malam itu Jenar maupun Agam tidak mampu mengendalikan diri.

Mereka melakukan tanpa henti. Sampai Agam melenguh panjang mencapai orgasme. Dan ambruk di atas tubuh Jenar yang berkeringat. Agam masih sempat menciumi bahu Jenar, lalu berlanjut menjilati daun telinga wanita itu.

"Terima kasih Sayang. Kau nikmat. Dan aku suka dengan aroma tubuhmu sekarang. Selama tiga bulan kita tidak bertemu. Tubuhmu semakin sintal dan semakin membuatku tak bisa mengendalikan diri. Aku mencintaimu."

Cup

Jenar memejamkan matanya saat Agam kembali mengecup bibirnya. Dengan lumatan penuh kerinduan yang Agam berikan dalam ciuman tersebut.

Membuat mereka mungkin lupa bahwa tidak seharusnya mereka melakukan hal ini satu sama lain.

Bersambung...

Stay With MeWhere stories live. Discover now