🌻 Bab 10 🌻

4K 643 46
                                    

Lirikan mata itu terasa begitu tak menyenangkan. Jenar berusaha untuk tetap tenang dalam duduknya. Setelah tadi ia merasa di pandang sebelah mata oleh salah satu pembantu di rumah ini. Kini tatapan cemoohan itu kembali ia rasakan saat seorang pria berwajah cukup tampan datang. Jenar masih terdiam kaku di salah satu sofa ruang kerja pribadi Agam. 

Sudah bisa di tebak. Lelaki itu terlihat sangat tidak menyukai Jenar. Bahkan ketika Agam berbicara bahwa ialah wanita yang dihamili, lelaki itu seolah tidak percaya. 

"Bos yakin dia wanita yang Bos hamili?"

Bisikan itu sedikit terdengar di telinga Jenar. Adit sengaja menjauhi Jenar dan membicarakan hal ini dengan Agam di tempat yang berbeda, hanya saja Jenar tidak tuli ia masih bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. 

"Kamu pikir aku bermain-main Dit. Aku bahkan sudah menikahinya. Sudah pasti dia wanita yang aku hamili."

"Tapi Bos sekecewanya bos pada Nona Mesya seharusnya bos tidak melakukan hal ini. Dari ujung kuku pun masih kalah jauh dari tunangan bos. Jika mau selingkuh bos pilih-pilih lah sedikit. Masih cantikan karyawan di kantor bos dari pada ini."

Tatapan Agam seketika menajam. Dipikir ia sengaja menghamili Jenar. Kesalahan ini bahkan tidak pernah terpikirkan oleh Agam meskipun dengan wanita yang lebih cantik dari Mesya sekali pun. Kejadian ini benar-benar kecelakaan. Semuanya terjadi tanpa ia duga sebelumnya. 

"Aku tidak peduli dengan fisik Dit. Yang aku lakukan saat ini murni kecelakaan. Saat itu kami sama-sama mabuk. Dan kesalahan fatal itu kemudian terjadi. Tidak ada sedikit pun niat untuk berselingkuh. Aku mencintai Mesya kau pun tau itu."

Benar, Adit mengangguk mengingat sifat bosnya. Dia paling anti dekat dengan perempuan selain Mesya. Kakeknya selalu menjodohkan Agam pada wanita yang memiliki kecantikan sama rata dengan Mesya pun Agam tolak mentah-mentah. Rasa Cinta bosnya memang sudah terlanjur dalam. Sampai tidak memedulikan kakeknya yang tak setuju pada hubungan mereka. Agam tetap saja tergila-gila dengan tunangannya tersebut. Hingga berkali-kali Mesya menyakiti hatinya, tetap tidak berpengaruh sedikit pun pada kesetiaan seorang Agam. 

Tetapi kali ini Adit merasa tak percaya. Bosnya yang begitu tergila-gila pada Mesya kini malah menghamili wanita lain ralat bahkan sudah menikahinya. Lebih parah, sedikit pun tidak ada kesempurnaan yang Adit lihat melekat dari fisik Jenar. Wanita ini gedut, dekil dan terlihat sangat kampungan. Apa efek mabuk itu menghilangkan seluruh kewarasannya sehingga dia meniduri wanita seperti ini. 

"Lalu sekarang rencana bos menceraikan Jenar. Dan mencegah Nona Mesya untuk tidak pulang dulu ke Indonesia sebelum bos resmi bercerai dengan wanita itu?"

Agam mengangguk. Ya satu-satunya jalan terbaik adalah menghentikan terlebih dulu kepulangan Mesya. Sedikitnya ia bersyukur atas kontrak kerja Mesya yang mengharuskan wanita itu menunda lagi pernikahan mereka. Mungkin sudah menjadi jalan ia harus menyelesaikan terlebih dahulu masalahnya dengan Jenar. Jika Mesya mengetahui hal ini, maka keputusannya untuk menikahi wanita itu akan pupus. Mesya pasti tidak akan sudi menikah dengan lelaki keparat seperti dirinya. 

"Ya, jadi sekarang mana surat perceraian dan kontrak pernikahan yang kupinta."

Adit menghembuskan napas lelah. Ia meraih map di balik jas abu-abunya lalu menyerahkan map itu pada Agam. Lelaki itu langsung memeriksa berkas di dalamnya lalu tersenyum puas. 

Berkas perceraian dan kontrak pernikahan. Ini adalah jalan terbaik untuk permasalahan mereka. 

***

"Kamu sudah mentanda tangani semuanya. Perlu aku jelaskan lagi. Pernikahan kita hanya terjadi beberapa bulan saja setelah kamu melahirkan maka kita akan resmi bercerai. Kamu tidak perlu risau, aku juga memberikan harta gono gini untukmu. Dan beberapa fasilitas fantastis yang akan kamu dapatkan nanti setelah bergelar menjadi mantan istriku."

Hantaman keras dari rasa sakit terasa mengoyak jantungnya. Walaupun kecewa dengan kontrak yang di berikan Agam padanya. Jenar tetap mengangguk pasrah. Tanda tangan sudah ia labuhkan dengan mantap. Keputusan ini memang layak untuk dilakukan. Karena bagaimana pun ia hanyalah wanita buruk rupa yang miskin sangat tidak pantas untuk diperjuangkan. Di perlakukan seperti manusia oleh lelaki sesempurna Agam saja itu sudah sangat cukup baginya. Dan satu hal Jenar juga tidak mengharapkan sedikitpun harta yang akan lelaki ini berikan ketika mereka sudah resmi bercerai. Jenar tak menginginkan apapun. 

"Saya tidak menginginkan apapun Tuan. Saya hanya berharap. Tuan bisa menyayangi anak ini dan merawatnya dengan baik. Itu pun sudah cukup bagi saya. Ketika kembali ke desa. Saya akan bekerja lagi sebagai pemetik teh di perkebunan Tuan Handoko. Saya juga tidak mau merepotkan Tuan."

Agam terlihat kehilangan kata-kata sedangkan Adit langsung menyela dengan wajah sinisnya. 

"Munafik. Mana mungkin wanita seperti kamu tidak memanfaatkan harta bosku hah! Mungkin saja kamu merencanakan semua ini untuk menjebak Bos Agam. Biar kamu bisa hidup enak di sini kan! Kamu itu ngaca! Dibandingkan denganmu tunangan Bos Agam lebih-lebih mengagumkan. Kamu akan malu sendiri jika melihat rupa dan sifat Nona Mesya."

"Adit cukup! Kamu keterlaluan."

"Tapi bos aku benar-benar curiga. Mungkin saja dia berniat jahat. Bisa-bisanya bos nidurin wanita model beginian? Itu sangat tidak mungkin."

Mendengar Adit yang terus menghina Jenar entah mengapa mengusik emosinya. Ia memang tidak suka jika seseorang membully fisik. Bagi Agam semua manusia sama yang membedakan hanya akhlaknya saja. Tidak sepantasnya Adit mengatakan hal itu di depan Jenar. Wanita itu pasti terluka saat mendengar penghinaan itu. Yang Agam lihat Jenar adalah wanita baik. Dia begitu polos dan tak tersentuh dengan kejahatan seperti itu. Meskipun wajahnya tidak secantik wanita kebanyakan tetapi dia masih memiliki hal yang tak dimiliki wanita lain. Ketulusan, Agam melihat hal itu meskipun hanya lewat tatapannya saja. 

Agam kemudian berdiri dari duduknya. Menyuruh Adit untuk segera pergi dari rumahnya. 

"Sebaiknya kamu pulang Dit. Dan Jenar kamu ikut aku."

Adit terlihat menatap Jenar dengan tatapan tak suka ketika wanita itu mulai bangkit dari duduknya mengekori Agam yang sudah lebih dulu pergi dari sana.

Bersambung... 

Stay With Meحيث تعيش القصص. اكتشف الآن